Chereads / The Great Lord Yodha / Chapter 8 - Kerajaan Ming

Chapter 8 - Kerajaan Ming

Di dalam kastil berdiri seorang Raja berusia lima puluh tahunan dengan perawakan yang sangat gagah dengan wajah seperti seorang pria dua puluh tahun yang dia rawat dengan obat-obat terbaik di kerajaan.

Menggunakan baju zirah besi berwarna merah dengan mahkota gaya barat memegang pedang yang ditancapkan ke tanah berkata kedepan banyak orang di depannya.

"Kita tidak bisa membiarkan kerajaan Ruan menginjakan kaki di tanah Kerajaan Ming kita!!" teriakan Raja Ming yang bernama Ming hu itu membangkitkan semangat juang semua orang.

"Hanya kerajaan Ming kita yang boleh menindas!! Jangan biarkan kerajaan lain menindas kerajaan kita!!"

"Benar!! Bunuh semua pengotor!! Demi kejayaan kerajaan Ming!!"

"Jendral Oki akan membawa dua ratus ribu pasukan ke medan utara ke kerajaan Ruan dan Jendral Nima membawa dua puluh ribu pasukan untuk membersihkan desa di sekitaran tanah kerajaan Ruan dan jangan lupa untuk mengambil makanan mereka!!"

"Mari kita akhiri sebelum musim dingin tiba!!" perintah demi perintah dikeluarkan oleh Raja Ming yang berlangsung selama seharian penuh.

Pada malam harinya setelah memberikan perintah kepada para jendral dan menteri kerajaan, Raja Ming duduk dipinggir danau sambil memancing sendirian.

Memikirkan kehidupannya yang berawal dari seorang pengemis hingga menjadi seorang penguasa di Kerajaan Ming yang tidak terlepas dari peran Istrinya yang bernama Dyah yang sudah meninggal akibat diracun oleh selirnya sendiri.

Memikirkan itu kembali membuat Raja Ming merasa marah kepada selirnya yang saat ini di siksa di penjara bawah tanah kerajaan.

Saat Ming tenggelam ke dalam pikirannya terlelap dan tidur dipinggir danau tetpi untungnya itu adalah danau yang berada di istana jadi tidak ada banyak orang yang melihat kejadian memalukan itu.

Jika itu terlihat mungkin kesan bahwa dia adalah seorang raja yang hebat akan hancur dalam semalam.

Untung saja pada saat ini ada pelayan yang paling dia percayai dalam hidupnya yang bernama Steve. Dia sudah mengikuti raja Ming bahkan dari sebelum dia menjadi raja, itu membuat Ming sangat percaya padanya dan hanya mengizinkan dia untuk memasuki istananya.

Ming yang sedang tertidur dibangunkan oleh Steve yang berada disebelahnya.

"Yang Mulia tidak baik untuk tidur disini ayo bangun....." Steve mencoba untuk berkata dengan lembut pada Ming. Tetapi walaupun begitu Ming tidak segera bangun yang membuatnya mulai mengambil air untuk di lempar ke muka rajanya itu.

"Jburrrr" suara air yang menghantam Ming.

Ming yang sedang tidur seketika terbangun saat air itu menimpa wajahnya. Seluruh tubuh nya basah bahkan jubah kerajaannya pun tak luput.

"apa ini?!" geram Ming yang tekerjut, sambil berteriak kesana kemari tetapi saat dia melihat Steve dia sudah tau siapa pelaku penyiraman itu.

"itu pasti kau kan Steve?" bertanya sambil mengeluarkan aura agar terlihat marah dia memelototi Steve sang pelayan kerajaan sekaligus sahabat dan orang terpercayanya.

"yang mulia, maaf itu saya yang melakukannya karna yang mulia tertidur di danau jika dilihat akan membuat kesan yang anda buat menghilang begitu saja."

Mendengar panggilan yang mulia dari Steve membuat Ming merasa bahwa dia dan Steve sudah memiliki jarak yang sangat jauh, tidak seperti dulu yang bisa saling berbicara bebas berdua.

"sudah kubilang jangan panggil aku yang mulia jika sedang hanya ada kita berdua, kau ini sudah ku anggap sebagai sahabatku sendiri."

Mendengar Ming berbicara seperti itu, Steve sudah terbiasa dan sudah menyiapkan jawaban untuk perintah itu.

"bagaimanapun saya hanya seorang pelayan, saya tidak berani berbicara seperti dulu, jika terdengar oleh para bangsawan maka saya akan dituduh tidak sopan dan lancang..."

Sebelum Steve selsai berbicara Ming segera menyelanya karna dia tau bahwa jika lanjutkan mungkin tidak akan selesai sampai pagi.

"baiklah aku tau hentikan omong kosongmu itu, aku akan tidur tolong bangunkan aku seperti biasanya."

Saat ini di hutan kerajaan Ruan, hanya Yodha dan Paman Niu yang tersisa dari kelompok pemburu. Mereka berdua melarikan diri meninggalkan mayat teman mereka.

Setelah berlarian mereka akhirnya sampai ke desa dengan kondisi yang sangat menyedihkan. Saat mereka berada di gerbang desa mereka akhirnya pingsan dan tak sadarkan diri.

Saat dia tak sadarkan diri dia melihat sebuah ruang pagoda di depannya ada delapan lantai dengan warna merah dan naga yang melingkar membuat pagoda itu sangat luar biasa megah.

Yodha yang melihat ini merasa terkejut dengan apa yang ada didepannya. Dia tidak ingat pernah datang ke tempat ini sama sekali, saat itu pintu pagoda terbuka dan Yodha merasakan tarikan yang akrab dari dalam pagoda itu.

Di atas pintu masuk pagoda ada sebuah papan nama yang tertulis "Perpustakaan Dunia"  papan nama yang ditulis dengan bahasa mandarin itu membuat pagoda ini terasa lebih megah.

Saat dia membuka pintu sebuah suara perempuan terdengar di samping telinganya

"Untuk saat ini anda hanya bisa memasuki lantai pertama dan untuk lantai selanjutnya dibuka sesuai poin prestasi anda."

Apa maksud poin prestasi? Apa yang terjadi disini apa mungkin aku memasuki dunia game?, suara wanita itu terdengar lagi ditelinganya.

"poin prestasi adalah poin yang anda dapat setelah anda mencapai tujuan anda."

Mendengar ini dugaan Yodha semakin kuat, dia berpikir mungkin ini adalah dunia game. Tapi bukankah tadi dia sedang berlari dengan paman Niu?.

Dia menyingkirkan segala pikiran yang ada dan melaju ke dalam perpustakaan buku yang ada di depannya dia mencari semua yang berhubungan dengan sistem kerajaan dan teknologi jaman kuno.

Saat sedang membaca dia tiba-tiba terbangun dari mimpinya dan dia melihat kesekitar bahwa dia berada di rumah kakeknya.

Ketika dia melihat kakeknya memasuki kamar dia akhirnya menghela nafas. Karna setelah dikejar serigala akhirnya mereka selamat.

Melihat Yodha telah sadar membuat kakek Omen merasa lega, karna saat Di melihat kondisi Yodha dia sudah kehilangan harapan untuk cucunya itu.

Di desa tidak ada ahli pengobatan jadi Yodha hanya bisa dibalut oleh dedaunan untuk membuat lukanya sedikit pulih, kakek Omen sudah bersiap jikalau Kedaan Yodha tidak membaik maka dia hanya bisa merawatnya sepenuh hati.

Tetapi untungnya Roh leluhur masih memberkatinya. Kondisi Yodha yang pulih kembali membuat banyak warga takjub dan saat mereka melihat paman Niu keluar dari rumahnya tanpa luka sedikitpun membuat mereka menghela nafas lega. Karna jika paman Niu sampai kondisi paman Niu memburuk maka mereka akan kehilangan kapten tim berburu untuk selamanya dan mungkin tidak akan pemburu lagi di desa.

Saat malam harinya mereka mengadakan persembahan untuk roh leluhur mereka. Karna mereka berpikir bahwa kedua orang yang terluka disembuhkan oleh roh leluhur mereka.