Saat pedang itu menerima darah Yodha dia mengeluarkan suara menderit seperti suara mesin tua yang jarang dipakai, dan itu bahkan mengeluarkan cahaya keemasan walau hanya sesaat Yodha dan kaknya yang melihat cahaya itu memilki perasaan ingin sujud dan menyembah ke pedang perunggu tersebut, tidak lebih tepatnya ke sebuah jiwa yang terlihat keluar dari pedamg tersebut.
Yodha merasakan perasaan penguatan di tubuhnya bahkan dia merasa bahwa dia tubuhnya tumbuh setinggi seorang remaja berusia tujuh belas taun, dengan wajah putih kecil dengan tubuh yang tinggi dan besar membuat dirinya terlihat lebih tampan dari sebelumnya.
Jika sebelumnya dia terlihat tampan untuk ukuran seorang anak kecil sekarang dia sudah bisa dipanggil sebagai aktorr tampan didunia sebelumnya.
Dengan pertubuhan itu baju yang dia kenakan sudah sangat tidak muat bahkan sobek karna terlalu kecil, tapi walau begitu dia tidak mempedulikannya karna dia sekarang sedang fokus melihat sebuah jiwa yang keluar dari dalam pedang itu.
Jiwa itu memiliki perasaan khidmat seperti saat dia pertama kali kedunia ini, perasaan yang tidak bisa dia lupakan.
Saat Yodha melihat kembali ke arah pedang Jiwa itu sudah menghilang entah kemana tetaoi perasaan khidmat dan pertumbuhan tubuhnya tidak menghilang, itu membuat Yodha semakin yakin bahwa dirinya datang kedunia ini bukan karna suatu kebetulan belaka.
Dengan pertumbuhan badannya ini rencana dia untuk menjadi seorang ksatria semakindekat, tapi walau begitu dia merasa bahwa ksatria bukanlah puncak nya.
Dia merasa bahwa sia bisa menjadi bangsawan, tidak dia akan menjadi seorang kaisar, dia akan menaklukkan dunia dan menjadi seorang penguasa mutlak di dunia ini.
Tetapi dia sadar bahwa jika dia sekarang harus menyingkirkan mimpi itu dan berlatih untuk membiasakan diri pada tubuh tingginya itu.
Pada pagi di hari berikutnya Kakek Omen sudah mengumpulkan para penduduk desa di depan rumahnya, dia melakukan itu untuk mengumumkan kondisi desa elm kepada para penduduk desa.
Saat Yodha keluar dari rumah kakek Omen dia ditatap oleh banyak mata penduduk desa, dia merasa aneh untuk sementara waktu karna dia tidak tau apa yang akan terjadi pada dirinya.
"Yodha, Kemarilah Kakek ingin mengatakan sesuatu." didepan para warga desa dia meminta yodha untuk mendekat padanya.
Didepan penduduk desa Yodha berjalan ke arah kakek Omen tanpa rasa malu sedikitpun, walau di tatap oleh banyak orang dia tidak memperhatikan pandangan mereka sama sekali.
Melihat Yodha yang berjalan dengan lancar kakek Omen merasa bangga bahwa cucunya ternyata adalah anak yang sangat pintar, dia bahkan bisa belajar berjalan dengan tubuh tingginya dalam semalam.
"Perkenalkan semuanya ini adalah cucuku namanya Yodha dia anak dari anakku Rhea, aku berharap kalian bisa menjaganya dan mengajarinya tentang kehidupan kita di desa arum."
Meski suaranya terdengar kelelahan tapi itu terdengar di semua telingan orang-orang desa.
Mendengar pernyataan itu Yodha wajahnya tidak menunjukan sedikit perubahan sedikitpun tapi di dalam hatinya dia merasakan kehangatan keluarga yang sudah dia lupakan.
Warga desa yang mendengar itu ada yg bersuka cita dan tatapan skeptis pada Yodha pun berangsur-angsur menghilang karna dia adalah cucu kepala desa yang sangat mereka hormati, melihat kepala desa yang tersedih saat anaknya Rhea meninggalkan desa membuat seluruh warga desa kebingungan.
Tapi sekarang saat anak dari Rhea datang ke sini itu membuat kepala desa mereka yang sudah lama bersedih untuk pertama kalinya tersenyum dengan sangat lebar, membuat mereka turut bersuka cita.
Hari itu seluruh desa jatuh ke keadaan festival seharian dalam rangka menyambut kedatangan Yodha ke desa Arum, pesta itu berlanjut sampai malam hari.
Pada pagi berikutnya Yodha meminta izin untuk ikut bersama tim berburu untuk mengasah keterampilannya, walaupun sempat ditolak tapi dengan mata memelas Yodha akhirnya di ijinkan untuk ikut dengam berbagai larangan yang dikatakan Kakek Omen padanya.
Bahkan saat berburu pun dia dilindungi oleh para penduduk desa yang membuat dia kesulitan untuk mengasah keterampilannya.
"paman niu bolehkah aku berburu sendiri? Aku ingin mengasah keterampilan berpedangku." bertanya kepada seorang pria paruh baya berkulit gelap yang menggunakan baju kulit beruang dan menggunakan tombak batu.
Mendengar ini Paman Niu berjalan ke depan Yodha dan berkata. "Kalahkan aku dulu baru aku akan mengizinkanmu berburu sendiri."
Dengan penuh tekad Yodha mengangkat pedang batu seberat sepuluh kilogram itu dan mengarahkannya ke paman Niu.
Melihat ini Paman Niu memuji tekad dan keberanian Yodha tapi walau begitu dia akan serius untuk menghancurkan niat berburu Yodha karna dia diperintahkan untuk melakukannya.
"apa kau siap?" tanya paman Niu dengan tatapan sengit kepasa Yodha.
Melihat tatapan itu dia tau bahwa paman Niu akan dengan serius bertarung dengannya.
"tentu saja! Mari kita bertarung."
Jawab Yodha dengan postur ksatria.
Mendengar ini paman Niu langsung menyerang ke arah Yodha tanpa basa basi, menggunakan serangan tombak panjang yang cepat dan kuat membuat paman Niu merasa bahwa dia bisa menang hanya dengan srangan ini.
Melihat gerakan tiba-tiba paman Niu, yodha segera bergerak mundur kebelakang dan menggunakan pedangnya untuk menahan serangan dari paman Niu dengan sekuat tenaga.
Walau begitu saat serangan paman Niu mengenai pedang Yodha, tangan Yodha mati rasa dan bergetar, karna serangan itu dia mundur beberapa langkah dan memuntahkan seteguk darah segar dari mulutnya.
"ada apa? Hanya satu serangan kau sudah tumbang?! Bagaimana bisa kau keluar dari hutan sendirian huh?!"
Mendengar hinaan dari paman Niu membuat Yodha merasa bahwa dirinya ternyata sangat lemah dia terlalu naif untum berpikir bahwa jika dia bisa keluar dari hutan itu dia bisa mengalahkan semua orang.
Yodha menyerang dengan sekuat tenaga menggunakan seni berpedang dari bumi yang dinamakan kendo yang berasal dari jepang.
Melihat postur aneh Yodha, paman Niu mulai melahirkan firasat buruk dan menggunakan tombak nya untuk menyerang terus menerus.
Dihadapkan dengan serangan terus menerus dari paman Niu, Yodha membalas sesuai dengan yang dia pelajari dan lihat dari televisi di bumi.
Walaupun begitu kecepatan dan kekuatan Yodha masih kalah dari Paman Niu itu membuat Yodha terjatuh didalam kemarahan karna dia merasa bahwa dirinya tidak kuat sama sekali, Yodha merasa putus asa dia memikirkan tentang Dinda yang hilang, semakin dia memikirkannya semakin dia merasa bahwa dia hanyalah orang tidak berguna yang beruntung selamat dari hutan.
Saat melihat bahwa Yodha sudah menyerah Paman Niu dengan segera menghentikan serangannya, tapi pada saat itu dia merasa bahwa atmosfer Yodha berbeda dari sebelumnya yang awalnya hanya terasa seperti seorang anak kecil naif sekarang sudah berubah menjadi seorang veteran tua dari medan perang.
Berdiri dengan ditopang pedang batunya Yodha, mata Yodha memancarkan cahaya pembunuhan dan kegilaan.