"Yuk, kita atasi satu persatu. Kayak yang aku bilang tadi. Kita fokus pada satu masalah dulu." Ujar Wati. Namun Aya malah menggelengkan kepalanya tidak setuju.
"Kenapa geleng?" Tanya Wati heran.
"Aku hadapi langsung. Pertama aku bakal lebih sering cari informasi soal Citra dan memperhatikan Cicil secara bersamaan. Terus aku juga tetap bantu Indri kalau dia mau. Terus Tian, aku cuman harus menghindar aja dari dia." Wati menatap Aya dengan serius. Aya tadi terlihat kebingungan dan sekarang Aya terlihat sangat mantap akan keputusan yang sudah di buatnya.
"Kamu yakin mau menjauh dari Tian?" Tanya Wati meyakinkan Aya dan Aya mengangguk.
"Meskipun sedikit peluangnya. Kalau aku sama Tian enggak tunangan atau menikah dan pakai cincin yang ada dalam mimpi itu, aku pikir itu bukan ide yang buruk." Ucap Aya sambil menautkan jari-jarinya dengan kuat. Aya tersenyum miring. "Kalau dengan begitu mimpi itu bisa tidak menjadi kenyataan, aku bakalan lakuin."