Tak lama Cicil kembali dan mengulurkan satu gelas es teh pada Aya. Aya tersenyum dan menerimanya dengan senang hati.
"Makasih ya Cil." Aya langsung menyeruput es teh itu untuk menghilangkan dahaganya. Sama seperti Cicil yang sebelumnya memosisikan dirinya untuk duduk di samping Aya.
"Sama-sama. Pokoknya kamu akan jadi komikus yang aktif beraktivitas. Aku enggak mau kamu di rumah terus kayak dulu." Aya mengernyit, sejak dulu? Dulu kapan? Aya merasa janggal dengan satu kata yang Cicil ucapkan itu.
"Dulu?" Beo Aya dan Cicil langsung terdiam. Tidak, tepatnya membeku. Cicil terlihat bingung harus menjawab Aya bagaimana. Aya terus menatap Cicil meminta penjelasan, ucapan Cicil membuat Aya menaruh curiga yang sempat Aya kubur. Ini seperti Cicil sudah lama sekali mengenal Aya.
