"Bu ayah pergi dulu ya," ucap Bimaja berpamitan ingin pergi ke kantornya sementara, Deana hanya mengaggukan kepala dan Runi sudah lebih dulu pergi ke sekolahnya.
"Ibu yakin tidak ingin ayah antarkan ke sekolah?"
"Gak usah, nanti aku naik angkot ataupun taxi," jawab deana lemah lembut.
"Ya sudah ayah pergi dulu ya," sambil mencium kening istrinya itu. Bimajapun pergi mengendarai mobilnya melintasi jalanan kota Jakarta.
Deana masuk ke dalam rumahnya ia berjalan menuju kamarnya dan membereskan kamarnya sebentar yang terlihat tidak rapi itu kemudian, Deana mengambil pakaian kotor milik suaminya diatas kasur lalu ia berjalan kembali ke kamarnya Runi untuk mengambil kembali pakaian kotor milik Runi untuk di cuci.
Seperti biasanya Deana selalu mengecek setiap saku yang ada pada baju yang akan di cucinya karena, selalu saja ada barang-barang yang tertinggal entah itu kartu, kunci, uang, cincin atau apapun. Ketika ia mengecek baju milik Runi lalu memasukannya ke dalam mesin cuci karena tidak ada apa-apa kemudian, dibaju satunya lagi Deana menemukan uang satu lembar berwarna hijau.
"Tuh kan ada... aja" ungkapnya sambil menyimpan uang itu.
Kini Deana beralih pada celana Bimaja yang kotor kemudian ia meraba-raba saku celananya, lalu ia menyadari ada sesuatu didalamnya seperti kertas. "mungkin uang," pikirnya.
Setelah, diambil kertas itu ternyata bukan uang melainkan foto kemudian, ia membalikan fotonya ia terbelalak ketika melihat Bimaja suaminya yang ada difoto itu bersama seorang perempuan yang tidak Deana ketahui. Mereka terlihat mesra, Bimaja merangkul perempuan itu sambil tersenyum bahagia. Deana yang melihat itu hanya diam tak mengerti, sesekali ia mendekatkan Fotonya itu karena ukurannya sangat kecil.
"Siapa ya perempuan ini? apa mungkin rekan kerjanya ya?" heran Diana, ia mencoba tidak berasumsi pada suaminya itu. Deana hanya menyimpan foto itu di sakunya, dan berniat untuk menanyakannya langsung pada suaminya itu, ia tak mau jika harus menuduh suaminya yang enggak-enggak karena pikirannya. Deana memang istri yang baik, ia mengerti keadaan suaminya dan patuh. Lalu Ia pun melanjutkan aktivitas mencucinya itu dan setelah semuanya selesai ia langsung pergi menuju sekolahnya untuk mengajar.
###
Setelah jam pelajaran pertama selesai, bel berbunyi kini saatnya kantin ramai dengan orang-orang yang kelaparan, Runi yang melihat itu malas untuk pergi ke kantin. Ia malah pergi ke purpustakaan untuk membaca buku, Runi mulai berjalan menyusuri koridor sambil membawa buku ditangannya.
"Run, pulang sekolah ada kumpulan KIR jangan lupa datang ya!" ucap Mira selaku wakil ketua KIR.
"Oke nanti gue dateng," balas Runi sambil melanjutkan kembali langkahnya. Ia berjalan menuju perpustakaan ketika sudah sampai dan ingin masuk ke dalam perpus ia malah harus berpapasan dengan orang yang ingin keluar dari perpus, dengan segera Runi menjauhkan tubuhnya dari orang itu.
"Runi! tuh kan kita ketemu lagi. Emang jodoh ya kita," ucap cowok itu dengan nada senang.
"Ngayal lo! udah gue bilang anggap aja kita gak pernah saling kenal!" terang Runi pada cowok yang bernama Rino itu.
"Ya kali, masa gue kenal tapi gue gak sapa nanti dikatain sombong lagi,"
"Gak peduli kalo buat gue. Sana lo!"
"Mau ke perpus lo?" tanya Rino.
"Ya masa gue mau ke WC sih. Minggir lo!" kesal wanita itu sambil menyingkirkan bahu cowok dihadapannya.
"Eh iya ya haha," cowok itu malah tertawa tak jelas membuat Runi yang melihat itu hanya memutarkan bola matanya malas.
"Yaudah minggir, gue mau masuk," pinta Runi pada cowok itu yang menghalangi pintu masuk ke perpus.
"Kalo gue gak mau gimana?" goda Rino yang membuat Runi semakin kesal dan malas jika harus ngeladenin cowok itu. Tiba-tiba Runi punya ide ingin mengerjai cowok itu.
"Oh yaudah sini deh ada yang mau gue bisikin," suruh Runi dengan suara yang lembut.
"Kenapa? mau bisikin apa lo? jangan-jangan lo udah mulai suka ya sama gue? baru juga 2 kali ketemu udah gercep banget nih," ceroscos Rino sambil senyum-senyum dan tertawa.
"Aduh kepedean banget sih ni orang," batin Runi geli mendengarnya. "yaudah sini aja napa," ujarnya. Rinopun menghampiri Runi dengan mendekatkan telinganya siap untuk mendengarkan Runi berbicara.
"PERGI LO!!!" Teriak Runi tepat di telinga Rino. Rino dengan wajah kagetnya langsung menutup telinganya sambil meniupkan udara pada tangan dan disalurkan pada telinganya.
"Gila lo! emang gue budek, pake teriak-teriak segala, emang ini hutan apa?" sambil tetap mengusap-usap telinganya dan menyalurkan udara lewat tangannya. Runi yang melihat itu merasa kasihan dan tertawa puas.
"Ya maaf, abisnya lo nyeselin banget sih." Runi meminta maaf sambil dibarengi tawa.
"Dasar manusia hutan lo," ledek Rino, sementara Runi hanya meninggalkannya begitu saja masuk ke dalam perpus untuk membaca buku, karena jalannya sudah tidak terhalangi lagi.
###
Reno berjalan di koridor sekolah sambil sesekali melihat kanan dan kiri, dia sedang mencari temannya yang sudah pergi saat jam istirahat tapi tak kunjung kembali lagi sampai saat ini. Reno berniat untuk pergi ke kantin saja dan setelah ia berjalan ia bertemu dengan temannya itu.
"Oy Rin, lo abis darimana sih?" tanya Reno pada temannya yang bernama Reno.
"Gue abis dari perpus," ucapnya sambil mengusap-usap telinga dan meniupkan udaranya.
"Abis ngapain lo? so rajin banget."
"Eh emang lo aja yang bisa rajin gue juga dong," jawabnya tak mau terima dengan omongan Reno sambil menjitak kepala Reno, Renopun membalasnya kembali kemudian, Rino kembali mengusap telinga dan meniup udaranya lagi, Reno yang melihat itu sedikit aneh "lo kenapa sih?" tanya Reno heran dengan yang dilakukan Rino.
Rino menjawab tanpa megalihkan tangan dari telinganya "ini tadi kuping gue kemasukan air," ucap Rino berbohong. "tolong tiup telinga gue dong Ren," pinta Rino, tanpa basa-basi Reno langsung meniup telinga Rino dengan berulang-ulang.
Dari arah berlawanan seorang murid berjalan dan terdiam melihat apa yang dilakukan mereka. "Woy ini kalian kembar-kembar nakal lagi ngapain disini mana tempat umum, ngalangin jalan lagi," ucap seorang murid yang bernama Nurdin dengan suara alaynya.
"Apa lo?" sewot Reno dan Rino berbarengan membuat Nurdin tertawa.
"Ngak papa, kalian lucu, sweet banget sih. Lanjutin aja deh!" gemes Nurdin yang masih tetap tertawa dan kembali berjalan untuk ke kelasnya.
"Ihhh najis," ucapnya berbarengan lagi sambil menjauhkan badan mereka. Mereka berdua jadi salting.
"Dasar cowok alay!" sindir Rino, sementara Nurdin sudah berjalan menjauh.
"Dia bukan cowok sih Rin," sahut Reno sambil sedikit tertawa.
"Terus apa dong?" tanya Rino bingung.
"Lebih tepatnya banci alay," ucapnya setengah berbisik sambil tertawa keras.
"Yaudahlah kita ke kantin, gue laper nih," ajak Reno sambil menarik lengan Rino yang masih tertawa.
"Apasih lo tarik-tarik, geli gue," ucap Rino sambil melepaskan tangannya dari Reno.
"Yaudah cepet jangan kelamaan," balas Reno yang sudah berjalan duluan diikuti oleh Rino. Mereka berdua memang seperti adik kakak sedikit-sedikit beramtem sedikit-sedikit akur tapi itulah yang membuat mereka tetap berteman.
Setelah sampai di kantin mereka langsung duduk di meja kosong dan memesan makanan beserta minumannya. Keadaan kantin sudah terlihat sepi tidak lagi banyak penghuni karena mungkin mereka tahu sebentar lagi bel akan berbunyi, tapi Rino dan Reno tak menghiraukan itu semua. Pesanan pun datang mereka langsung melahapnya sambil diselangi obrolan.
"Ouh iya lo putus kan sama si Tira, itu kenapa?" tanya Reno penasaran.
"Ya gapa sih, males banget pacaran sama dia."
"Baru juga 3 hari jadian."
"Ya masa gue harus nurutin semua kemauan dia sih? gue harus anter kemanapun dia mau emangnya gue supirnya apa? ya pokonya ribet deh pacaran sama dia. Makannya gue putus," terang Rino sambil tetap melahap baksonya.
"Iya sih kalo gitu ceritanya gue juga males," ucap Reno menggidikkan bahunya.
"Kalo lo gimana? demen banget ngejomblo ya?" sindir Rino sambil tertawa. Reno memang sudah menjomblo sejak dia masuk SMA sampai sekarang mereka sudah kelas 11.
"Yehhh gue cuma belum nemu yang pas aja."
"Banyak pilih-pilih sih."
"Yaiyalah emangnya lo yang langsung main pacarin dan sakitin gitu aja."
"Ya itu sih kemauan mereka guemah ngeiyain aja biar gak ribet, tapi sekarang kayaknya gue sadar deh itu gak baik dan mulai sekarang gue gak akan gitu lagi deh bro."
"Nah itu lo sadar," pekiknya.
"Sekarang gue lagi deketin cewek dan kayaknya cewek ini sulit buat gue jadiin pacar," ucapnya dengan begitu serius.
Reno bingung sambil memberhentikan suapannya. "Lah katanya udah sadar tapi ko malah mau dekitin cewek sih? bingung gue sama lo."
"Maksudnya gue gak akan terima lagi mereka yang nembak gue kecuali kalo gue beneran sayang.," jelas Rino.
"Emang siapa sih tu cewek? sampai lo yang harus ngejar dia?"
"Udah, lo gak perlu tahu lah."
"Siapa tahu aja gue bisa bantu."
"Doain gue aja," ucapnya.
"Hm oke oke"