"Hiks ... hikss." Alice menangis di dalam kamar sendiri.
Dia puas telah meluapkan isi hatinya, namun ada perasaan sesak masih mengganjal hatinya. Mengeluarkan segala unek-unek pada Rama tak lepas dari kata kasar nyatanya tak sepenuhnya melegakan.
Pembuatnya lega. Justru bayang-bayang permohonan Rama terus terngiang di kepalanya.
"Kenapa keadaannya semakin rumit?"
Alice sudah mantap melepas Rama namun melihat kembalinya Rama datang justru membuat batinnya merasa terombang ambing dilanda dilemma. Jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam mengharapkan kehadiran Rama untuk mendampinginya merawat dan menjaga anaknya bersamanya, sesuai yang dikatakan Rama padanya barusan. Tapi bayang-bayang perselingkuhan dan sikap temperamental Rama membuatnya tertekan dan memilih mundur.
"Pah, kita izinkan mereka kembali."
"Tidak mah. Itu tidak akan terjadi. Papah melarang keras, lebih baik mereka berpisah."
"Tapi kasihan anak kita terutama cucu kita juga."