Kirana melangkah beberapa kali ke belakang untuk menghindari Raden Sastra yang menatapnya bagai binatang buas yang sedang kelaparan, meskipun dirinya merasa terancam namun Kirana mencoba untuk setenang mungkin dalam menghadapi situasi seperti itu.
"Kau! Argh" Raden Sastra bangkit dan hendak menyerang Kirana, tapi ia merintih kesakitan sambil memegangi luka yang ada di dada kirinya.
"Coba lihat dirimu... Lemah. Kau juga tidak memiliki kekuasaan! Bahkan dalam situasi seperti ini kau ingin menyerang orang yang telah menyelamatkanmu? Egois" Ucap Kirana lugas.
Raden Sastra terdiam menatap Kirana tajam, tangan kanannya tergenggam erat. Di sisi lain Kirana juga merasa bersalah karena telah melontarkan kata-kata yang telah Ia ucapkan pada Raden Sastra, mungkin maksud Kirana hanyalah ingin membuat Raden sastra tahu diri, tapi dirinya juga sadar kalau dia tidak pantas mengucapkan hal seperti itu kepada putra mahkota Raja yang sesungguhnya.
"Maaf... Maaf jika aku telah menyakitimu dengan ucapanku. Aku akan menyiapkan makanan untukmu" ucap Kirana kemudian bergegas pergi menuju ke dapur.
"Siapa kau sebenarnya?!" tanya Raden Sastra dengan suara berat.
Kirana terhenti mendengar pertanyaan dari Raden sastra, ia termenung sejenak memikirkan jawaban apa yang akan Ia berikan kepada Raden Sastra.
(Apakah aku harus menggunakan nama Sekar atau Kirana?) tanyanya dalam hati. Tapi setelah berpikir sejenak Kirana tahu jawaban apa yang tepat.
"Aku Nyimas Sekar" ucap Kirana dengan yakin tanpa menoleh ke arah Raden Sastra.
Raden kemudian terdiam menatap punggung Kirana, setelah menjawab pertanyaan itu, Kirana bergegas menuju dapur dan menyiapkan makanan untuknya. Untung saja paman baik itu telah memberikan makanan, jadi Kirana tidak repot lagi memasak untuk Raden.
Hanya saja Kirana merasa aneh pada perasaannya, satu perasaan yang tidak ia mengerti. Terkadang Kirana sendiri tidak mampu menebaknya, ia bingung... Apakah ini dari dirinya atau muncul secara alami dari tubuh Sekar yang ia tempati sekarang ini. Rasanya seperti ada perasaan lain saat dirinya berhadapan dengan pria itu.
Kirana berfikir keras sambil menyiapkan makanan, namun seketika itu juga kepalanya terasa begitu sakit, seperti ada beban berat yang mendarat di pundaknya, Kirana merasa pusing sehingga ruangan yang ada dipandangannya berputar dengan cepat. Tubuhnya terasa melayang dan pandangannya mulai gelap, pada saat itu juga munculah gambaran yang terlihat di pelupuk matanya yang terpejam.
Dalam gambaran itu Kirana melihat seorang wanita duduk merawat Raden dengan tulus dan telaten, sesekali dia menatap dengan penuh perasaan wajah pangeran dan membelainya lembut. Bahkan wanita itu mengabdikan dirinya, membiarkan dia terbunuh hanya demi keselamatan Raden.
"Sekar, apa kau memiliki perasaan padanya?" tanya Kirana pada dirinya sendiri.
"Ya. Aku mencintainya" muncullah sebuah jawaban dari sosok yang tidak pernah terlihat wujudnya lagi.
"Apa?! Kenapa... Kenapa kau tega menjebakku seperti ini!." ucap Kirana sambil menahan tekanan ditubuhnya, suaranya berat dan terpekik.
Suara Sekar tidak menjawab, setelah memberikan gambaran itu dia menghilang lagi.
(Bagaimana ini... Sebenarnya dosa apa yang sedang aku tanggung? Selain terjebak dalam dunia yang tidak aku mengerti, aku juga harus terjebak dalam perasaan yang bukan datang dari diriku. Kenapa?!) jerit Kirana dalam hati.
*****
Setelah mendapatkan tenaga dan pandangan yang mulai pulih, Kirana kembali ke bilik kamar sambil membawa makanan untuk Raden Sastra. Pria itu sudah koma berhari-hari, tidak ada satupun makanan yang masuk ke lambungnya kecuali air putih itupun hanya beberapa tetes. Dia pasti sangat kelaparan. Namun pada saat Kirana masuk ke kamar, ia tidak mendapati Raden di sana.
"Setelah makan kamu harus..." Kirana terkejut, sosok yang menurutnya menyebalkan itu entah menghilang kemana.
"Hah... Dimana dia!" ucapnya panik.
(Dia benar-benar menyebalkan! Baru saja di tinggal sebentar ambil makanan pria itu sudah menghilang dari tempatnya, ini bisa berbahaya jika para prajurit menemukannya... Maka habislah!) gumam Kirana dalam hati.
Kirana langsung mencarinya ke berbagai sudut ruangan yang ada di sana, di depan rumah, halaman, tempat mandi. Namun tetap saja ia tidak menemukannya, kemudian Kirana berbalik lalu menuju halaman belakang, nafasnya tersengal karena berlarian ke sana kemari untuk mencari Raden.
"Orang ini benar-benar menyusahkan, lebih baik jika dia tidak sadar dan tertidur seperti kemarin!" umpatnya.
"Jadi kamu menginginkan aku supaya tidak bangun?" terdengar jawaban dari atas pohon tempat Kirana berhenti mengatur nafasnya.
Kirana terpekik, ia menoleh ke arah pangeran perlahan. Kirana terkejut ketika melihat pria yang dicarinya hingga kelelahan, ternyata dia sedang bertengger santai di dahan pohon.
(Dia! Jadi selama aku panik mencarinya ke sana kemari, ternyata dia malah bersantai di atas pohon! kurang ajar!) gerutunya dalam hati.
"Ya! Lebih baik kamu tertidur dan tidak bergerak diatas tempat tidur, supaya tidak merepotkanku!" teriak Kirana.
Wuussss... Bluukkk...
Raden Sastra terbang dan mendarat sempurna di hadapan Kirana, tubuhnya seakan begitu ringan saat melompat dari pohon itu. (Dia... Dia pulih secepat itu, bukankah tadi dia kesakitan karena luka dan tendanganku?) bisik Kirana dalam hati.
"Apa kamu juga menginginkan kematianku?!" ucapa Raden dengan tatapannya yang dingin dan tajam. Kirana terdiam mengamati setiap detail wajah Raden Sastra, kini rambutnya sudah diikat rapi, wajahnya tampak begitu jelas dan tampan. Janantung Kirana berdegub dengan sangat kencang, dia bahkan sampai bisa mendengar suara detaknya.
"J... Jika aku ingin kamu mati, maka aku tidak akan merawatmu selama ini. Sekarang lebih baik kamu makan, sudah hampir tujuh hari kamu tidak makan, jangan sampai kamu sakit lagi" ucap Kirana gemetar.
Kirana melangkah pergi, ia memalingkan wajahnya untuk menghindari tatapan Raden. Tapi tiba-tiba Raden menggapai tangan Kirana lalu menarik tubuhnya sampai tersandar di pohon. Raden Sastra menghalangi tubuh Kirana dengan kedua tangannya supaya tidak melarikan diri.
"Apa kamu menghawatirkan aku?" ucapnya dengan suara yang... Membuat Kirana merinding ketika mengarnya.
"Jangan terlalu percaya diri! Aku hanya ingin kamu pulih dan tidak merepotkan aku lagi!" jawab Kirana kesal.
"Wajahmu merah" ucap Raden mendekatkan wajahnya hingga Kirana bisa merasakan hembusan nafasnya.
"Apa yang kamu lakukan!" Kirana mulai ketakutan dengan tingkah Raden yang mulai aneh. Baru kali ini Kirana berdekatan dengan seorang pria dengan jarak yang begitu dekat.
"Aku laki-laki normal, dan kamu adalah wanita yang cukup dewasa. Tanpa aku jelaskan pastinya kamu sudah tau apa yang akan aku lakukan!" seringai tipis terlukis di wajah Raden.
"Cepat lepaskan aku!" Kirana mencoba berontak, tapi tenaga Raden begitu kuat. Meskipun belum sepenuhnya pulih dan tidak makan berhari-hari tapi Raden masih punya kekuatan sekuat ini.
"Percuma, kamu tidak akan bisa lepas dari cengkeramanku!" ucapnya.
"Dasar kau... " ucapan Kirana terhenti.
Sreekk... Sreekk... Terdengar suara seseorang yang sedang mendekat kearah mereka berdua, seketika itu juga Kirana dan Raden bersamaan menoleh ke sumber suara. Kirana hawatir jika itu adalah prajurit yang sedang berkeliling dan tidak mungkin Raden akan menghadapinya dengan kondisi terluka yang seperti ini.