Sekolah sudah sepi hanya tinggal orang-orang yang akan latihan ekskul termasuk Runi, dia menunggu sebentar dikelasnya yang sudah sepi sesekali dia membuka hpnya yang sudah penuh dengan notifikasi dia melihat grup chat dan membacanya satu-persatu dengan hidmat tanpa satupun yang terlewat. Kemudian, Runi mengeluarkan headshet dari tasnya lalu ia menyambungkan pada hpnya sambil memutar lagu-lagu kesukaannya, Runi berjalan menuju ke luar kelas ia berniat untuk menunggu di depan kelasnya. Runi pun duduk, sesekali dia melihat kanan dan kiri tapi tidak ada siapa-siapa dia kembali melihat hpnya, ternyata kumpulannya masih belum dimulai ia menyenderkan kepalanya sambil memejamkan matanya menikmati setiap lagu yang ia dengar dari speaker hpnya.
Selang sepuluh menit ketika Runi sedang menikmati lagunya tiba-tiba seseorang menarik headshet dengan kasar Runi yang merasakan itu langsung membuka matanya dan membenarkan duduknya lalu ia melihat kedua orang yang tengah berdiri dihadapannya itu.
"Ada apa?" tanya Runi biasa saja karena memang dia sudah mengenali orang yang ada dihadapannya itu. Mereka adalah Kania dan Yura kakak kelas Runi yang sering mengganggu dan mengintrogasi dirinya karena dia pintar dan setahu Runi salah satu dari mereka yaitu Kania suka pada cowok yang sekarang sudah menjadi mantan Runi karena dia selalu saja menanyakan itu.
"Sini!" Kania menarik lengan Runi untuk masuk ke dalam kelas Runi, yang sudah kosong tidak ada siapa-siapa lagi kecuali mereka bertiga.
"Tutup Ra pintunya," suruh Kania pada Yura temannya yang langsung menutup pintunya.
"Apa lagi sih," bantah Runi tak terima sambil menghempaskan tangan Kania.
"Lama gue gak gangguin lo, Gimana kabar lo?" tanya Kania sambil tertawa lalu iapun duduk di atas meja yang ada di kelas itu.
"Yaelah so basa-basi nih," sindir Yura.
"Mau apa lagi sih kalian?" tanya Runi dengan wajah sebal.
"Gimana lo sama si korek kuping?" tanya kania penasaran.
"Siapa?" heran Runi.
"Pacar lo lah," jawab Kania santai sabil sedikit tertawa.
"Kenapa korek kuping? dia itu punya nama, namanya Radit," jelas Runi pada Kania. Runi memang punya pacar ketika ia mengikuti olimpiade kimia kelas 10 tapi dia sudah putus sejak 4 hari yang lalu dan Kania tidak mengetahui itu.
"Ya suka-suka gue dong, kenapa lo yang sewot?"
"Nggak kok, cuma ngebenerin."
"Dia gak tahu ajah," sahut Yura sambil tertawa bersama Kania. Runi yang melihat itu hanya bingung padahal tidak ada yang lucu.
"Jadi kalian mau apa?" tanya Runi kembali.
"Gak gue cuma mau minta tolong aja."
"Gue gak mau ya kalo harus ngerjain lagi PR kalian," ucap Runi sambil berjalan untuk keluar dari kelas itu, tapi Yura sudah lebih dulu menahannya.
"Lo mau kemana sih, rusuh amat," ucap Kania.
"Gue ada kumpulan, minggir!" sambil menyingkirkan tangan Yura dari pundaknya tapi, Yura tidak melepaskannya.
"Dengerin tuh si Kania minta tolong lo," ujar Yura.
"Ya kan gue gak mau!"
"Sesama manusia itu harus saling tolong menolong, jadi lo harus mau tolongin gue," ucapnya lembut sambil tetap duduk di mejanya. Jika dilihat Kania memang punya sisi baiknya hanya saja dia tidak tahu cara bagaimana menggunakannya.
"Iya kalo lo gak mau berarti lo bukan manusia," tamba Yura sambil tertawa puas.
"Emang lo minta tolong apaan sih?" tanya Runi penasaran karena dia tahu bahwa Kania tidak akan menyuruhnya yang aneh-aneh.
"Wah dia gak sopan banget sih, padahal kita kan lebih tua dari dia." Yura mengkompori Kania.
"Kalian juga gak sopan sama gue, sampai-sampai kalian ganggu gue kan?" Runi membalikan perkataan Yura karena tak terima, sementara mereka hanya diam sambil senyum-senyum karena apa yang dikatakan Runi benar.
"Yaudahlah Ra gakpapa gak penting juga buat gue, gue juga gak mau kalo dipanggil kak berasa tua kan gue?" ucapnya sambil tersenyum pada Yura dan Yura menyetujui itu. Mereka memang terlihat seperti jahat tapi asik juga jika diajak bicara meski kadang-kadang sih.
"Emang tua kan," sahut Runi pelan yang masih terdengar oleh mereka.
"Wah dia beneran ngajak Ribut nih Nia."
"Emang bener kan?" jawab Runi sambil menahan tawanya.
"Udah deh lo jangan mancing-mancing," pinta Kania pada Runi.
"Dia yang mancing bukan gue," tunjuk Runi pada Yura disebelahnya.
"Dih jadi gue."
"Udah diem deh lo semua!" Suruh Kania agar mereka diam.
Mereka terlihat akrab karena memang sudah lama saling mengenal tepatnya Kania dan Yura sudah lama mengganggu Runi ketika dia tahu bahwa dia sangat pintar apalagi mereka mengetahui bahwa Runi berpacaran dengan Radit makannya mereka terus mengganggu entahlah Runipun masih tak mengerti maksud dari mereka itu apa. Runipun sempat berpikir ingin memberi tahu BK karena itu seperti tindakan pembullyan dan ia pernah melaporkannya tapi tetap saja mereka masih mengganggu, setelah dipikir-pikir Runi tak masalah dan sudah menganggapnya hal biasa juga sebagai hiburan semata karena memang permintaan mereka tidak ada yang aneh-aneh selagi Runi bisa mengerjakan dan melawannya. Karena memang tidak ada tindakan kekerasan ataupun semacamnya hanya saja mereka mengganggu Runi. Dan jika Runi melaporkan lagi mereka bisa dikeluarkan oleh pihak sekolah dan Runi tidak mau jika itu terjadi karena dia kasihan pada mereka dan orang tuanya.
Kania melanjutkan kembali ucapannya "nih lo tolong gambarin kayak gini karena gue paling gak bisa gambar dan lo jago gambarkan?" ujarnya sambil memberikan buku gambar dan contoh gambarnya pada Runi. Runi menerimanya dengan berat tapi tak apa ia jadi bisa kembali melatih menggabarnya.
"Nah lo untung, karena gue udah ngerjain jadi lo gak perlu cape-cape ngerjain dua tugas," gumam Yura sambil tersenyum.
"Baguslah, kenapa juga yang Kania gak lo kerjain?"
"Gue gak mau! yang dia aja nilainya C karena gambarnya ngasal gimana nanti punya gue bisa-bisa rusak," timpal Kania.
"Sembarangan ya lo sama gue, yang gue itu istimewa oke," ucap Yura ngayal.
"Istimewa tai lo, Udah ah yuk cabut," ajak Kania pada Yura sementara, Runi masih memasukan buku gambar Kania ke dalam tasnya.
"Jangan lupa kerjain, nanti kalo udah beres chat gue ok! bye!" pesan Kania sambil pergi meninggalkan Runi sendirian. Runi yang sudah memasukan buku gambarnyapun ikut pergi meninggalkan kelas itu, kini ia berjalan setengah lari menuju ruang lab karena teringat dengan kumpulan KIRnya yang mungkin sudah dimulai sejak 10 menit yang lalu.
###
Reno sedang menjelaskan beberapa arahan pada siswa yang sudah duduk mendengarkan Reno berbicara disana banyak siswa kelas 10 dan 11 terutama kelas 10 yang baru masuk dan belum mengetahui beberapa aturan yang ada pada ekskul KIR itu. Kini Reno sedang menjelaskannya dengan sangat lancar, tiba-tiba seseorang datang dan berdiri diambang pintu membuat Reno yang sedang menjelaskan berhenti. Semua siswa melihat ke arah sana tak terkecuali Reno.
"Maaf semuanya saya telat," ujar Runi pada semuanya sambil ngos-ngosan karena ia berlari dari kelasnya ke lab yang lumayan jauh.
"Oke gak papa Runi, silakan duduk aja." Reno mempersilakan Runi duduk tanpa syarat. Runipun duduk dibarisan paling belakang melewati siswa yang sudah duduk sedaei tadi. Siswa lain yang benci pada Runi melihatnya kesal dan tidak suka.
"Gak contoh banget sih!"
"Harusnya gak usah masuk aja, orang sebentar lagi aja selesai," sahut yang lainnya.
"Untung Reno baik."
"Dasar caper," sambil memalingkan mukanya.
Begitulah perkataan-perkataan mereka yang membuat hati Runi sakit, sebenarnya Runi bisa saja melawan mereka tapi ia sadar sekarang bukan waktu yang tepat. Ia mencoba sabar karena memang sedari dulu banyak yang tidak menyukai dirinya karena mungkin Runi terlalu pintar dan mereka enggan untuk berteman dengan Runi yang jarang bergaul dengan siswa lain karena sibuk dengan urusannya entah itu persiapannya untuk olimpiade, ulangan, ujian, lomba dan yang lainnya sampai-sampai ia tidak mempunyai teman dekat seperti kebanyakan orang. Itu juga salah satu kenapa Runi memutuskan Radit. Diapun pernah merasa stres karena banyaknya tugas yang harus ia kerjakan tapi ternyata setelah dijalani dengan santai dan juga sudah terbiasa semuanya terasa lebih ringan saja. Karena memang pekerjaan itu harus dikerjakan bukan malah dipikirkan.
Dia juga merasa sedikit punya teman ketika bersama Kania dan Yura meski mereka hanya mengganggu dan memanfaatkannya, karena ia selalu diajak entah itu ke kantin atupun main bareng tapi Runi selalu menolaknya karena iapun masih takut jika ia akan diapa-apain oleh mereka.
20 menit pun berlalu Reno yang sudah selesai dengan pembicaraannya kembali duduk ditempatnya, kini moderator mengambil alih tempat ketika Reno berdiri untuk menutup perkumpulan itu. Runi merasa senang karena perutnya sedari tadi sudah berdemo meminta asupan karena tadi ia tidak sempat ke kantin untuk makan dia malah sibuk membaca diperpustakaan. Runipun keluar dari lab dan berjalan menuju gerbang sekolah. Dilihatnya jam yang melingkar ditangannya 07.40 ia cemas takut tidak ada kendaraan umum.
Yeayyy tunggu kelanjutannya ya....
Semoga kalian suka, maaf kalo banyak typo dan semacamnya terus pantengin aja ceritanya ya....
Makasih semuanya....