Malam yang tenang, Cicil mengabari bahwa dia tidak akan menginap lagi dan berterima kasih untuk tadi malam. Aya duduk di kursi ruang tamunya sudah lebih dari setengah jam. Tepat di sebelahnya ada Wati yang harus saja selesai menghubungi suaminya untuk di jemput. Namun hingga sekarang Verdi belum datang.
"Ya, semoga keputusan yang aku ambil ini enggak salah ya?" Aya tersenyum dan merangkul bahu Wati dengan erat.
"Apapun itu Wat, ikuti semua yang ada di dalam hatimu." Ucap Aya dan Wati yang mendengar itu tersenyum lega. Yang Wati inginkan adalah berada di samping Verdi hingga saat mimpi tentang Verdi yang Aya mimpikan menjadi kenyataan. Wati hanya tidak ingin menyesali apapun.
Ting! Tong!
Suara bel rumah Aya berbunyi dengan nyaring di malam yang sedikit sunyi ini. Lantas Aya segera bangkit dari duduknya dan membuka pintu. Seperti yang Aya duga, yang menekan bel rumahnya adalah Verdi. Lantas Wati langsung berdiri dari duduknya, kemudian dengan langkah kecil menghampiri suaminya.