"Enggak penting Yan." Tampaknya Tian tampak tidak suka dengan jawaban Aya. Tian berdiri dari duduknya dan langsung melangkah mendekati Aya. Aya berdebar hebat saat Tian mengurung tubuhnya dengan kedua tangannya yang Tian letakkan di meja makan.
"Apa maksud kamu? Aku enggak penting Ya?" Aya bergetar. Kakinya terus mencoba melangkah mundur meskipun tidak bisa. Aya hanya ingin menghindari Tian.
"Enggak bukan begitu." Ucap Aya sambil menundukkan kepalanya. Aya sama sekali tidak berani mendongak ataupun menatap mata Tian.
"Terus apa?" Aya memutar otaknya.
"Tadi Johan..."
"Johan!" Ucapan Aya terpotong. Aya mendelik saat mendengar nada tinggi Tian memanggil nama Johan. Tian tampak sangat marah sekarang. Aya takut.
"Iya, tadi Johan ngomong sesuatu yang bagus. Kayak kata-kata bijak gitu. Dia bilang, yang sekarang ya pikir sekarang. Yang besok pikir besok. Pemikiran boros, tapi menurut aku itu bagus buat menikmati hidup." Jelas Aya, sejelas mungkin. Tidak ingin Tian salah paham.