Chereads / ALFA-01 REVENGE / Chapter 3 - Part 3 - Sebuah Mansion

Chapter 3 - Part 3 - Sebuah Mansion

Aku terbangun di kamarku setelah santap malam semalam. Aku menatap langit - langit kamar itu. Aku terus memikirkan siapa sosok pria yang menolongku kemarin malam tapi satu hal yang pasti dia adalah pria baik.

"Aku akan mandi dan berkeliling rumah ini". Ungkapnya sambil meninggalkan tempat tidurnya.

Setelah merapikan diri Aku akan sarapan terlebih dahulu lalu berkeliling tempat ini, mungkin Aku akan mendapatkan sosok pria yang menolongku kemarin.

Aku berjalan sambil mengingat kata-kata Mark semalam bahwa Aku harus melewati lorong ini dan mengambil arah kanan kemudian berbelok ke kanan dan berjalan lurus agar Aku menemukan lift menuju dapur dan ruang makan. Pak Mark sangat aneh ia hanya berbicara dengan sedikit. Mungkin itu adalah bentuk profesionalisme kerjanya. Pikirku membatin.

Tinggggg....

Suara pintu lift terbuka. Aku berjalan pelan menuju dapur.

Akhirnya Aku sampai di dapur, terlihat di sana Pak Mark dan yang lainnya sedang sibuk mempersiapkan sarapan hari ini.

"Ohh, Nona Lilith Kau bangun pagi sekali!! " Sapa Mark yang berbalik melihatku .

Aku hanya tersenyum manis mendengar Mark mengatahkan itu. Aku berjalan menuju meja makan dan duduk di kursi kayu coklat yang sudah di sediakan untukku. Aku melihat sekelilingku, Aku teringat rumahku.

Di rumahku yang dulu, Aku selalu bangun pagi.

Sarapan bersama Ayah dan Ibu serta Sepupuku sambil bercerita tentang hal yang akan kami lakukan hari itu.

Aku merindukan mereka.

Aku ingin bertemu mereka.

Mereka mungkin sedang mencariku yang tiba-tiba menghilang dari pesta.

Tiba-tiba Aku terpikirkan sesuatu. Apa di rumah ini ada telepon?

Aku melihat ke arah dapur dan sudut meja yang lain namun tak melihat benda yang Aku cari.

Aku melihat ke arah Mark yang tak jauh dari kursiku dan menanyakan benda yang Aku cari.

"Pak Mark, dimana telepon rumah ini?". Tanyaku.

" Telepon di rumah ini ada di ruang tamu Nona, di dapur hanya ada telepon yang terhubung ke para pelayan untuk menghubungi mereka". Jawabnya.

"Baiklah, antar Aku ke ruang tamu sekarang Mark". Ucapku tergesah-gesah.

" Nona, Kau harus menyelesaikan sarapanmu dulu, Aku akan mengantarmu ke sana setelah itu". Ucapnya.

Aku makan dengan lahapnya, mereka sungguh pekerja profesional memperlalukan tamu layaknya pemilik rumah.

Mark yang dingin berdiri di sampingku dan tak mengatahkan apapun. Ia hanya terus melihatku memakan makanan yang sudah di siapkan pelayan.

Anehnya, para pelayan di sini juga hanya diam dan berdiri di sampingku sambil berbaris menungguku menyelesaikan sarapanku.

"Mark, Aku telah menghabiskan sarapanku. Bolehkan Kau mengantarku sekarang". Tanyaku dengan sedikit nada tegas.

" Baiklah Nona". Jawabnya.

Aku berjalan mengikuti langkah Mark. Ia berjalan sangat pelan, Aku bisa mengikutinya dengan mudah.

Mark berjalan dengan lambat Aku masih bisa memperhatikan sudut rumah ini dengan jelas serta langkah Mark yang lambat membantuku mengingat jalan menuju ruang tamu.

Rumah ini terlalu luas untuk disebut rumah. Kami harus menggunakan lift untuk dapat ke ruang tamu. Ting, suara lift itu terbuka. Aku melangkah masuk setlah Mark duluan memasuki lift. Aku melihat jari Mark terangkat lalu menekan angka pada papan lift.

"Lantai 2 ke 1 ?".

Dapur berada di lantai 2 rumah ini. Pikirku.

Aku mungkin tak kesulitan lagi mengingatnya.

Tinggggggg.....

Suara lift terbuka, kami keluar dari lift itu. Berjalan seperti sebelumnya. Mataku mencari-cari disetiap sudut ruangan dan terus bertanya-tanya gedung tempatku tinggal seperti apa. Ada begitu banyak tanda tanya di rumah ini. Yang aku tahu pasti ini bukan rumah pada umumnya.

Rumahku yang dikategorikan mewah oleh temanku justru tak bisa dibandingkan dengan rumah ini.

Menarik. Pikirku

Aku akan melanjutkan berkeliling rumah ini setelah menelpon Ayahku. Ia pasti sedang mencariku dan menghawatirkanku.

Wahh, ruang tamu ini sangat besar. Semua perabot rumah di sini begitu mewah pasti pemilik rumah ini adalah orang terkaya di Negara ini.

"Nona, silahkan". Ucap Mark.

Aku duduk di kursi dekat telepon itu di simpan. Sementara Mark meninggalkanku dan berdiri di sudut ruangan. Ia tahu pasti Aku akan menelpon seseorang. Ia tahu etika ketika seseorang menelpon, sungguh profesional. Batinku memuji cara kerja Mark.

Sementara Aku yang kebingungan melihat tipe telepon rumah ini yang semuanya adalah teknologi terbaru. Telepon rumahnya digunakan hanya dengan menyentuh angka di layar kemudian muncul kalimat " Nomor tujuan tidak dapat terhubung". Aku sangat heran nomor telepon rumahku tak bisa dihubungi.

Ada apa ini, Aku sungguh sangat bingung dengan semua ini.

Tak ada yang bisa dihubungi di rumah lebih baik Aku melanjutkan berkeliling rumah ini.

Sebelum turun ke sini, Aku melihat di lift ada peta area rumah ini.

Berkeliling sendirian sepertinya akan sangat menarik.

"Mark, aku akan berkeliling sendirian. Kembalilah bekerja". Ucapku.

" Baiklah Nona, hubungi kami jika kau perlu bantuan. Tekan tombol warna merah yang ada di dekat pintu. Tombol itu akan membunyikan alarm bantuan".Jelas Mark.

"Okay". Jawabku.

Setelah menjelaskan singkat tentang rumah ini Mark meninggalkanku di ruang tamu sendirian dan berjalan menuju ruang kerjanya.

Aku berjalan ke arah pintu kaca dengan ukiran abstrak dan dilapisi warna emas. Aku menekan gagang pintu terdengar suara

Kliikkkk...

Pintu itu terbuka. Mataku membelalak melihat halaman rumah ini yang begitu luas, bunga dan pohon hijau tersusun sangat rapi. Tanaman di sini dirawat dengan baik, bunga yang bermekaran dan berwarna terang di antara pepohan hijau yang lebat.

Aku berjalan ke taman dan melihat rumah itu tampak dari luar.

Wah.. Ini benar-benar Magic. Tampak dari luar, rumah ini seperti rumah pada umumnya tetapi begitu kita berada di dalam semua kemegahan akan nampak.

Puas menikmati pemandangan halaman rumah.

Aku melanjutkan perjalananku untuk menjelajahi setiap sudut rumah ini.

Di sudut rumah ini nampak sebuah pohon dengan ayunan kursi, sepertinya ayunan ini sudah lama tak digunakan. Pernya yang sudah berkarat membuktikan hal itu serta kursi ayunan yang berkarat. Aku duduk di ayunan itu dan mengayun diriku sambil memandangi rumah itu.

Rumah itu di penuhi jendela dan kaca nampak dari depan. Bagaimana seseorang tinggal di rumah sebagus ini di tengah hutan dan gunung.

Aku lelah seharian mengelilingi rumah ini. Aku akan beristirahat sejenak di ayunan ini. Aku mengayunkan kaki dan terbawa ayunan. Sejenak perasaanku membaik. Melupakan yang terjadi kemarin beberapa detik.

Takk.. Takkk... Tak..

Mendengar suara sepatu menuju arahku, aku membuka mata namun sinar matahari membuat mataku silau.

Siapa ?

__________