Kalima dan Sundari mengeluarkan pedangnya, mereka berdua yang akan membabat semak-semak itu. Samir ingin membantu tetapi kalimah melarangnya karena kondisinya masih lemah.
Semakin dekat dengan tempat Raden Sastra, Kirana semakin merasa gugup. Ia memandangi kedua tangannya yang masih tersisa bekas penyakit itu, bekas luka itu terlihat seperti bekas luka terbakar.
"Apakah dia masih mengenalku? Tapi... Samir juga masih mengenaliku. Aku yakin juga dia pasti mengenaliku" bisik Kirana dalam hati.
Sesekali Kirana terlihat ceria, sesekali juga terlihat sedih. Ia benar-benar sedang bergelut dengan perasaannya sendiri, memikirkan Raden Sastra, membayangkan bagaimana pertemuan mereka nanti setelah sekian lama.
Selangkah demi selangkah, Kalima dan Sundari membabat semak-semak itu, mereka juga harus berhati-hati karena tidak sedikit semak yang berduri.
sedangkan Messi, Kirana dan Samir membantu menyingkirkan semak yang telah di babat agar tidak menghalangi ketika jalan pulang nanti.