Kirana tersentak mendengarnya, seketika tatapannya menatap Kalima kosong. Darah ditubuhnya berdesir kencang dan berkumpul di kepalanya, pendengaran Kirana tiba-tiba berdengung, ia mendengar suara teriakan minta tolong, minta ampun dan jeritan kesakitan yang tidak bisa lagi diungkapkan oleh kata-kata. Sampai pada akhirnya suara jeritan itu menghilang, hanya sisa ledakan-ledakan kecil dari tulang-tulang yang terbakar.
"Ndoro kau baik-baik saja?" tanya Kalima khawatir melihat Kirana tak berkedip dan mengeluarkan air mata. "Ndoro!" ucap Kalima menggoyangkan kedua lengan Kirana agar tersadar dari pandangan ketiganya, Kalima takut Kirana tidak bisa mengendalikan diri.
Perlahan Kirana melirik Kalima yang menatapnya dengan khawatir, tapi ia belum sanggup berbicara apapun. Air mata Kirana mengalir deras, bayangan wajah Kalima tertutup cairan bening yang tidak mampu dibendung lagi. Nafas Kirana terasa begitu sesak, hingga ia kesulitan bahkan untuk menarik udara dari hidungnya.