Chereads / Tawaran Allah untuk Hambanya / Chapter 14 - Pertemuan

Chapter 14 - Pertemuan

Ruby telah bersiap untuk pergi ke pertemuan yang telah di atur oleh ayahnya. Ia sengaja meminta pak Devan untuk tidak melemburkan nya di akhir pekan karena sudah berjanji untuk datang menemui laki-laki pilihan ayahnya. Di pertemuan nanti akan di hadiri oleh ustad dan ustadzah kenalan Aisyah yang telah membantu proses ta'aruf dirinya dan laki-laki itu. Ruby merasa gugup, ini kali pertama dalam hidupnya ia akan menemui seorang laki-laki dan bisa jadi ia akan menikah dengannya. Ia tidak tahu harus bagaimana nanti ketika telah bertemu. Jika laki-laki itu ingin dan Ruby menerima maka mereka harusnya menikah dalam waktu dekat ini. Tapi apa mungkin ia kali ini akan benar-benar menikah. Di kepalanya ada banyak pertimbangan mengenai masa depannya. Ia merasa belum puas dengan pencapaiannya, ia masih harus belajar agama, ia mungkin akan terus sibuk di kantor, apa mungkin laki-laki itu akan menerima dirinya yang tidak seperti perempuan pada umumnya. Ia tidak ingin setelah menikah karirnya berhenti bahkan ia ingin suatu saat nanti mampu memiliki Perusahaanya sendiri. Tapi apa mungkin setelah menikah ia masih bisa mewujudkannya.

Ruby berjalan turun dari kamarnya. Ia segera ke ruang keluarga untuk berpamitan pada ayah dan ibunya. Yah kali ini ia hanya akan pergi sendiri karena Aisyah tidak bisa terlalu banyak bergerak. Ayah dan Ibunya pun tidak bisa datang karena nanti ada acara di rumah tetangga sedang Rinto juga ada di kantornya.

"Bu, Ruby berangkat yah" kata Ruby

"Kalau kamu tidak menyukainya nak., kamu bisa menolak" kata Ibunya penuh cemas

"Aku percaya pilihan ayah itu sudah terbaik Bu, tapi mungkin aku hanya akan meminta beberapa syarat padanya" kata Ruby menjawab ibunya

"Ajukan lah nak, ayah tidak mempermasalahkan itu, alasan ayah memilihnya karena dari fotonya ia terbilang cukup ganteng, dan selain itu dia juga mapan,. sepertinya pun dia dari keluarga baik-baik dan sederhana seperti kita" kata Ayahnya

"Yah Ayah, aku akan bertemu langsung dengannya nanti" kata Ruby

"Ini CV miliknya, kamu bisa membacanya terlebih dahulu nak" kata Ayahnya sambil memberikan sebuah amplop coklat yang berisikan informasi pribadi tentang laki-laki yang akan menjadi suaminya nanti

"Baiklah yah, aku akan membacanya di jalan nanti" kata Ruby lalu berjalan keluar karena grab yang ia pesan sudah ada di depan. Dia menuju ke tempat pertemuan itu setelah dikabari jika ustadz Anto dan istrinya telah sampai disana.

****

Ditempat lain

Rey pun telah bersiap dengan setelannya. Ia tampak begitu tampan. Rasanya seperti ia akan meledak karena kebahagiaan yang ia rasakan. Dirinya tidak pernah menyangka jika Ruby benar memilihnya. Itu artinya cintanya tidak akan bertepuk sebelah tangan. Meski ia tahu Ruby belum menaruh hati padanya tapi setidaknya dengan menikahinya, ia akan lebih muda merebut hati gadis pujaannya itu.

"Bagaimana penampilan ku Dean" tanya Rey pada Sekretaris nya itu

"Anda sudah terlihat sangat tampan tuan" jawab Dean dengan tersenyum. Tuanya terlihat sangat bahagia dan antusias dengan pertemuan kali ini.

"Aku harus pura-pura tidak mengenalnya nanti atau Aku harus langsung mengakrabkan diri" tanya Rey lagi

"Tuan tahu harus bertidak seperti apa nantinya" kata Dean

Rey sangat bahagia, ia mungkin tidak bisa menyembunyikan perasaannya nanti dipertemuan itu. Ia mulai bingung harus bersikap seperti apa nanti, apa ia harus langsung bercerita bahwa mereka saling mengenal, atau mereka harus berpura-pura seperti baru pertama kali berjumpa. Sejak mendapat pesan itu, ia mulai membayangkan segalanya bersama Ruby. Mulai dari pernikahannya, hari-harinya dan semuanya tentang Ruby. Ia mungkin akan menjadikan Ruby wanita paling beruntung dan berharga bahkan akan membuat gadis itu tidak menyesal telah memilih dirinya sebagai pendamping hidupnya.

"Mari kita berangkat Dean" Kata Rey.

"Mari Tuan" jawab Dean

*****

Di tempat pertemuan

Ruby berjalan masuk ke sebuah ruangan, ternyata tempat pertemuannya itu di sebuah masjid dekat sekolah Aisyah. Hatinya berdegup kencang dan ia pun semakin gugup karena hal itu. Bagaimana jika nanti laki-laki itu menolak syarat yang ia berikan, apakah orang tuanya akan kecewa padanya. Ia terus berjalan masuk dan disambut oleh ustadzah Khafifah. Begitu ia masuk, ia sangat terkejut melihat siapa laki-laki yang duduk di samping ustadz Anto. Laki-laki itu adalah Presdir perusahannya Tuan Rey MC Wilson.

Ruby tidak bisa lagi berpikir, ia tidak sempat memeriksa CV yang diberikan oleh ayahnya karena terlalu larut dalam pikirannya sendiri selama dalam perjalanan. Selain itu ayahnya bilang pemuda itu dari keluarga sederhana. Apa mungkin seorang Presdir berasal dari keluarga yang sederhana.

"Silahkan duduk mbak Ruby" Pinta Ustadz Anto

"Iya ustadz" jawab Ruby sambil terus menatap bingung mengapa Presdirnya yang duduk disampingnya ustadz Anto

"Sebelumnya, dengan izin Allah SWT kita semua bisa dipertemukan di sini. Ini adalah salah satu cara yang ditempuh seorang muslim dan muslimah ketika mereka telah merasa mantap untuk menikah. Nah Langsung saja Mbak Ruby dan Rey boleh silahkan terlebih dahulu memperkenalkan namanya masing" kata Ustadz Anto

"Saya Rey putra dari Pak Wilson dan Nyonya Wilson. Kamu bisa memanggil saya Rey saja, umur saya 25 Tahun" kata Rey memperkenalkan dirinya. Ruby begitu cantik hari ini. Matanya terus aja menatap Ruby. Dalam hatinya ia tertawa melihat muka polos Ruby yang kebingungan mengapa dia ada dihadapannya

"Silahkan Ruby kamu perkenalkan juga dirimu" kata Ustadzah Khafifah membuyarkan lamunan Ruby

"Saya, nama saya Ruby, saya putri kedua dari Pak Ahmad dan Ibu Khadijah. saya berumur 24 tahun" Kata Ruby. Ia kini berpikir bahwa dunia sangat sempit. Kenyataan bahwa ia pernah menolak Rey namun kini ia akan menikah dengannya adalah hal yang paling lucu dalam hidupnya. Ia telah mengatakan pada Rey jika ia tidak memiliki rasa sama sekali. Dan Kini ia harus belajar memiliki rasa pada laki-laki itu.

"Nah karena kalian telah berkenalan, kami akan memberikan waktu pada kalian sebulan untuk berkenalan lebih jauh lagi mengenai kehidupan kalian lalu setelah itu saya akan kembali bertanya apakah kalian satu sama lain saling menerima atau tidak". Kata Ustadz Anto

"Ustadz, Sejujurnya saya telah mengenalnya, bolehkan hari ini saya langsung mendengarkan jawabannya" Pinta Rey yang sudah tidak sabar

"Oo benarkah, anda telah saling mengenal sebelum ini" tanya Ustadz Anto

"Yah, kami sempat bertemu karena urusan pekerjaan" jawab Rey lagi

"Kalo begitu mari kita dengar jawaban mbak Ruby" kata Ustadz Anto

Semua mata menatap Ruby. Ia telah berjanji untuk menerima laki-laki pilihan ayahnya.

"Saya ... saya.., begini ustadz bolehkah saya mengajukan beberapa syarat sebelumnya" kata Ruby

"Silahkan, apa syaratnya" kata Ustadz Anto

"Saya ingin tetap bekerja setelah menikah, saya juga ingin nanti pernikahannya dilakukan dengan sederhana dan tertutup untuk keluarga, dan Saya pikir saya belum bisa terlalu jauh dari orang tua saya" kata Ruby

"Apakah Rey menerima syarat dari Mbak Ruby" tanya Ustadz Anto

"Yah ustadz, apapun syarat nya pasti akan kuterima". jawab Rey dengan lantang

"Bagaimana mbak Ruby apa masih ada lagi, kalau sudah tidak berkenan ka mbak menerima lamaran pemuda bernama Rey ini ?" jawab Ruby

"Insya Allah ya Ustadz, kupikir dia adalah calon yang orang tuaku telah pilih dan jika dia bisa memenuhi syarat yang ku ajukan maka aku tidak menolak ustadz" jawab Ruby

"Alhamdulillah" kata Ustadz dan Ustadzah bersamaan.

Mendengar jawaban Ruby, Rey tidak dapat lagi menahan rasa bahagianya. Ia kini menjadi calon suami Ruby. Sudah bukan mimpi lagi baginya mendapatkan gadis secantik dan sebaik Ruby.

"Pertemuan ini telah selesai, saya menyerahkan kepada kalian berdua untuk selanjutnya mengurus pernikahan kalian." kata Ustadz Anto mengakhiri pertemuan itu.

"Terima kasih Ustadz" kata Rey lalu berjabat tangan ustadz Anto

"Sama-sama" jawab Ustadz Anto

Ruby dan Rey berpamitan untuk pulang. Mereka berjalan beriringan keluar dari masjid itu. Suasana menjadi sangat canggung mengingat status mereka kini adalah sepasang calon pengantin. Rey lalu berinisiatif untuk membuka percakapan

"Kapan kita bisa mengadakan pertemuan keluarga" tanya Rey tiba-tiba

"Kupikir lebih cepat lebih baik Pak Rey " kata Ruby dengan sedikit canggung. Ia tidak tahu harus memanggil Rey dengan sebutan apa

"Berhentilah memanggilku Pak, kamu boleh memanggil sayang, mas atau baby atau yang lain" kata Rey menggoda Ruby

"Kak Rey mungkin lebih terdengar baik" jawab Ruby

"Kamu ini benar-benar menggemaskan, aku berterima kasih karena kamu telah menerimaku" kata Rey

"Saya juga tidak menyangka bahwa bapak mengajukan permintaan itu untukku dan ayahku yang telah memilih nya" jawab Ruby

"Aku akan memastikan kamu tidak menyesal telah menerima ku" jawab Rey

"Kak, aku memiliki banyak kekurangan yang mungkin akan kakak lihat nanti kedepannya, menerima hal itu aku pikir kakak harus siap dengan segala konsekwensinya" kata Ruby menjelaskan

"Yah aku tahu itu, kamu juga harus tahu jika hidupku juga terlalu banyak masalahnya" kata Rey mencoba lebih terbuka

"Aku akan menerima semua itu kak" jawab Ruby langsung

Jawaban Ruby membuat hati Rey luluh dan semakin jatuh cinta. Ia tidak bisa memikirkan wanita lain lagi. Apapun akan dia lakukan untuk Ruby termasuk jika ia harus menyembunyikan hubungan mereka dia kantor.

"Kalau begitu mari saya antar pulang, kuharap kamu tidak menolak ini" Pinta Rey

"Yah Kak" Kata Ruby lalu masuk ke dalam mobil milik Rey.

Selama perjalanan tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulut mereka. Mereka sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Ruby yang masih tidak percaya dan Rey sangat senang membayangkan kehidupannya bersama Ruby. Dean yang menyaksikan kedua orang itu hanya bisa tersenyum. Jodoh tak akan kemana meski pernah ditolak namun usaha Tuannya kali ini benar dan tidak sia-sia. Ia telah mendapatkan gadis dambaannya.