Aya meminum teh hangat yang Wati belikan untuknya tepat sebelum kembali ke mobil. Wajah Aya terlihat sangat lemas di banding orang pada umumnya yang selalu terbangun dengan wajah segar. Aya sama sekali tidak memiliki tenaga setelah Tian bilang Aya baru saja menangis dengan keras yang entah karena apa, Aya belum menjelaskannya.
Setidaknya Aya terlihat lebih tenang di banding saat Wati baru datang tadi. Aya benar-benar berkebalikan dari definisi putri tidur. Wanita ini sama sekali tidak bisa nyaman bila memejamkan mata. Hanya di karenakan sebuah kutukan dalam mimpinya.
"Kamu udah enggak apa-apa Ya?" Tanya Wati memastikan. Aya tersenyum tipis dan menggelengkan kepalanya.
"Kamu tahu kan Ya? Kalau kamu di sini enggak sendirian. Jadi kamu bisa cerita kalau kamu punya sesuatu yang enggak bisa kamu tanggung sendiri." Tambah Wati, berharap Aya akan membuka suaranya dan mulai bercerita. Namun tidak Aya hanya menggelengkan kepalanya lemah.