Tian melepaskan genggaman tangannya dari bundanya. Melangkah mendekat ke arah jendela besar yang ada di ruangan itu. Melalui jendela itu Tian bisa melihat bahwa Aya tertidur lelap dengan selimut tebal yang membungkus tubuhnya.
Jantung dan hidup Tian terasa berhenti seketika melihat Aya berada di dalam sana. Tidak sadarkan diri dan beberapa perban membungkus tubuhnya dengan sempurna, semakin membuat hati Tian terasa tercabik-cabik. Tidak merasa malu sebagai lelaki yang mengeluarkan air mata. Siapapun tahu bahwa Tian benar-benar tulus pada Aya.
Rian mendekat, menepuk bahu Tian dari belakang beberapa kali. Untuk memberi kesabaran pada temannya. Sedangkan Wati dan Citra hanya bisa berdiri dengan hati yang ngilu dan air mata yang tak henti menetes.
"Yan, aku harus kasih tahu. Aya koma, mungkin butuh waktu sedikit lebih panjang supaya dia bisa bangun lagi." Ujar Rian menjelaskan semuanya pada Tian.