Nama Tibo, Samudra, Ali, dan Imam, empat sekawan Alfa bebas yang hidup didunia utama, kembali berkumpul setelah sekian lama, karna situasi saat ini mereka mendaftar sebagai partisipan dan diloloskan saat mereka berempat menunjukkan kekuatan pada pihak pemerintah. Mereka berharap kehidupan mereka akan berubah saat kembali, mereka adalah keturunan Alfa yang kabur kedunia utama dan hidup dijalanan sejak kecil, meski mereka keturunan Alfa dan tau jati diri mereka, nyatanya hanya itu yang mereka ketahui, mereka kenal dengan Paul karna title Alfa Absolute(ABL) dan sangat membencinya, alasannya sederhana, sebagai sesama Alfa yang hidup didunia utama, mereka merasa seharusnya Paul membantu mereka selama ini, tapi justru tidak sama sekali, oleh karna itu semua penderitaan yang mereka alami, semua dilampiaskan sebagai kesalahan Paul. tapi sekarang, ada dua Alfa lain yang berdiri didepan mereka, yang berarti bukan hanya Paul satu-satunya Alfa yang ada disekitar mereka selama ini.
Tibo, Alfa telekinesis(mengangkat dan menggerakkan apapun)
Ali, Alfa psikometri(melihat memory tiap benda dan mahluk hidup)
Samudra, Alfa phyrokinesis(mengendalikan tapi tidak mampu menciptakan api)
Imam, Alfa telepathy(mampu membaca dan berbicara melalui pikiran)
"Kami berempat saling mengenali sejak kecil, orang tua kami juga berteman sebelumnya" cerita samudra kepada orang-orang didepannya
"oh begitu yah, perkenalkan saya Sindy Claudia, dan ini Adrian Bimantara, kalian bisa memanggilku Sindy dan dia... Adrian"
"Perkenalan yang sangat kaku" ucap mereka semua ditelinga Imam, imam membaca semua pikiran mereka, dan mendengar kalimat itu dengan jelas dikepalanya
"Hi saya Max" sambil mengangkat tangan
"kudengar kau juga seorang Alfa, Alfa apa dirim...."
"saya Paul" potong Paul cepat sambil mengangkat tangan memasang wajah menghina pada Tibo yang baru saja ingin bertanya, tiga temannya juga ikut menahan tawa melihat temannya yang masih membuka mulut belum menyelesaikan kalimatnya tadi.
"Hi saya Felin, saya juga manusia"
"Wajahmu mirip Paul Felin, Apa kalian saudara? Haha" Sindy tertawa tapi tak ada yang mengikutinya,
Lelucon apa itu?, suara semua orang diruangan itu menggema dikepala Imam bersamaan.
Apa-apaan suasana canggung ini? Pikir Imam seorang diri ingin segera pergi.
GOOOOOOOONNNNGGGGG!!!!!
Suara sangkakala berbunyi keras dari luar, mereka bergegas keluar dan menyaksikan awan gelap diatas langit, tak lama kemudian sebuah suara terdengar menggema dipenjuru pulau, memberitahu mereka bahwa 24 jam dari sekarang pulau ini harus dikosongkan, mereka harus bergerak menyeberang menuju Pulau Envaitenet, nama tiap peserta yang ikut harus tertulis dikertas undangan sebelum memasuki pulau, jika tidak ada nama yang tertulis, hanya pembawa undanganlah yang akan "terbawa" nantinya.
"semua orang juga kebingungan soal maksud dari kata 'terbawa'" ucap Imam tiba-tiba dan memandang anggota teamnya seakan tahu pikiran mereka.
"itu juga terpikir dibenakku" timpal Adrian seorang diri kebingungan.
Semua orang bergegas masuk kedalam tenda dan menyiapkan perlengkapan mereka, sekarang sudah pukul 5.00pm waktu setempat, jadi batas waktu semua orang adalah sampai pukul 5 besok sore, mereka semua berencana berangkat besok pagi menuju Pulau untuk menyeberang, malam harinya tidak ada satupun dari ribuan orang itu yang tertidur, semua orang tampak khawatir menunggu hari esok, ada yang takut, ada yang bersemangat, bahkan entah kenapa ada juga yg merasakan amarah.
ummm... ralat, mungkin tidak semua orang yang khawatir akan hari esok, ada dua orang yang tertidur lelap dikursi depan tenda saat berjaga,
"bisa-bisanya dua orang ini tertidur lelap dengan posisi dan keadaan seperti ini!!" gerutu Felin tanpa tau kalau Paul hanya pura-pura tidur menutupi kekhawatirannya, sedangkan Max?, jangan ditanya..., dia sedang mendengkur.
Pagi pukul 06.00am
"Huaaaaaaahhh, ternyata sudah banyak yang bangun" 9 orang yang duduk sambil mengais kerikir didepan tenda memutar kepalanya bersamaan memandang Max, pipi yang bengkak dan mata yang lebam seperti panda menghiasi wajah mereka semua, bahkan Zeras juga ikut bersama mereka.
"Bagaimana tidurmu? Nyenyak!??" tanya Zeras dengan nada manis tapi mencurigakan
"Se sepertinya aku mimpi buruk" ucap Max khawatir dengan tatapan mereka semua
WHUUUUSSSSSSSSSS!!!!....
Angin kencang tiba-tiba muncul entah dari mana ditengah-tengah kerumunan tenda, tidak ada apa-apa yang terlihat, tapi anehnya ada angin kencang yang berhembus.
tapi tak lama kemudian, perlahan-lahan terlihat sesuatu yang mengkilap seperti kaca berukuran besar muncul didepan mereka, itu bukan hanya sekedar kaca, itu seperti kristal dengan logam kuning disetiap sudut dan sisinya, ukurannya hampir sebesar lapangan basket, benda tersebut perlahan turun ditepi danau, didepan semua orang.
"Itu, sebuah pesawat..." ucap seseorang satu dengan yang lain
Semua mata tertuju pada benda didepan mereka, itu pesawat yang terbuat dari kristal dan logam kuning, pesawat itu sangat elegan, belum pernah mereka melihat pesawat sejenis itu sebelumnya, apakah itu pesawat siluman, pikir mereka semua sama, kecuali Imam yang menjawab pikiran liar mereka sambil menyeruput kopi,
"siluman gak punya pesawat" katanya
matahari terbit menyinari pesawat itu dan semakin membuatnya tampak bersinar dengan pantulan cahaya warna warni dari balik dinding kristalnya, logam kuning yang ada pada setiap sudut pesawat itu sekarang terlihat seperti emas terkena cahaya matahari pagi, semua orang terkesima melihatnya, pintunya terbuka dan 7 orang berjalan dari dalamnya, 4 cowok dan 3 cewek, hmmm... salah, sepertinya hanya ada dua cewek disana, yang satu itu terlalu berotot untuk ukuran cewek, atau Cuma satu yah?, dengan kulit putih bersih dan wajah merahnya, yang satu itu lebih cocok disebut gadis kecil dari pada cewek. Pikir semua orang kebingungan menebak-nebak, mereka yang turun dari pesawat itu masih terlihat sangat muda.
"waaaaaaah ku pikir kita akan terlambat"
"Apa ada sesuatu yang kita lewatkan?"
"entahlah, kau bisa bertanya pada orang-orang yang memperhatikan kita dari tadi"
7 anak itu berjalan menghampiri tenda disekitar tempat Max dan bertanya disana, mereka bersepuluh hanya memperhatikan anak-anak itu dari tempat mereka duduk.
"Mereka kuat" ucap Imam tiba-tiba, membuat mereka semua melihat imam secara bersamaan, tapi Imam hanya fokus melihat 7 anah muda itu sambil menyeruput kopi instan miliknya,
"sebagai Team" lanjut Imam lagi "3 orang yang berotot itu kuat secara fisik, 3 lainnya kuat karna otak mereka, pikiran mereka bahkan tidak pernah berhenti sejak turun dari pesawat, dan yang berwajah merah itu sepertinya Pemimpin mereka, pikirannya "kosong" namun waspada dari tadi" Imam memutar kepalanya dan memandang Max, "hampir mirip denganmu, Cuma kau tidak waspada sepertinya"
Mereka semua tertawa keras melihat Max
"Jadi maksud mu pikiran Max hanya kosong melompong?" tanya Paul masih tersenyum ingin memperjelas
Telunjuk imam terangkat dan membenarkan pertanyaan Paul "yess!" katanya.
Mereka semua tertawa dan makin bertambah keras saat Max menjawab
"sebenarnya apa sih yang kalian bahas?"
Max kebingungan dengan pembahasan mereka, Adrian yang ikut tertawa menjelaskan maksud dari kata-kata Imam tadi, dan dengan cepat Max pun mengerti
"Waaaah... Bisa-bisanya kalian..! aku benar-benar tidak sebodoh itu!"
Dan mereka pun kembali tertawa,
"'aku tidak pernah menyangka kalau orang ini benar-benar bodoh', itu yang ada difikirannya" imam menunjuk Felin, Tawa mereka semua pun semakin menjadi-jadi kali ini.
"sepertinya ini semakin seru, coba kau baca Fikiranku" Paul menawarkan diri
"Kalian berdua ayah dan anak? Okay, kami semua sudah tau itu, dan..., apa yang kau pikirkan? bukan aku yang tertarik dengan anakmu!!!," ucapan Imam berusaha meyakinkan Paul, membuat Paul semakin curiga tai kemudian disambung kembali oleh imam
"tiga orang disana yang tertarik dengannya!!!" kali ini imam menunjuk tiga temannya sambil berusaha membela diri saat membaca fikiran Paul.
"Apa kau bilang?!!!" mata Paul yang tadi bersemangat jadi berubah sebaliknya saat Imam menunjuk Tibo, Ali dan Samudra.
"Berani-beraninya kalian!!" ucap Paul
Sorry guys, ucap Imam dalam hati tanpa ada yang tau. Sedangkan Sindy, Adrian dan Max tertawa keras melihat Paul yang berusaha menangkap tiga orang yang dikejarnya. Zeras yang memperhatikan mereka semua menjaga ekspresinya untuk tidak tertawa lepas.
"sepertinya seru, apa yang kalian tertawakan?" tiga anak periang berotot menghampiri mereka dengan wajah berseri-seri, salah satunya ternyata seorang gadis, tapi otot kecilnya membuatnya terlihat seperti pria kecil dari kejauhan, dari dekat gadis itu terlihat sangat cantik, dengan rambut terikat, dan tubuh yang tidak kurus dan juga tidak gemuk, membuatnya terlihat seperti gadis yang sangat rajin berolahraga.
"Cantik" ucap Max sangat jelas dalam kepalanya dan tanpa sengaja didengar jelas oleh Imam, ia pun memandang Max dengan wajah tak percaya, dan tanpa aba-aba sambil menatap balik Imam Max bertanya "memang benar kan?"
"ayolah apa yang kalian tertawakan?, aku juga ingin bergabung" tanya gadis didepan mereka sekali lagi
Zeras yang sadar dengan situasi membingungkan itu berdiri sambil memasang ekspresi senyum diwajahnya,
"Hai!??!, Kalian yang baru tiba bukan? Kalau boleh tahu, Kalian berasal dari mana?" lengkap dengan segelas kopi instan ditangannya, Zeras berdiri dan bertanya dengan sopan.
"kami bertiga dari perut bu..."
"maaf sudah mengganggu!!" belum sempat gadis berotot itu menjawab, tiga anak yang lain muncul dengan ekspresi dingin memotong pembicaraan, salah satunya gadis dingin berkacamata, dua lainnya cowok dingin berkacamata. dibanding 3 anak sebelumnya, 3 anak yang baru tiba itu memiliki karakter yang sangat terlihat jelas berkebalikan dengan 3 temannya yang periang.
"mereka bertiga memang suka mengganggu" sambung salah satu dari mereka yang berkacamata
"apa sih! Mereka orang baik kok" jawab 3 anak yang berotot
"Cepat kembali kepesawat atau kami tinggal kalian bertiga disini" ancam si gadis berkacamata
"yaaaaah baru juga turun" kecewa sih gadis berotot
tiga anak berotot itu berjalan menjauhi mereka, tapi masih sempat berbalik melambaikan tangannya sambil tersenyum
"bye bye" katanya, disusul oleh tiga anak lainnya menuju pesawat, dikejauhan anak satunya lagi menunggu, memperhatikan mereka, tak lama kemudian pesawat itu berangkat menuju Pulau Envaitenet.
"apa yang baru saja terjadi?" kata Zeras kebingungan
"Mereka datang dan bercengkrama didepanmu" Imam berbalik masuk ketenda
"lebih tepatnya mereka hanya lewat dan tidak melihatmu" ucap Max menyusul Imam
"F*ck!!" Adrian, Sindy dan Felin tersentak dengan kata-kata Zeras, mereka menyingkir dengan cepat menyusul Max dan Imam.
jam 3 sore, 2 jam sebelum waktu yang ditentukan habis,
Semua orang mulai berangkat keseberang Pulau, karna semua Alfa merasa tidak perlu lagi menyembunyikan kekuatan mereka, penyeberang itu menjadi ajang mereka menunjukkan kekuatannya, semua manusia yang melihat mereka sebagian besar takjub tapi tak sedikit juga yang malah ketakutan, termasuk orang-orang yang diam-diam memperhatikan mereka dari monitor.
USA,
Bunker khusus President of America
"bagaimana bisa kalian melewatkan pemilik kekuatan sebanyak itu selama ini??, matikan layarnya, dan hubungi tim pengintai, biarkan semua monster itu menyeberang tanpa ketahuan, dan berdoalah, semoga tidak satupun dari mereka yang selamat dan kembali" semua orang diruangan itu ketakutan melihat hal yang mereka lihat dilayar, ratusan orang berkemampuan diluar nalar baru saja menyeberangi danau dengan cara yang tidak masuk akal, dibanding kagum, para pemimpin itu malah ketakutan jika mereka semua selamat dan kembali ke dunia utama.
kembali kepulau,
Diatas danau Turkana,
Orang-orang meluncur diatas air danau dengan caranya masing-masing, salah seorang Alfa didepan ribuan orang meluncur dengan kecepatan tinggi membekukan air yang dilaluinya, puluhan speed boat meluncur disamping kiri dan kanannya, beberapa orang lain entah bagaimana bisa berselancar diatas air tanpa ombak, semuanya saling berusaha untuk mendahului satu dengan yang lain, beberapa orang terbang bebas diudara dengan berbagai macam kekuatan, sebagian lagi ada yang meluncur didalam air, bahkan ada yang berenang dan meloncat diudara layaknya seekor ikan.
Dibagian paling belakang, 10 orang ini malah kebingungan untuk menyeberang seperti apa.
"Apa kalian punya ide?" tanya Zeras
"Aku bisa mengantar kalian semua"sambung Max
"Yah tentu saja bisa, dengan pikiran kosongmu semuanya mungkin" sambung Tibo mengejek,
"dia bisa melakukannya", ucap Imam mengangkat tangan "setidaknya itu yang dikatakan oleh pikirannya" sambung Imam lagi,
"Biar aku yang urus, tak akan kuijinkan semua orang ini lebih menonjol dari kita" ucap Tibo yakin
"serius?" tanya Zeras dan dijawab anggukan percaya diri oleh Tibo,
"Okay, kuserahkan padamu Tibo, Semuanya sudah siap bukan?" tanya Zeras memperhatikan mereka satu persatu.
"Jangan biarkan apapun tertinggal" Tibo tersenyum percaya diri kemudian melayang didepan mereka, wajahnya bersemangat, matanya menatap lurus keseberang Pulau, jari-jari tangannya terbuka lebar, meregang, kemudian kembali menggenggamnya dengan pasti,
satu persatu kaki dan tubuh rekan-rekannya perlahan terangkat dan menjauh dari permukaan tanah,
semua orang yang melayang itu kini memasang ekspresi takjub dan bahagia diwajahnya, dengan kuat mereka memegang ransel masing-masing dengan erat, seakan tau apa yang akan terjadi.
"kalian siap?" tanya Tibo tersenyum puas melihat senyum mereka
"siap" jawab mereka semua kecuali Zeras
"[Telekinesis]Tahap Manipulasi..., LEVITATION!!!" ucap Tibo dalam hati penuh percaya diri sambil tersenyum, dengan cepat dan tiba-tiba, mereka semua melesat diudara, dengan kecepatan tinggi, mereka terbang melewati orang-orang dibawah sana, yang masih kebingungan melihat 10 orang melesat sangat cepat diatas mereka.
"what the Hell!!" ucap si pengguna es yang membekukan danau baru saja terlewati, tak terima didahului dengan cepat ia juga menambah kecepatannya, disusul orang-orang lainnya.
"KAU TIDAK PERNAH BILANG KALAU KITA AKAN MELUNCUR SECEPAT INI YOU F*CKING A*S H*LE!!!!" teriak Zeras dengan wajah berantakan karna tiupan angin diwajahnya.
"YAHOOOO!!!!!" teriak Tibo.
Paul dan Max menyusul dibelakangnya menikmati 'penerbangan' itu tanpa peduli ucapan Zeras.
"YOU ARE THE BEST TIBO hahahahaha" teriak Max tertawa diudara, disusul Zeras yang masih marah-marah.
Ali, Samudra dan Imam tampak santai memakai kacamata, seakan sudah tau kalau hal ini akan terjadi, tapi kemudian mereka bertujuh lupa, kalau ada 3 manusia biasa yang sedang 'terseret' dibelakang mereka.
"Kumohon hentikan kegilaan ini" keluh Sindy, Adrian dan Felin dalam hati tanpa sanggup mengucapkannya, hanya dalam waktu satu menit sejak mereka lepas landas, mereka bertiga sudah muntah berkali-kali.
"Kok ada makanan jatuh dari langit?" Ucap pria es yang masih meluncur diatas air kebingungan.
=>To Be Continue=>
🔵🔴