Chereads / Sang Raden / Chapter 19 - Portal Ghaib Terbuka

Chapter 19 - Portal Ghaib Terbuka

Di sisi lain... Semakin kencang Mesi dan Dila memanggil nama Kirana, anginpun berhembus semakin kencang. Tanah yang dipijaknya terasa bergetar, kedua gadis itu terdiam ketika merasakan ada gempa di sekitarnya.

"Apa yang terjadi Mesi? Kenapa tiba-tiba terjadi gempa seperti ini?" tanya Dila mulai ketakutan sambil memeluk lengan Mesi dengan erat.

Mesi terdiam tidak menjawab pertanyaan Dila, tapi dia pernah membaca suatu cerita tentang hal mistis, dan kejadian di cerita itu hampir mirip dengan yang mereka alami sekarang.

"Dila! Kita harus terus memanggil nama Kirana, portalnya mulai terbuka!" ucap Mesi dengan penuh keyakinan.

"Portal? Portal apa?" Dila sama sekali tidak paham dan mengerti.

"Kirana hilang karena terjebak di alam lain bukan? Nah sekarang portal gaib itu sudah mulai terbuka, makanya angin berhembus kencang dan bumi juga berguncang, itu tandanya portal kita dan portal alam yang menyembunyikan Kirana sudah mulai terhubung" jelas Mesi.

Meskipun penjelasan Mesi agak aneh dan tidak masuk akal, tapi Dila percaya apa yang diucapkan Mesi itu benar, tidak ada salahnya dicoba. Akhirnya dengan penuh keyakinan, kedua gadis itu terus memanggil nama Kirana sekencang-kencangnya.

....Negeri Negaran....

Sejenak suasana kembali sunyi, tapi Kirana masih menunggu dan tetap mencari sumber suara itu. Kirana terus berjalan ke arah barat, meskipun dia tidak tahu tujuannya kemana, tapi batinnya yakin kalau ada sesuatu di sana.

"Kiranaaa...." suara itu semakin jelas terdengar, Kirana semakin yakin kalau dia semakin dekat dengan kedua sahabatnya.

"Dila.... Mesi.... Kalian di mana!" teriak Kirana. Ia terhenti di sebuah pohon yang besar, dengan akar yang menjulur panjang dari atas pohon hingga ke tanah. Kirana terhenti sejenak dan mengamati pohon itu, dia sangat yakin kalau dirinya mendengar suara Mesi dan Dila dari pohon besar itu tadi.

Kirana berjalan pelan memutari pohon sambil mengamati setiap detailnya dan mencari celah, siapa tahu ada pintu tersembunyi di pohon itu.

Sampai di satu sisi, terlihat akar pohon berbentuk seperti sebuah lubang oval yang tingginya hampir sama dengan tinggi badannya. Tapi Kirana ragu untuk mendekatinya, apalagi dia hanya mengandalkan cahaya bulan dan tidak ada alat penerang sama sekali, ia takut kalau tiba-tiba ada hewan buas yang keluar dari lubang pohon itu.

"Dilaaaa.... Mesiiii..." teriak Kirana di depan lubang pohon, suaranya terdengar menggema dan memantul, Kirana seperti berteriak di depan sebuah gua.

Setelah itu... Tiba-tiba saja suasana berubah, pohon besar itu bergerak karena tiupan angin yang sangat kencang, tanah yang dipijaknya pun mulai bergetar sama seperti apa yang dialami Dila dan Mesi.

"Apa yang terjadi?" Kirana bingung dan mulai ketakutan.

Kemudian mata Kirana menangkap ada satu titik cahaya kecil di dasar lubang pohon itu, cahaya berwarna putih kebiruan yang semakin lama semakin membesar dan memenuhi ruang pohon yang gelap. Kirana melindungi pandangannya dengan telapak tangan, karena cahaya yang sangat silau.

Angin semakin berhembus kencang, bumi semakin berguncang, dan kali ini angin itu membimbing Kirana masuk ke dalam cahaya. Tubuhnya semakin tersedot mendekati lubang bercahaya itu, karena Kirana tidak paham dengan apa yang terjadi, ia melangkah mundur, mencoba bertahan dan berusaha untuk tidak masuk kedalam cahaya itu.

Sampai pada akhirnya, cahaya di lubang pohon itu memperlihatkan kedua sahabatnya yang sedang berdiri dan berusaha mencarinya.

"Dila... Mesi... " ucap Kirana bergetar, ia terharu karena akhirnya bisa melihat dan bertemu dengan kedua sahabatnya.

Tapa berpikir panjang, dengan hati yang penuh keyakinan, Kirana pun mulai berlari dan hendak masuk ke dalam cahaya supaya bisa keluar dari portal itu dan dia bisa kembali ke dunianya. Tapi... Hanya tinggal satu langkah lagi Kirana masuk, tiba-tiba ada seseorang yang menariknya menjauh dari cahaya portal.

"Tidak..." pekik Kirana.

Ketika tubuh mereka berdua mendarat di atas rerumputan, Kirana pun langsung menatap orang yang menariknya barusan.

"Raden Sastra..." gumam Kirana dengan nada terpekik.

Kirana kembali menatap ke arah portal cahaya itu, namun dengan cepat, cahaya portal yang ada di pohon tiba-tiba mengecil lalu menghilang dengan sangat cepat.

"Tidak... Tunggu...." ucap Kirana langsung bangkit dan menghampiri pohon itu lagi. Tapi sayang, cahaya portal itu sudah hilang. Kirana kehilangan kesempatan untuk pulang.

"Dilaaa... Mesiii..." teriak Kirana sambil memukul-mukul pohonnya. Namun apa yang ia lakukan tidak ada hasilnya, cahaya portal itu sudah tiada dan entah kapan Kirana bisa mendapatkan kesempatan itu lagi. Kirana tersimpuh tak berdaya, menangis sejadi-jadinya.

Raden Sastra mendekat ke arah Kirana, ia tidak mengerti apa yang sedang terjadi kepada gadis itu. Ia mencoba mengajak Kirana untuk pulang.

"Apa yang kau lakukan malam-malam di hutan seperti ini? Dan apa yang kau lakukan tadi ha?" ucap Raden Sastra dengan nada tegas.

Kirana terdiam... Tangannya mencengkram erat rerumputan, tubuhnya bergetar, matanya yang basah menatap Raden Sastra dengan tajam penuh amarah.

"Semua... Gara-gara kamu!" gumam Kirana dengan gigi yang terkatup rapat.

Raden Sastra terdiam menatap Kirana, ia benar-benar tidak mengerti kenapa Kirana bisa semarah itu padanya, ini baru pertama kalinya Raden Sastra melihat Kirana benar-benar marah.

"Gara-gara aku? Aku mencoba menyelamatkanmu!" jawab Raden Sastra.

"Menyelamatkan aku?" Kirana berbicara dengan nada yang mengerang.

"Kau tidak menyelamatkan aku tapi justru kau ingin mbuatku terjebak dan mati di duniamu yang konyol ini!" ucap Kirana dengan nada keras, ia meluapkan seluruh emosinya. Bahkan ia juga tidak peduli, siapa lawan bicaranya sekarang.

"Apa maksudmu!" Raden bertanya dengan nada dingin.

"Gara-gara kamu aku jadi kehilangan kesempatan untuk pulang! Selama ini aku terjebak disini... Dengan pakaian seperti ini dan harus menjadi Sekar... Aku bukan Sekar! Tapi aku Kirana! Namaku Kirana! Aku berusaha mencari jalan pulang. Tapi giliran aku sudah menemukannya, kamu malah menghalangiku!" Kirana kembali sesenggukan.

Raden Sastra terdiam... Ia pikir gadis di hadapannya itu sedang ngelindur atau sedang berhalusinasi. Tapi melihat cara berbicara dan tatapan matanya, Raden Sastra melihat kejujuran dari setiap kata yang diungkapkan oleh Kirana.

"Aku sudah melihat kedua sahabatku tadi, hanya tinggal selangkah lagi aku pulang... Tapi gara-gara kamu, portal itu menghilang!" Kirana memeluk lututnya dengan erat, menumpahkan seluruh air matanya.

Entah mengapa melihat Kirana menangis seperti itu, ada rasa sakit di hati Raden. Niat baiknya untuk menyelamatkan Kirana malah menjadi kesalahan terbesarnya.

Sebenarnya Raden Sastra sudah mengikuti sejak awal Kirana keluar dari rumah, ia terus mengawasi sampai akhirnya melihat Kirana hendak masuk kedalam cahaya yang Raden pikir cahaya itu sangat berbahaya untuk Kirana.

Makanya ketika mengetahui Kirana hendak masuk ke portal itu, Raden langsung menariknya menjauh. Tanpa tahu kalau apa yang dilakukan olehnya ternyata malah membuat Kirana kehilangan kesempatan untuk pulang ke dunia asalnya.