"Ih, ngeselin banget." Gerutu Aya. Kekesalan Aya terasa meninggi saat Aya mengingat dia anak berwajah ingusan yang sayangnya sangat ahli menggambar itu. Tunggu, hanya Rehan yang ahli. Tidak dengan Bram, Bram hanya pembantu gambar.
Ugh, rasanya Aya ingin melempar dirinya ke laut jika nanti gambarnya akan di tertawakan lagi. Tidak, Aya pastikan dengan gambar yang Aya selesaikan dalam semalam tidak akan di tertawakan lagi.
"Terus, kalau kayak gini kapan kamu tidurnya?" Tanya Tian khawatir, Wajah Aya benar-benar pucat seperti mayat hidup tanpa tidurnya. Aya berpikir sejenak, menatap ke atas.
"Enggak tahu." Aya mengangkat kedua bahunya. Ingin acuh, namun Aya tahu tidak bisa. Namanya juga manusia, pasti butuh tidur.
Tian mengernyit mendengar jawaban singkat Aya. "Kamu menghindar buat tidur lagi kan Ya? Aku tahu kamu akhir-akhir ini mulai minum kopi lagi."