Sundari terdiam, mungkin memang benar ayahnya sedang terharu karena baru kali ini juga ia mendidik ribuan murid dan memiliki padepokan sendiri. Selama ini empu Dhamar hanya mengajari puluhan murid, meskipun sudah banyak sekali yang berhasil jika dikumpulkan. Tapi baru kali ini ia mendidik serempak dengan naungannya.
"Baiklah, aku sudah salah paham padamu Kakak. Maafkan aku" jawab Sundari menyandarkan kepalanya di pundak Kirana.
"Tadi kau menghardikku, dan sekarang kau mencoba untuk merayuku!" jawab Kirana ketus.
"Ayo lah Kakak, aku tidak sengaja melakukannya. Aku terlalu panik melihat ayah yang tiba-tiba menangis, dia belum pernah terlihat secengeng itu sebelumnya"
Kirana melirik Sundari dengan tajam, melihat wajah polosnya ia jadi tidak tega. "Iya baiklah, aku memaafkanmu" jawab Kirana kemudian tersenyum.
"Oh iya, ada apa tiba-tiba kakak datang kesini?"