Aya mengaduk makanannya dengan malas. Matanya memang menatap ke depan, namun pikirannya meraja lela dan mengelilingi dunia. Setelah Aya bisa menerima bahwa setiap orang sudah memiliki takdir sendiri dan tidak bisa di hindari, Aya merasa lebih tenang.
Yang Aya masih tidak habis pikir adalah kenapa harus orang-orang baik itu? Kenapa harus mereka yang Aya mimpikan? Kenapa bukan para penjahat atau narapidana yang Aya lihat di berita pagi hari? Kenapa? Jika seperti itu, mungkin Aya tidak akan pusing. Aya akan menganggap dirinya sendiri sebagai pahlawan.
Menyelamatkan dunia adalah pekerjaan yang mulia bukan?
Aya terkejut saat seseorang menutup matanya secara tiba-tiba. Sontak Aya menjatuhkan sendoknya ke sembarang arah dan memegang tangan yang menutup matanya. Tangan yang besar.
"Siapa sih?!" Kesal Aya.