Hujan kembali turun, semua orang di padepokan itu terdiam. Anak-anak telah tertidur karena lelah menangis, sedangkan orang dewasa bersedih karena Ndoro Putrinya telah ditangkap oleh musuh. Kalima termenung, sejak tadi tidak sedikitpun bergeming dari lamunannya. Asih menghampirinya sambil membawa air minum hangat yang telah diberikan ramuan, tapi Kalima masih belum bergerak sama sekali.
"Paman, minumlah ramuan ini selagi hangat. Supaya kau lekas pulih" ucap Asih dengan nada yang lembut.
Kalima masih terdiam seakan tidak mendengar apapun, hanya terlihat buliran air mata yang melewati pipi yang mulai mengerut. "Paman" Asih berusaha membujuknya.
Perlahan pandangan Kalima beralih kepada Asih, tatapannya kosong dan sangat sedikit. Bibirnya bergetar, perlahan ia mengeluarkan suaranya yang bergetar dan membuat semua orang merasakan kepedihannya.
"Aku kehilangan putriku... Dan sebagai seorang Ayah, aku gagal melindunginya" ucap Kalima bergetar.