"Yan, katanya aku harus coba jalanin. Meskipun aku takut banget kehilangan kamu, tapi di lain sisi aku juga enggak mau sia-siakan kamu. Aku berterima kasih sekali karena kamu datang ke kehidupanku." Tian tersenyum simpul kemudian meraih bahu Aya untuk di rangkul olehnya.
"Ini berarti kamu terima aku kan Ya?" Aya mengangguk. Kemudian berjinjit sedikit dan kemudian langsung mengecup pipi Tian dengan singkat.
Tian membeku untuk beberapa detik. Lalu kemudian menatap Aya dengan tidak percaya, lalu Aya tertawa lagi. Barulah setelah itu Tian ikut tertawa.
"Kalau kita hadapi bersama, semuanya akan baik-baik saja Ya." Itulah yang Tian yakini, selama ini yang Tian merasa sulit karena dia berjuang sendirian. Kali ini Tian sangat beruntung karena Aya mau berjuang bersamanya. Di sampingnya.