Chereads / The Great Lord Yodha / Chapter 9 - Perbatasan dan Milisi

Chapter 9 - Perbatasan dan Milisi

Ketika persembahan untuk roh leluhur sudah di siapkan, semua orang kecuali Yodha yang kebingungan dengan apa yang terjadi, semuanya bersujud ke arah tempat persembahan berada dan kakek Omen mulai melantunkan semacam mantra di depan persembahan.

Seluruh desa arum jatuh ke dalam keadaan khidmat, saat kakek Omen selesai melantukan mantra terjadi perubahan yang sangat besar di tempat persembahan yang awalnya penuh dengan makanan sekarang sudah hilang entah kemana.

Hanya Yodha yang melihat ini dengan tatapan penasaran karna dia pikir mungkin ini adalah efek sihir atau sesuatu yang berkaitan dengan sihir.

Penduduk desa kembali kerumah setelah melakukan persembahan kepada roh leluhur.

Beberapa minggu setelah Kerajaan Ming melakukan perjalan ke kerajaan Ruan, seorang raja melihat laporan yang diberikan oleh mata-mata kerajaannya. Disana tertulis bahwa kerajaan Ming akan menyerang kerajaan Ruan.

Melihat laporan ini memhuat raja Ruan yang bernama Ryuki geram dan akhirnya memberi perintah untuk mengerahkan seluruh pasukan ke perbatasan.

"Kerahkan semua tentara ke perbatasan jika masih kurang cepat rekrut semua lelaki remaja ataupun Pria dewasa kita harus melebihi jumlah pasukan mereka!!"

Dengan perintah dari Ryuki hampir semua jendral dan ahli strategi pergi, hanya ada pasukan elit penjaga kerajaan di ibukota mereka yang bernama Agram.

Beberapa minggu setelah persembahan leluhur ada tentara dari kerajaan Ruan yang mendatangi desa untuk merekrut milisi untuk menambah jumlah saat berperang dengan kerajaan Ming.

Seperti mendengar guntur di siang hari berita tentang kerajaan Ming yang akan menyerang Kerajaan Ruan membuat semua warga desa menjadi tidak tenang karna desa Arum mereka berada di perbatasan antara kerajaan Ruan dan Ming yang artinya jika ada peperangan maka desa mereka akan menjadi daging segar untuk kerajaan Ming.

Tentara yang membawa perintah raja melihat kondisi desa yg menyedihkam itu dan akhirnya menyarankan untuk ikut ke kota untuk mengungsi hingga perang berakhir.

Penduduk desa yang mendengar usulan tentara itu mulai menjadi sedikit relaks, kepala desa Omen juga setuju dengan usulan prajurit itu.

"tuan ksatria boleh saya tau nama anda? " tanya kakek Omen

"Wiliam heat, saya bukanlah ksatria saya hanya seorang prajurit pembawa pesan." jawab wiliam walau di dalam hatinya dia berharap untuk menjadi ksatria tetapi saat ini dia belum cocok untuk mengemban gelar itu.

"dengan sikapmu seperti ini saya yakin anda pasti akan menjadi ksatria yang hebat dimasa depan." puji kakek Omen untuk Wiliam.

Semua warga desa mulai mengemas barang berharga dan makanan untuk persediaan di kota kerajaan karna mungkin saja mereka tidak bisa membeli apapun disana.

Setelah melihat keadaan tenang. Tentara itu mulai merekrut milisi untuk berperang.

Ada 8 orang yang ikut ke dalam perang di desa, karna para pria pemburu baru saja mati beberapa minggu yang lalu karna tragedi pengepungan serigala.

Tanpa diragukan Yodha ikut berperang dan dia juga di ajukan sebagai kapten oleh Paman Niu, karna menurutnya Yodha lebih cocok daripada dia.

Para pria melakukan salam perpisahan kepada istrinya di desa hanya ada paman Niu dan Yodha yang tidak melakukan apapun, Yodha yang sudah tau sifat kakeknya berpikir bahwa dia tidak harus melakukan salam perpisahan dengan kakeknya.

"kenapa kamu diam saja? Apa kamu tidak ingin melakukan perpisahan dengan kepala desa?" tanya paman Niu.

"aku tidak harus melakukannya karna aku tidak berniat untuk mati di medan perang." jawab Yodha dengan penuh tekad.

Mendengar pernyataan itu bahkan prajurit pembawa pesan itu juga terkejut mendegar ketegasan Yodha.

Wiliam selalu berpikir bahwa milisi hanya akan menjadi umpan meriam tapi tanpa diduga ada seorang remaja yang bertekad bahwa dia tidak akan mati dimedan perang.

Setelah para penduduk desa melakukan salam perpisahan akhirnya mereka pergi ke camp tentara yang berada di perbatasan hutan dengan kerajaan Ming.

Perjalan ke camp memakan waktu dua hari dua malam dan dalam dua hari itu mereka bertemu dengan tim milis yang lain walau memiliki jumlah yang banyak tetapi tidak memiliki semangat juang sama sekali, itu membuat Yodha merasa cukup menyesal menjadi milisi untuk di medan perang pertamanya.

Saat mereka sampai di camp mereka melihat banyak sekali tentara walau dengan peralatan dari batu dan kayu mereka terlihat sangat gagah.

Dengan tubuh kekar setinggi seratus sembilan puluh sentimeter mereka terlihat seperti segerombolan raksasa yang sedang menunggu mangsanya datang.

Setelah mereka sampai di camp mereka hanya bisa membuat api sendiri dan melakukan apapun sendirian.

Di dalam tenda yang terbuat dari daun pohon pisang seorang jendral yang dipercaya untuk memimpin pasukan bernama Gura yang memiliki rambut berwarna merah khas kerajaan Ruan dengan postur badan yang gagah ditambah luka di muka menambah kesan bahwa dirinya seorang pejuang veteran.

Didepannya berdiri pria berumur dua puluh tahunan dengan rambut hitam panjang, jika Yodha ada disini dia pasti tau sosok itu. Dia adalah wiliam prajurit yang bertugas dalam perekrutan didesa arum.

"kenapa kau masih disini?" tanya jendral Gura.

"jendral Gura saya ingin memberikan rekomendasi untuk seorang milisi yang saya rekrut." jawab wiliam.

Mendengar pernyataan wiliam membuat jendral gura mengerutkan kening dan bertanya lagi. "apakah itu dari tim milisi? Apa menurtmu kegunaannya?" suara jendral Gura yang acuh tak acuh

"namanya Yodha dia seorang remaja yang saya temui di desa Arum, saya merasa bahwa dia adalah seorang jendral yang sangat pintar, karna sepanjang perjalanan kesini dia selalu dapst membuat seluruh milisi menjadi semangat dan bersatu." jawab wiliam yang berbicara dengan satu tarikan nafas.

Melihat wajah penuh tekad wiliam membuat jendral Gura mulai tertarik dengan remaja bernama Yodha ini.

"bawa dia padaku sekarang, aku ingin melihat apa yang kau katakan itu benar apa salah."

Mendengar jawaban jendral Gura merasa senang dan sekaligus terkejut karna dia merasa bahwa jendral yang biasanya terkenal sangat ganas dimedan perang akan percaya dengan apa yang dia katakan.

"baik jendral saya akan segera membawa dia kesini." jawah wiliam dengan sepenuh hati.

Saat ini di dekat api unggun para milisi Yodha dikerumuni oleh orang orang karna pidato penuh semangat yang keluar dari mulut Yodha membuat para mili memiliki perasaan bahwa mereka akan pulang kembali hidup-hidup dan menjadi seorang prajurit tetap.

"Teman-teman seperjuanganku!! Katakan padaku kenapa kau datang ke sini!!"

"Untuk melindungi tanah air dan keluargaku dari penjajah kerajaan Ming!!" jawaban serentak keluar dari mulut para milisi

"Saudaraku!! Mari kita angkat Pedang kita dan maju menerjang musuh!! Jangan takut!! Jangan gentar!! Semua pasukan kerajaan Ruan akan membantu kita!! Katakan padaku jika kalian mati disini siapa yang akan menderita!!"

Mendengar pidato Yodha membuat para milisi mulai memikirkan istri dan anak mereka yang akan hidup menderita tanpa kehadiran dirinya.

Hanya membayangkan bahwa istrinya akan menjadi janda membuat hati para milisi bertekad dan mulai merasa bahwa dia harus kembali hidup-hidup agar semua itu tidak terjadi.