Chereads / The Last Wind / Chapter 2 - Zavier Albert

Chapter 2 - Zavier Albert

Zavier tinggal bersama ibu dari pihak ayahnya, sebutan lain, oma, naina, Medeena Albert, sejak berumur 10 tahun setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa kedua orangtuanya.

Sejak saat itu, Zavier kecil yang manis berubah menjadi anak moody. Zavier yang baik berubah menjadi troublemaker. Zavier yang mencintai kedamaian menjadi biang onar. Zavier yang ceria dan penuh kasih berubah menjadi pem-bully nan arrogant.

Bahkan, ada satu slogan yang sangat terkenal di antara semua orang yang mengenalnya: "There's Zavier, there's an Earthquake".

Zavier yang pernah sangat cemerlang dan sempurna hanya tinggal kenangan.

Kebrutalan Zavier sudah merajalela bahkan menjadi buah bibir di antara para kolega, tapi tidak ada yang bisa menyentuhnya. Bahkan, tidak ada yang berani membicarakannya langsung.

Siapapun yang enggan dengan perlakuan Zavier harus menutup mulut mereka serapat-rapatnya, membungkam untuk selama-lamanya.

Zavier yang tahun depan baru akan merayakan ulang tahunnya yang ke-21 adalah pemegang saham terbesar kedua Albert Group setelah Medeena Albert, sang Oma, karena mendapat peralihan saham dari mendiang orangtuanya.

Begitupun dengan sang Oma yang tidak bisa berbuat banyak atau memberi ancaman padanya karena saham itu telah mendapat hak paten sejak sang Opa, Alberto Albert masih hidup, sehingga tidak bisa ditarik kembali oleh Oma-nya.

Sebaliknya, Zavier, the most handsome troublemaker, bisa mengancam keselamatan dan kekokohan perusahaan raksasa itu jika dia memutuskan untuk menjual sahamnya kepada rival Albert Group.

Tidak ada seorangpun yang bisa memprediksi langkah apa yang akan diambilnya di masa depan. Tidak, Zavier sama sekali tidak terlihat memiliki masa depan.

Semua orang tahu jika dirinya benar-benar terpaksa melanjutkan kuliah, apalagi memilih administrasi bisnis sebagai jurusannya, jurusan yang sama dengan Aryan.

Semua orang tahu Zavier tidak seperti Aryan. Tidak, mereka sangat jauh berbeda. Bagaikan langit dan bumi, bagaikan siang dan malam, dan bagaikan hitam dan putih. A Devil compared to An Angel, tidak akan pernah mencapai titik yang sama, mereka tidak di level yang sama untuk dapat dibandingkan.

Zavier hanya hidup untuk hari ini.

Bersenang-senang.

Mem-bully.

Memaki.

Zavier, hanya satu kelebihannya yang masih tersisa, DNA superior, warisan kedua orangtuanya yang tidak ikut terkubur.

Keahliannya dalam berbagai olahraga termasuk balapan masih diakui. Dia sering menjuarai turnamen yang diikuti oleh para professional racers.

Tetapi, ya, bukan Zavier Albert orangnya jika tidak menciptakan masalah dengan keahliannya. Seringkali, dia menjadikan jalanan kampus sebagai wahana untuk kebut-kebutan.

Sehingga, semua mahasiswa dan staf pengajar akan mundur teratur dan menghindar sejauh-jauhnya ketika mobil sport hitam keluaran terbaru itu menampakkan wujud dan kebisingannya dari jarak 100 meter.

🍁🍁🍁