Antartika,
*Suku Atlas, Middle of Antarctica, kedalaman 2 km dari permukaan es
Zale Yi Atla, [Ras : Manusia/*Atlantis], Pemimpin kaum Atlas, sedang duduk bosan sambil mengorek meja es batu didepannya.
tak lama kemudian seorang dengan tubuh kekar masuk sambil menunduk dari pintu,
"Apa yang menghambatmu Agenor? Ini sudah hampir 2 bulan sejak undangan diterima" ucap Zale si pria tua berkulit pucat yang sudah bosan menunggu seorang diri, ruangan tempat Zale menunggu sangat kecil, bentuknya seperti kubah kecil dibawa lapisan es, selain kursi kosong dan meja bulat dari es, tidak ada perabotan lain yang menghiasi diruangan itu.
[Agenor Ri Nean, pemimpin kaum Neanderthal] masuk menunduk didepan pintu, melirik sekeliling ruangan, [Ras : Manusia/*Neanderthal]
"Aku harus mengatur kaumku sebelum kesini, mereka sangat bersemangat untuk ikut, tapi seperti yang kau tau, hanya 10 orang yang boleh berpartisipasi" jawab Agenor membersihkan salju dipakaiannya,
"Kupikir menjadi pemimpin kaum terkuat didunia bawah cukup menyenangkan, ternyata tidak juga" ucap Zale menyinggung.
"kuat apanya, kami bahkan hampir musnah oleh tetangga kami ribuan tahun lalu" Agenor menarik kursi dan duduk menghela nafas
"sudah pilihan terbaik nenek moyang kita mengasingkan diri dikedalam bumi, sekarang permukaan menjadi tempat yang sesak oleh manusia permukaan" timpal Zale keluar dari konteks.
Dengan tinggi rata-rata manusia Zale memiliki kulit pucat, namun pipi, dahi dan hidungnya berwarna merah terang, penampilannya seperti seorang pria berkulit sensitif yang mabuk berat. Berbeda dengan pria didepannya, tubuhnya masuk dalam kategori manusia raksasa penuh otot, saat berdiri tingginya melebihi dua meter, bahunya lebar, tapi ukuran tubuh bawanya lebih kecil, orang yang pertama kali melihat akan menganggapnya sebagai hulk tanpa kulit hijau, bahkan kursi tempatnya duduk terlihat sangat kecil karna tubuhnya.
"bagaimana dengan Ariel dari Lemurian?, Kupikir dia yang akan pertama tiba..." tanya Agenor
"apa kalian membicarakanku?" seorang yang lain tiba-tiba muncul memasuki ruang kecil tempat mereka berdua,
"bagaimana perjalananmu dari *Jurang Bumi Agenor?, Tempatmu adalah tempat tersulit untuk digapai bahkan oleh teknologi dari bangsaku, kenapa kau bisa tiba lebih dulu dari ku?"
[Ariel le Muri, pemimpin bangsa Lemurian] mengambil kursi terahir dalam ruangan dan bergabung dengan dua pemimpin lainnya, [Ras : Manusia/*Lemurian]
tidak ada yang tau jelas posisi dari bangsa Lemurian, hanya teknologi mereka yang tau kapan dan dimana posisinya akan berpindah, jadinya kaum Atlas dan Neanderthal menyebut garis katulistiwa yang melingkari bumi sebagai tempat mereka.
"lihatlah siapa yang bicara?, Tempatmu bahkan lebih sulit untuk ditemukan dari pada tempatku" balas Agenor membalikkan kata Ariel yang baru tiba
"pftttt" Zale tiba-tiba teringat sesuatu yang lucu
"aku jadi ingat ketika pertemuan ditempatmu, saat tiba disana, posisinya malah berpindah kesisi bumi sebelahnya" tawa Zale membayangkan sulitnya menemukan rumah Ariel karna terus berpindah diwaktu tertentu.
"hentikan cerita soal rumahku, jadi bagaimana keputusan kalian berdua sebagai pemimpin kaum?" tanya Ariel
"kaum Neanderthal memberikan kepercayaan mereka padaku jadi tiga anakku dan aku sendiri yang akan berpartisipasi" jawab Agenor dengan santai
"tidak salah kau mengutus anakmu? mereka bertiga?!, apa yang kau pikirkan?" timpal Zale tidak percaya.
"Aku hanya tidak ingin sisa kaumku lenyap hanya karna berebut undangan, sebagai pemimpin, akulah yang seharusnya bertanggung jawab, dan lagian anak-anakku juga mengusulkan diri untuk berpartisipasi" jelas Agenor
"apakah kau sudah pamit pada anak-anakmu?" sambung Ariel tertawa
"aku mengutus anakku tidak untuk mati bajingan!!" balas Agenor
"asal kalian tau mereka bertiga telah melampauiku, yaaaah anak-anak kalian tidak akan sehebat anak-anakku" tantang Agenor dengan senyum mengejek
"hei!!! Kekuatan tidak hanya diukur dari otot besar, dan bukan cuma kau yang mengutus anakmu, tiga anakku juga sudah menunggu diluar untuk berpartisipasi" balas Ariel lebih percaya diri
"aku yakin mereka ditemani pengasuhnya" balas Agenor sekali lagi
Dua pemimpin itu berdebat soal siapa yang terhebat, tapi dipikiran Zale mereka berdua tidak ada bedanya, satunya hanya merawat otot, yang lainnya hanya merawat otak, Aku tidak akan pernah mengutus satu-satunya anakku, pikir Zale dalam hati memandangi dua temannya.
Zale hanya memperhatikan mereka berdua, tak lama kemudian, seorang anak wanita masuk dengan ekspresi marah diwajahnya.
ðŸ’
Hari Berkumpul
South Island National Park, Lake Turkana, kenya
Sekitar ratusan tenda berdiri dan berjejer tidak jauh dari danau Turkana, dan sekitar seribu orang lebih mendiami tenda-tenda itu, tak satupun dari mereka yang berani memasuki pulau tempat pertemuan.
Banyak orang sudah lebih dulu tiba disana, tempat itu terlihat seperti pertemuan berbagai negara dengan kepribadian dan penampilan yang berbeda. Meski mereka dapat mengerti apa yang dikatakan negara lain, kubuh tetap terbentuk, negara-negara yang memiliki kultur yang tidak jauh berbeda berkumpul dan bercengkrama, beberapa negara berkumpul memisahkan diri merasa superior, sebagian lagi mengasingkan diri karna tidak berani bersosialisasi.
"Wuoooo baru kali ini aku melihat orang-orang dari berbagai negara disatu tempat", Max terkagum sambil berkeliling bak bertamasya ditempat itu, dengan ransel lengkap dibelakangnya, ia menyapa beberapa orang yang dilewatinya, meski tidak mengenali mereka, Max tetap tersenyum kesana-kemari menyapa mereka, sedangkan orang-orang yang disapanya, hanya membalas dengan ekspresi bingung diwajahnya.
"ada untungnya juga memahami kata-kata orang asing" Max berjalan sambil tersenyum dari tenda ketenda berikutnya tanpa malu.
"hei bisakah kau mengatur temanmu untuk tidak berkeliaran mencari masalah!"
[Adrian bimantara]
[Ras : Manusia/Terram]
[Asal : Indonesia]
[Bertugas sebagai tangan kanan ketua, perwakilan negara Indonesia]
"Dia bukan temanku" Felin dan Paul kompak mengangkat tangan merasa malu dengan kelakuan Max.
"Cepat panggil dia, ada yang ingin disampaikan Nona Zeras mumpung belum terjadi apa-apa, dan jangan lupa panggil empat orang disana untuk bergabung, apa yang dilakukan mereka hanya bersantai-santai dari kemarin" tegas Adrian sok memimpin
Apaan sih nih orang?, ucap Felin kesal dalam hati
"biar aku yang memanggil Max" Felin berdiri dari tempat duduknya dan berjalan mencari Max yang sudah hilang entah dimana.
Paul memandang empat orang dikejauhan yang tertawa akrab bercengkrama satu dengan yang lain
"oke" ucap Paul menarik nafas panjang.
"yoooo!!! siapa ini?, Si absolute yang tidak berguna? Hahaha" tiga dari mereka tertawa bahkan sebelum Paul mengatakan kalimatnya.
"Aku tidak ingin berdebat dengan kalian, Zeras ingin kita berkumpul" ucap Paul langsung tanpa peduli
"haha kata-katamu seperti sedang memerintah kami Paul" ucap seorang dari mereka yang berlagak memimpin
"Aku bahkan tidak sudi memerintah kalian" balas Paul cepat masih tak peduli
Wajah mereka berempat menunjukkan ekspresi tak suka dengan kalimat Paul, sontak salah satu dari mereka pun mulai meninggikan suaranya
"bukankah seharusnya kau tidak disini sebagai Alfa Abl Eternal?!"
Orang yang tak jauh dari tempat mereka mendengarnya, namun tak mengerti maksud dari perkataan mereka, Paul yang merasa tak nyaman memperhatikan sekelilingnya, memandangi orang-orang yang balas memandanginya, tiga orang didepannya tersenyum puas, sedangkan satu lainnya tampak cuek tak peduli,
melihat ekspresi orang-orang yang mulai memperhatikan mereka berlima, membuat Paul mulai risih dengan tingkah 3 orang didepannya
"mulut para penakut memang lebih besar dari tindakannya" ucap Paul pelan namun jelas ditelinga mereka
"BAAAAAJINGAN!!" satu diantara empat orang itu melompat dari batu tempat duduknya, mengambil kuda-kuda dengan cepat, dan menarik tangannya dari belakang dengan kuat kearah Paul, batu besar dibelakangnya terangkat dan melesat kearah Paul, dengan ukuran yang besar dan kecepatan tinggi, batu itu dengan instan menghancurkan tubuh Paul dengan sangat mengerikan, Paul yang tergeletak ditanah penuh kerikil, remuk, kepala dan mulutnya hancur, sekujur tubuhnya mengeluarkan darah, tulang leher, rusuk, serta pahanya patah, tangan dan dadanya hancur oleh batu besar yang sangat cepat menghantamnya. beberapa orang yang berdiri tidak jauh dari tempat itu berteriak panik sekaligus bingung, namun sebagian besar hanya memperhatikan mereka dengan semangat, seakan sudah menantikan hal tersebut untuk terjadi.
"nice shoot!!" ucap salah seorangdari mereka, membuat yg lainnya tertawa dan tersenyum bahagia,
melihat keributan tak jauh dari tenda, Adrian berlari dan menyadari siapa yang terbaring diatas tanah didepannya,
"apa yang terjadi!!?, Siapa yang berani melakukan ini!!", melihat Paul dan batu yang berada didekatnya, Adrian berteriak hilang kendali, pusing serta bingung tergambar diwajahnya, melihat 3 kawanan yang masih tertawa didepannya, Adrian maju dengan wajah penuh amarah,
"apa yang kau lakukan pada anggotamu sendiri?!!" ia menarik baju salah satu dari mereka sambil mengancam
"Apa sih, kalian kaum terram tidak usah ikut campur sialan!, bikin kotor baju kotor aja nih anak" dia mendorong Adrian hingga tersungkur jatuh dikaki Paul
"Akan kulaporkan kalian pada ketua Ze..ra...s" lidah Adrian tertahan, ia merasakan kaki Paul bergerak dengan sendirinya, membuatnya mundur dan menjauh, dengan posisi yang masih tersungkur, sekujur tubuh Adrian kedinginan tapi mengeluarkan keringat, seumur hidupnya, ia tak pernah melihat hal seperti yang ada didepan matanya sekarang.
Paul bangkit dengan seluruh tubuhnya yang masih hancur, ia berdiri hanya dengan kedua kakinya tanpa bantuan tangan atau apapun seperti mayat hidup, kepalanya masih bergelantungan kebelakang, tangannya yang patah perlahan utuh kembali, disusul kepala yang kembali tegak lurus menatap tajam kedepan, dan dalam sekejap dengan cepat Paul melompat mencekik orang yang tadi melukainya, darahnya yang tadi berceceran melesat kembali ketubuhnya, luka diwajahnya kembali bersatu dengan cepat, beberapa orang disekitar mereka tersenyum bersemangat melihat kejadian yang mustahil dinalar manusia, sayangnya, beberapa dari mereka yang hanya manusia biasa mulai berlari ketakutan, bingung, kaget bahkan ada yang muntah menyaksikan apa yang baru saja terjadi didepan mata mereka.
"kau pikir apa yang baru saja kau lakukan?" tanya Paul dengan tatapan tajam, tanpa peringatan dan jawaban dari orang yang sudah kesulitan bernafas ditangannya, Paul menjatuhkan pria itu ketanah, memukul wajahnya berkali-kali tanpa ampun, setiap pria yang dihajarnya ingin mengatakan ampun, Paul tidak memberinya kesempatan berbicara dan menghajarnya lagi, tiga orang lainnya berusaha menghajar Paul dari belakang berharap Paul melepaskan teman mereka, namun Paul tak bergeming dan tetap menghajar orang dibawahnya.
"snap" bunyi jentikan jari terdengar, tiga orang yang menghajar Paul terlempar ke udara dan mendarat dikerumunan orang-orang, sedangkan Paul masih menghajar orang dibawahnya.
"hentikan Paul"ucap Max dari belakang memegang bahunya. Paul berbalik dan melihat Max, terlihat samar Felin menangis dibelakangnya, kemudian Paul terjatuh dan tak sadarkan diri, itu kali pertama Paul menggunakan kekuatannya setelah sekian lama.
Paul terbaring didalam tenda tanpa luka sedikitpun ditubuhnya, disampingnya tampak orang yang dihajar Paul sudah babak belur, wajahnya sudah seperti adonan berwarna merah dan biru, Max dan Felin berdiri bersama tiga orang yang tadi ikut menghajar Paul, sedangkan didepan mereka berdua berdiri Adrian dan satu orang lainnya yang tertunduk lesuh, dan disamping Adrian, seorang wanita muda duduk memegang kepala dan bersandar pada meja didepannya.
"APA YANG KALIAN LAKUKAN!!!, Belum sehari sejak kita tiba ditempat ini dan kalian sudah berbuat masalah!!" teriak wanita yang duduk di kursinya tiba-tiba
"bukan urusanmu, hanya karna pemerintah memintamu mengawasi kami bukan berarti kau bisa mengatur kami" salah satu dari tiga orang yang berdiri disamping Max menimpali ucapan Zeras yang masih tampak jengkel, dua orang lainnya malah membenarkan ucapan temannya itu.
"apa katamu? bukan urusanku?, Ah!, aku sempat lupa dengan situasi Alfa saat ini" tiga orang disamping Max dan Felin tiba-tiba bertingkah aneh, mereka bertiga serentak memutar tangannya kebelakang, yang kemudian membuat mereka bertiga berteriak hingga orang diluar tenda mendengarnya,
"seharusnya aku tidak perlu lagi menyembunyikan kekuatanku bukan?" sebelah tangan Zeras terangkat lurus kedepan, membalik telapaknya dan mengepalkan jarinya dengan sangat kuat, membuat Adrian dan wanita disampingnya takut dan kebingungan secara bersamaan.
[Zerasia Andini Putri(Zeras)]
[Ras : Manusia/Alfa]
[Alfa Bebas : blood control]
[Penampilan : Senior Pemarah]
Paul tersadar dari pingsannya, kemudian duduk memandangi Max dan Felin didepannya, melirik 'korban' dikirinya dan tiga orang yang tersungkur tepat disamping Felin.
"Apa yang kau lakukan pada mereka?" tanya Paul kepada Felin
"Apa kau menghajarnya juga?" Paul terharu, mengangkat jempol kemudian tersenyum bangga padanya.
TAKK!!!
"Aaaaaaaaaawwwwww!!!!!!" Zeras menghajar Paul dengan mistar tepat di kepalanya
"Apa yang kau lakukan setelah diberi ijin oleh ayahku Paul!!!?", hawa yang lebih mengancam dari Felin berdiri disebelahnya, terlihat Zeras dengan wajah yang sudah penuh dengan emosi berdiri disampingnya,
"Hehehe..."jawab Paul tersenyum tak bersalah
Buk bruk krak brak buk bak krak brak buk buk Tak!!
Pukulan bertubi-tubi mendarat diseluruh tubuh Paul.
"aku tidak percaya, bagaimana mungkin, ibu dan anak memiliki pembawaan emosi yang sama", ucap Paul tak mampu berkata-kata dan terbaring dengan sebagian tubuhnya yang menjuntai kelantai.
"berikan setetes darahmu untuk orang disamping mu, juga setetes untuk tiga orang didepanmu"
"apa yang kau katakan? kenapa aku harus memberikannya?," ucap Paul dengan sigap dan duduk ditempatnya sambil melipat tangan
"Kau pikir aku tidak tau informasi soal dirimu sebelum kesini?" tatap Zeras dengan tajam
"darahku tidak akan berfungsi, ambil saja sendiri kalau tidak percaya"jawab Paul mencoba menantang
"darahmu tidak akan berfungsi bila diambil, tapi akan berfungsi bila kau yang memberinya bajingan"
BUK!!! BHUAG!!!
"daaaa ri maaa naaa kau taaau itu?" Paul kembali ke posisi awal saat ia terbaring menjuntai kelantai.
"tentu saja ibuku" Zeras tersenyum licik memandangi Paul.
Max, Adrian, Felin dan gadis disebelah Zeras hanya bisa melongo melihat pertengkaran itu.
Tiga orang yang terkilir tadi sembuh dengan cepat hanya dengan setitik darah dari Paul, sedangkan korban diyang dihajarnya bahkan tidak perlu setetes darah untuk membuatnya pulih kembali.
ðŸ’
10 orang dalam ruangan itu kembali membuat peraturan dipimpin oleh Zeras
"Oke, jadi total orang yang berangkat dari negara kita tepat 10 orang, dengan dua Manusia dari pemerintah sebagai asistenku, Adrian akan bertugas menyampaikan pesan dan membantuku mengatur beberapa hal untuk memimpin kalian, sedangkan Sindy akan mengatur kebutuhan harian kalian nanti jika diperlukan, tapi kita belum tau apa yang akan terjadi, ada kemungkinan mereka berdua akan melakukan tugas yang lain. Untuk sementara kita belum bisa melakukan apapun karna kompetisi yang disebutkan dalam undangan belum jelas seperti apa, tapi aku yakin kalian semua ikut karna merasa mampu," jelas Zeras kepada semua anggotanya
"oh iya, Felin juga bukan seorang Alfa yah?, Felin!, dari pada bersama ayahmu yang bodoh dan bisa membahayakanmu, mending kau bersama Sindy, Lagian kalian berdua akan satu ruangan" Felin mundur dan berdiri sedikit kearah belakang Max karna masih ketakutan dengan kejadian tiga orang disampingnya.
"dan kau!, siapa namamu?, oh iya, Mas bukan?" sambung Zeras bertanya kepada Max
Paul dan empat orang yang tadi menghajarnya cekikikan mendengar Zeras memanggil Max sebagai Mas.
"Sepertinya kalian berlima sudah akur yah?, Kalian berlima tidur bersama!!!" tegas Zeras kepada Paul dan empat "teman" barunya
"Haaaaa!!!! bagaimana bisa aku tidur dengan orang yang ingin membunuhku" jawab Paul kepada Zeras yang kemudian dibalas tatapan jengkel oleh empat "teman" barunya
"Kau tidak bisa mati bajingan!!" ancam Zeras
"Oh iya, maaf" jawab Paul singkat
"Max, kau tidur dengan Adrian, selain itu..., kalian semua sudah tau siapa saya bukan?, jadi saya tidak perlu perkenalan lagi, saya akan pergi dan memberikan ruang untuk kalian saling mengenal, bila ada yang berubah dalam ruangan ini saat aku kembali, kupatahkan tangan kalian semua!" tatap Zeras kepada mereka satu persatu
ðŸ’
Antartika, suku Atlas,
"HEI!!! DIMANA UNDANGAN ITU!!! teriak Zale
"MANA AKU TAHU, KAU YANG MENYIMPANNYA BAJINGAN!" timpal Ariel
"ngomong-ngomong dimana anak-anak?!!" tanya Agenor membuyarkan mereka berdua
Seseorang datang dan berlari menghampiri mereka
"tuan! Tuan!, anak-anak, mereka bertujuh menaiki pesawat dan menyalakannya"
Ariel, Zale, dan Agenor memandang satu sama lain dan berlari keluar ruangan menuju ruang landasan pacu.
sebuah pesawat berpenampilan canggih yang perlahan menjadi transparan mulai melayang diatas permukaan landasan es, dan didalam waktu yang singkat, pesawat tersebut melesat lurus keatas menuju permukaan membelah dinginnya salju Antartika, dari luar pesawat terlihat seorang anak perempuan tampak menatap lurus kedepan, tiga anak lainnya memegang kemudi, dan tiga anak sisanya melambaikan tangan berototnya dari jendela, mereka tampak bahagia melihat orang tua mereka yang baru saja tiba dibawah sana.
"ANAK-ANAK SIALAN!!, KEMBALIKAN PESAWATKUUUUU!!" teriak Ariel
"kenapa kau berteriak begitu, anakku juga ada disana sialan!" potong Agenor ikut emosi
"Aku yakin tiga anakmu lah penyebab masalah ini" balas Ariel kembali memotong
"Siapa yang membawa pesawat itu? Tiga anakmu Ariel!!!" balas Agenor
"Tapi bukan aku yang menyimpan undangannya!" jawab Ariel makin emosi,
kemudian
Mereka berdua kompak mengarahkan pandangan kepada Zale,
"ZAAAALEEEEEEE!!!!!!!!...."
"tidak adakah pesawatmu yang lain Ariel hehe?" ucap Zale pelan sambil tertawa kecil mengangkat dua jarinya
"kau pikir sekarang aku bisa pulang tanpa pesawat itu??!!!" ucap Ariel menggertakkan giginya
Tiga pemimpin itu berdebat satu sama lain karna kelakuan anak-anak mereka yang mencuri pesawat dan undangan, meski tau tujuan anak-anaknya, mereka bertiga tidak bisa berbuat apa-apa.
=>To Be Continue=>
🔵🔴
*Suku Atlas
=Orang-orang lebih mengenali tempat tinggal mereka sebagai kota Atlantis, suku mereka sekarang berada di kedalaman es Antartika.
*Jurang Bumi
=Sebutan untuk "jalan(?)" ketempat tinggal kaum Neanderthal diruang kosong dalam perut Bumi, mereka mengungsi ribuan tahun silam kedalam perut bumi, beberapa manusia mempercayai tempat mereka ada, dan menyebutnya sebagai hollow earth, tapi selain rumor, tidak ada yang pernah menemukan jalan masuknya.
*bangsa Lemurian
=Sebuah Peradaban maju yang tersembunyi, orang-orang mempercayainya sebagai kota ghaib karna banyak kesaksian yang melihatnya diseluruh dunia. Posisi kota Lemurian sendiri berpindah-pindah setiap waktu, oleh karna itu tempatnya sangat sulit ditemukan, bisa dibilang lebih mudah keluar dari kota lemurian dari pada menemukannya. Meski demikian, karna banyaknya manusia saat ini beberapa manusia beruntung kadang melihat dan bahkan tanpa sengaja masuk kedalamnya.
Tiga suku ini memilih tinggal tersembunyi dari Peradaban saat ini, pada jamannya banyak kerajaan berusaha memusnahkan mereka karna kemajuan teknologi dan kekuatan mereka, harusnya mereka mampu membalas dan memusnahkan musuh-musuhnya saat itu, tapi mereka lebih memilih untuk mengasingkan diri berharap suatu saat nanti manusia dipermukaan melupakan mereka.