Sudah berjam-jam Dila dan Messi terus menyisir tempat itu dengan penuh harapan bisa menemukan petunjuk dari Kirana, tapi sampai kaki mereka terasa pegal dan linu, satupun petunjuk atau jejak Kirana tidak mereka dapatkan bahkan, makam keramat yang mereka cari-cari tak kunjung ditemukan juga. Kedua gadis itu mulai putus asa...
"Aku sudah lelah Mesi! Tapi kenapa belum menemukan apapun juga... Kirana kau dimanaaaa" keluh Dila diiringi dengan tangisnya. Ia duduk tersimpuh di atas rumput meluapkan perasaannya.
Mesi yang berdiri agak jauh darinya, kemudian datang menghampiri lalu merangkul Dila.
"Dila... Apa yang terjadi padamu? Kau sendiri yang mengajakku kan untuk mencari Kirana di sini, kau yang paling bersemangat dan memiliki keyakinan. Tapi dimana keyakinan itu sekarang? Kenapa kamu jadi lemah kayak gini Dila!" Mesi mencoba untuk membangkitkan semangat Dila lagi.
Dila terdiam mencengkram erat rerumputan, hatinya berontak antara putus asa tapi juga kasih sayang kepada Kirana.
"Maafin aku Mesi, maaf" ucapnya lirih dan bergetar.
"Ssstt... Dah, gak papa. Tenangkan dirimu. Oke" Mesi menyandarkan kepala Dila di pelukannya.
Masih ada sisa waktu sebelum sore hari, sudah lama mereka terdiam dan membuang-buang waktu. Dila tersadar dari renungannya, ia kemudian bangkit dan memandang ke sekitar. Entah kenapa ada suatu perasaan yang mendorongnya untuk kembali melangkah.
"Dila, apa kau merasakan apa yang sedang aku rasakan?" ucap Mesi sambil fokus memandangi sekitar.
"Ya Mesi, aku... Merasakannya" jawab Dila.
Kedua gadis itu melihat ke seluruh arah, pohon dan semak mulai terlihat bergoyang karena hembusan angin yang semakin lama berhembus semakin kencang.
"Apa yang terjadi Mesi?"
"Entahlah Dila, aku juga tidak tau"
Mereka berdua mulai merasa tidak nyaman.
Mata Dila menatap lurus ke arah pohon aneh yang ada di hadapannya, entah sejak kapan pohon itu ada di sana tapi Dila baru melihatnya sejak tadi. Ia mengamati pohon yang separuh batangnya telah tertutup oleh akar dan tanaman rambat yang rimbun. Ia terdiam, matanya menyusuri setiap detail pohon itu, sampai akhirnya ada sebuah celah yang memperlihatkan batu nisan yang sudah berlumut.
"Me... Mesi..." ucap Dila sambil menepuk-nepuk Messi tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ada apa Dil?" Mesi bingung dengan tingkah Dila, iapun beralih menatap kearah pohon yang membuat sahabatnya gelagapan. "Dila, jangan-jangan itu adalah makam yang kita cari dari tadi. Ayo kita ke sana!"
Mesi membantu Dila bangkit, kemudian mereka bergegas menuju ke makam tua itu. sesampainya di depan makam, Dila dan Mesi kembali menghentikan langkahnya lalu terdiam mengamatinya.
Hanya ada dua makam di sana, satu dengan nisan pendek dan sederhana terbuat dari batu kali memanjang, dengan lumut yang tumbuh menyelimuti permukaan batu nisannya.
Dan makam yang satunya lagi juga terbuat dari batu kali hanya saja bentuknya istimewa, bentuknya seperti candi kecil, ada ukiran emas tulisan kuno di batu nisannya, dan makamnya bersih, tidak ada sedikitpun lumut yang menempel di batunya.
Kedua gadis itu saling lempar pandang melihat kedua makam yang sangat unik dan... Aneh.
"Padahal sudah berjam-jam kita berputar disini, tapi makam ini tidak terlihat sama sekali" ucap Dila merasa aneh.
"Kau benar, Dila. Dan lihat makam ini begitu langka dan unik, tapi... Juga terlihat mistis" Mesi bergidik dengan ucapannya sendiri. "Ah... Tunggu sebentar, aku akan membuka internet untuk mencari arti dari tulisan makam ini. Sebentar ya"
Mesi langsung mengeluarkan ponselnya dari kantong celana, ia mencoba mengutak-atik ponselnya tapi ternyata sinyal menghilang.
"Gimana?" tanya Dila penuh harap.
"Gak ada sinyal Dil" jawab Mesi putus asa. "Aku akan mencoba merekam makam ini, jadi setelah kita keluar dari hutan ini nanti, kita bisa mencarinya di internet"
"Ide yang bagus!" jawab Dila menjentikkan jarinya. Mesi mulai membuka kamera ponselnya, ia mengambil beberapa foto dan satu video, setelah itu Mesi kembali menyimpan ponselnya di kantong celana.
"Jadi... Menurutmu, apa Kirana hilang di sini Mes?" tanya Dila ragu.
"Sepertinya, coba kita memutari makam ini, siapa tahu benar-benar ada petunjuk yang bisa kita temukan"
"Iya" jawab Dila mengangguk.
Kedua gadis itu mulai berpencar dan memeriksa area makam dengan arah yang berlawanan, Messi sangat serius memperhatikan detail area makam itu, sampai-sampai tidak memperhatikan jalan dan kakinya pun tersandung oleh akar pohon.
"Aduh!" Mesi tersungkur diatas rerumputan. "Aauuuww.... Sakit..." keluh Mesi sambil meringis kesakitan. Baru saja dia akan marah gara-gara tersandung, matanya langsung menangkap satu benda yang tergeletak di depan wajahnya.
Mesi terdiam mengamati, perlahan tangannya bergerak mengambil benda yang ia temukan. Setelah mengetahui benda apa itu, Mesi langsung terduduk melupakan rasa sakitnya dan memanggil Dila yang sedang berada di sisi lain makam itu.
"Dil... Dila! Kesini buruan!" teriak Mesi tidak sabar.
"Ada apa Mesi?" tanya Dila sambil berlari ke arah Mesi.
"Lihat. Ini ponsel Kirana kan?!" Mesi menunjukkan benda yang ia temukan barusan kepada Dila.
Dila ternganga, kemudian memegang ponsel itu lalu mengamatinya bolak balik. "Iya, ini ponsel Kirana! Aku yakin ini adalah ponsel Kirana" ucap Dila.
Keyakinan mereka semakin kuat, kalau mereka akan menemukan Kirana di sana. Dengan bukti ponsel yang mereka dapat, mereka semakin bersemangat untuk mencari Kirana.
"Kiranaaaa" teriak Mesi sekencang-kencangnya, suaranya memantul di tengah hutan yang sunyi. "Kau dimana? Jika kau mendengarku, aku mohon jawab aku!" teriaknya lagi.
Melihat Mesi berteriak, akhirnya Dila pun ikut berteriak memanggil nama Kirana....
*****
Negeri Negaran....
"Kiranaaaa.....!!!!"
Gadis yang sedang tertidur pulas di atas tikar itupun terperanjat bangun ketika mendengar ada seseorang yang memanggilnya, Kirana duduk sambil mencari sumber suara ke seluruh ruangan kamar dengan pandangannya.
"Kiranaaaa" suara itu terdengar lagi. Kirana menoleh ke arah jendela, ia yakin kalau suara itu berasal dari luar.
"Itu.... Suara Dila dan Mesi. Iya... Nggak salah lagi, itu suara mereka. Akhirnya mereka bisa menemukan aku disini" gumam Kirana bergetar, bahagia juga terharu karena mendengar kedua sahabatnya memanggil namanya.
Tapi sejenak Kirana terdiam, ia ingin memastikan sekali lagi kalau dirinya benar-benar mendengar suara kedua sahabatnya dan bukan halusinasi ataupun mimpi.
"Kirana kau dimanaaaa???" teriakan itu terdengar lagi dengan salah jelas.
Kirana yakin kali ini bukanlah mimpi ataupun halusinasi, telinganya memang mendengar suara Messi yang memanggilnya. Kirana tersenyum sambil berlinang air mata, bahagia karena akhirnya mereka bisa menemukan dirinya.
"Mesiii.... Dilaaa... Aku disini" balas Kirana juga berteriak. Kirana langsung beranjak dari tempatnya. Ia tidak peduli dan tidak ingat kalau di sana juga ada Raden yang sedang tertidur.
Kirana langsung berlari keluar rumah, sambil terus membalas teriakkan Dila dan Mesi. Tapi, sesampainya diluar, Kirana tidak menemukan siapapun. Matanya menelusuri suasana hutan yang gelap, berharap bisa melihat kedua sahabatnya datang memeluknya.