Chereads / Rino and Runi / Chapter 2 - Rekan Kerja

Chapter 2 - Rekan Kerja

Rino melanjutkan perjalananya menuju cafe karena, ia sudah janjian dengan temannya untuk nongkrong tapi, dijalan ia terus saja kepikiran cewek yang bernama Runi itu, menurutnya Runi adalah cewek unik, sederhana, mandiri dan dia suka dengan orang yang punya kepribadian seperti itu apalagi Runi anak yang pintar membuatnya yakin bahwa dia akan mendekatinya meskipun Runi orang yang galak dan jutek karena, sebelumnya tidak ada cewek yang bersikap seperti itu kepadanya malah mereka banyak yang mendekatinya tapi, Runi?? Sudahlah.

Setelah sampai di depan cafe, Rinopun turun dan masuk ke dalam cafe itu sambil menghampiri temannya yang sudah duduk dengan santai sambil memainkan layar hpnya.

"Woy," sapa Rino sambil menepuk pundak temannya itu.

"Hei bro dari mana aja lo? lama banget," jawab orang itu.

"Biasa ada urusan sebentar, lo udah lama?" tanya Rino sambil duduk.

"Lumayan lah. Noh gue udah pesen makanan buat lo!" sambil tetap di layar hpnya.

"Wih makasih, baik banget sih lo," sementara yang diajak ngomong acuh seakan tak mendengarkan temannya berbicara. "heh ini mau nongkrong apa main game sih." Rino mengambil hp temannya itu tanpa permisi.

"Bentar lagi tanggung tahu," dia mengambil kembali hpnya dari tangan Rino. Rino hanya membiarkannya kemudian ia melanjutkan kembali ucapannya.

"Woy Ren beberapa hari lagi kan ada tanding basket nih tapi gue gak mau latihan."

"Kenapa? berasa udah jago lo?" sindir temannya itu yang bernama Reno Delika cowok yang selalu bersama dengan Rino sejak SMP sampai sekarang SMA, bahkan wajah, tinggi dan nama mereka sedikit mirip makannya mereka sering di sebut si kembar kalo jalan berdua. Kesamaan mereka juga hampir banyak yang membedakan cuma sifatnya aja jika Reno kalem, tenang dan yah lumayan pintar kalo Rino Rusuh, gak sabaran pinter juga sih tapi gak sepinter Reno. Kedua-duanya sama-sama tampan.

"Bukan gitu, makannya dengerin gue dulu," kesal Rino sambil mengambil kembali hp Reno.

"Iya iya balikin hp gue!"

"Nih."

"Jadi gini...." Rino mulai bercerita "kan latihan itu seminggu 3 kali...."

"Kalo itu gue juga tahu, kan gue wakilnya bego!" ya Reno adalah wakil ketua tim basket SMAN Bima Sakti dia juga masuk dalam Ekskul KIR (Karya Ilmiah Remaja) SMAN Bima Sakti sebagai ketua.

"Gue belum selesai tai, lo diem aja deh dengerin gue gak usah ngomong!" suruh Rino. Reno langsung diam dan hanya memberikan anggukan saja tanda mengerti.

"Nah jadi gini, gimana kalo kita ubah aja jadwal latihannya jadi seminggu sekali."

"Lah kenapa? Nggak, gue ngak setuju. Lagian kita tanding itu udah tinggal 2 bulanan lagi tahu." Reno dengan cepat menolak permintaan Rino karena, tak terima dengan usulannya itu.

"Ya gue cape tahu, waktu gue bukan buat latihan basket doang. Gue harus les pelajaran, latihan musik, terlebih gue juga harus ngurusin rumah karena lusa bokap nyokap gue mau pergi keluar kota, Bi Irah juga lagi pulang kampung," terangnya panjang lebar.

Rino adalah anak tunggal dia tidak punya adik maupun kakak. Dia terlahir dari keluaga yang kaya ayahnya seorang pengusaha pertambangan dan batu bara besar. Ibunya seorang manager di salah satu perusahan ternama kota Jakarta dan dia mempunyai sebuah restoran ternama.

"Ya itu derita lo. Kalo lo bisa ambil semuanya lo juga bisa kerjain semuanya. Oke!" jawab Reno santai. "eh bentar, emang dirumah lo pembantu cuma ada satu? udah deh jangan kaya orang susah bilang aja lo mau gue temenin. Iya kan?" lanjut Reno menambahkan sambil tertawa.

"Idih geli gue dengernya tahu," jawab Rino sambil menggidikkan bahunya. "inget gue ketuanya gue bisa aja ubah semuanya," tamba Rino meyakinkan.

"Tapi gue juga wakilnya, gue juga berhak untuk memutuskan," ucap Reno tak mau kalah.

"Lo gak mau ngalah banget sih, kali ini aja. Gue beneran merasa cape banget tahu," mohonya dengan wajah yang memelas. Reno yang melihat wajah Rino merasa kasihan. 

"Yaudah ambil jalan tengahnya aja, jadi dua kali oke."

"Nah gitu dong. Itu baru sahabat gue," sambil bertos ria. Udah kaya adik dan kakak aja ya mereka.

"Eh ngomong-ngomong gimana lo sama si Tira?"

"Gue udah putus," jawabnya santai.

"Udah deh lo tobat Rin gak takut kena ajab lo mutusin dan deketin banyak cewek?"

"Eh sembarangan mereka yang deketin gue kali, ya kalo guemah fine fine aja."

"Kasian anak orang tahu."

"Ya suruh siapa mereka suka sama gue."

"So kecakepan lo."

"Emang gue cakep kan." Sambil tertawa puas.

###

Runi masuk ke dalam rumahnya, rumahnya terasa sangat sepi ibunya sedang ada arisan di kompleksnya dan ayahnya sedang pergi untuk urusan kerjaan meskipun sekarang hari libur. Kadang dia merasa kesepian ketika ibu dan ayahnya tidak ada dirumahnya secara bersamaan untuk urusan pekerjaan atau apapun dengan waktu yang lama, sampai-sampai dia jarang makan malam dan kumpul bareng keluarganya karena mereka sibuk apalagi ayahnya yang harus kesana kemari untuk tugas kantornya. Kadang dia makan dengan ibunya berdua dan kadang diapun sendiri.

"Hadeuh sepi lagi ni rumah," lirih Runi sambil berjalan menuju dapur untuk menyimpan barang belanjaannya.

"Jangan datang lagi cinta bagaimana aku bisa lupa padahal kau tahu keadaanya kau bukanlah untukku...." Runi tengah asyik bernyanyi lagu kesukaannya.

Entah kenapa sejak pertama kali dia mendengar lagu itu dia langsung suka dan terus mendengarkannya berulang-ulang. Memang sih hobi Runi dari sekian banyaknya salah satunya adalah mendengarkan musik dan bernyanyi hampir setiap saat dia mendengarkan musik dan bernyanyi sendiri bahkan sedang belajarpun dia harus sambil mendengarkan musik, orang lain kalo belajar harus tenang tapi, Runi beda dia harus sambil mendengarkan musik biar gak sepi dan yang parahnya lagu-lagunya itu galau-galau semua. Gak heran kalo dia masuk dalam kategori sadgirl. Runi memang cantik, pintar, banyak yang suka tapi sayang Runinya gak suka karena untuk sekarang ia tak mau memikirkan soal cinta karena sekarangpun ketika ia sudah mengakhirinya saja sudah serumit ini apalagi harus memulai lagi.

"Jangan lagi rindu cinta ku tak mau ada yang terluka bahagiakan dia aku tak apa biar aku yang pura-pura lupa," suara Runi makin keras karena, memang dirumahnya sedang tidak ada siapa-siapa dan itu kesempatan dia buat happy-happyan karena, jika ada orang tuanya pasti dia dimarahi karena berisik meskipun, suara Runi bagus tapi jika teriak-teriak kan jadi pusing. Runi memang jago bernyanyi, dia pernah memenangkan juara lomba bernyanyi tingkat nasional. Dia masuk dalam grup/ekskul vokal SMAN Bima Sakti dan juga Ekskul KIR.

Runi berjalan menuju kamarnya ia ingin merebahkan tubuhnya pada kasur dan ingin sedikit beristirahat karena hari ini dia sudah merasa cape, tapi langkahnya terhenti ketika suara pintu rumah Runi ada yang mengetuk. Runi membalikan tubuhnya dan berjalan ke ruang depan untuk membuka pintu rumahnya. Runi membuka pintunya terlihat seorang perempuan cantik sekitar 30 tahunan lebih tengah berdiri dibalik pintu membuat Runi heran.

"Ouh, ada keperluan apa ya Mbak?" tanya runi to the point pada wanita itu.

"Saya Sara, rekan bisnis Pak Bimaja. Pak Bimajanya ada di rumah?" ucap Sara sambil mengulurkan tangannya.

"Runi." Runi membalas uluran tangannya. "kebetulan ayah saya sedang ada kerjaan di luar. Silakan masuk dulu Mbak." Runi mempersilakan orang itu masuk tapi, dengan segera orang itu menolaknya.

"Tidak usah, terimakasih. Kalau begitu saya pergi dulu, permisi!" tolak wanita itu yang bernama Sara sambil pergi dari rumahnya Runi.

"Sama-sama," jawab Runi yang masih bingung kenapa tiba-tiba ada rekan bisnis ayahnya yang datang kerumahnya, kenapa tidak menelponnya saja atau langsung ke kantornya saja. Runi semakin bingung tapi ia tak ingin memikirnya semakin mendalam, ia langsung menepis pikirannya dan memilih masuk ke dalam rumah dam pergi ke kamarnya untuk beristirahat.

###

"Run abilin piringnya ya," ucap Bu Deana pada Runi yang tengah meletakan ayam di meja makannya.

"Iya bu," jawab Runi.

"Yah, ayo makan. Makanannya udah siap," panggil Bu Deana pada suaminya Bimaja itu. Bimaja yang merasa terpanggil langsung keluar dari kamarnya menghampiri Runi dan Deana. Mereka duduk bersama, Runi sangat bahagia bisa merasakan makan malam bersama lagi setelah lamanya tidak merasakan kehangatan itu.

"Aku seneng banget deh bisa makan malam bersama lagi," ucap Runi dengan wajah bahagia ditengah makan malamnya itu.

"Iya sayang ibu juga seneng," sahut Deana sambil mengelus kepala Runi, sementara ayah Runi Bimaja hanya tersenyum tanda iapun bahagia.

"Ouh iya Yah, tadi ada yang cari ayah katanya rekan kerja ayah," lontar Runi pada Bimaja ayahnya.

"Siapa?" Tanya Bimaja heran.

"Euh Sera, Sara ya lupa. Pokonya antara itu deh," jawabnya sambil menimbang omongannya yang kurang yakin itu. Bimaja yang mendengar itu langsung memberhentikan suapannya karena kaget, Deana yang melihat itu sedikit aneh.

"Kenapa Mas?" tanya Deana.

"Ouh nggak, ngak papa. Iya itu rekan bisnis ayah," ucapnya datar.

"Ouh ya, tapi kenapa gak telpon ayah aja atau ke kantor ayah?" selidik Runi karena memang sebelumnya tidak pernah ada orang yang cari ayahnya apalagi rekan bisnisnya ini perempuan. Deana hanya mendengarkan percakapan mereka.

"Iya tadi hp ayah lowbat. Mungkin karena penting jadi ke rumah ayah. Besok ayah tanyain deh ada apa," jelasnya.

"Yaudah yuk lanjutkan makannya," suruh Deana pada Runi dan Bimaja.

Merekapun melanjutkan makan malamnya itu sambil bercanda, bercerita dan tertawa bersama. Malam itu Runi benar-benar sangat bahagia karena moment yang ia rindukan bisa ia rasakan kembali dengan nyata terlihat dari wajah yang terus memancarkan aura kebahagian begitupun dengan ibu dan ayahnya Runi.