Haruskah Aya merasa tenang? Setelah bekerja bersama tiga orang di tempat ini, Aya belum mendapatkan satupun mimpi. Semoga saja sampai seterusnya tidak ada lagi mimpi-mimpi kematian.
"Kamu yakin gambar kayak gini bisa narik pembaca?" Ujar Rehan sambil menunjuk-nunjuk gambar Aya.
Aya terdiam, belajar dari orang yang lebih muda darinya memang bukan hal yang mudah. Aya harus bisa sabar dan menerima semua perkataan pahit dari orang yang lebih muda. Yang seharusnya mereka menghormati Aya.
"Aku malah suka sama gambar Aya yang ini ketimbang yang kemarin." Ujar Indri membela. Sedangkan Bram hanya diam berdiri di belakang temannya.
"Selera kalian berdua kan memang sama." Ketus Rehan. Aya menunduk dalam, mungkin Aya harus menyerah kali ini. Gambar yang di siapkannya beberapa hati lalu ternyata memang tidak berguna.
Grek!
Keempat orang yang sedang bersitegang itu langsung menoleh spontan pada pintu yang terbuka. Cicil datang dengan membawa empat kopi di tangannya.