Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 39 - Part 39

Chapter 39 - Part 39

Ceklek

"Darimana saja?" Alice kaget baru masuk rumah sudah disambut Rama dengan aura tajamberselimut pucat dengan kedua tangan bersilang di dada.

Plastik yang diengkram Alice terlepas dan terjatuh ke lantai. Detak jantung Alice berdetak tak karuan, takut akan pertemuannya tadi diketahui sang suami. Raut muka kecewa dan marah beradu jadi satu menyelimuti wajah Rama.

"A … aku …"

"Suami sedang sakit dan butuh dampingan seorang istri tapi apa ini. Ditinggal sendiri di rumah."

"Maaf mas, tadi aku … be .. beli obat di apotek depan." Alice menjawab dengan gugub, tiba-tba kebersamaannya dan pertemuannya dengan Panji terlintas di kepalanya membuatnya bersalah karena harus menutupinya dan rela meninggalkan Rama yang sedang membutuhkannya. Sudah pasti kalau Rama mendengarnya akan marah sekali. Buktinya dulu ketika dia memanggil nama Panji saja Rama sudah marah apalagi sampai dipeluk Panji tadi.

Rama menelisik gelagat Alice yang nampak mencurigakan terlihat dari raut mukanya tegang seperti sedang menutupi sesuatu darinya. Itu semakin membuat emosinya tersulut. Dia berusaha menahan diri untuk tidak berbuat kasar pada Alice, tidak mau menyakiti istrinya.

Untuk membuktikannya Rama mengambil plastik yang tergeletak mengenaskan yang lepas dari tangan Alice tadi. Dibukanya dengan tak sabaran sambil menahan emosi. Alice terlihat ketakutan.

Rama langsung mendekat kearah Alice dan mendekapnya erat. Merasa bersalah karena telah berpikiran buruk pada Alice yang jelas-jelas peduli padanya membelikan obat.

Alice seketika menitihkan air mata. Ketakutannya melebur ketika Rama medekapnya membuatnya bisa bernafas lega.

"Maafin aku sayang." Rama mengecup pucuk kepala Alice berkali-kali.

"Maafin aku sudah menuduhmu yang tidak-tidak. Terima kasih sudah merawat dan menjagaku selama sakit."

"Nggak papa, Mas. Ya sudah Mas istirahat kembali. Aku siapkan obatnya untuk diminum agar mas lekas sembuh."

"Kamu tadi beli sendiri?" Alice mengangguk.

"Dijalan nggak papa? Ada yang jahat?" Alice menggeleng. Masih sempat-sempatnya suaminya sedang sakit tapi masih mengkhawatirkannya, segitu cintaka sang suami padanya.

Ting tong

Tepat Alice membantu dan menemani Rama meminum obat, tiba-tiba bel rumahnya berbunyi pertanda ada tamu. Alice pamit meninggalkan Rama di sofa ruang tengah hendak membukakan pintu.

"Kak Reza?" Alice terkejut mendapati tamunya yang ternyata Reza.

"Hai Alice. Aku mau ketemu Rama. Gimana kabarnya?"

"Silahkan masuk kak. Aku panggilkan mas Rama bentar."

Baru saja Alice hendak beranjak ke dalam memanggil Rama tapi sudah keburu orangnya keluar menghampiri ruang tamu.

"Sudah datang." Rama menatap Reza yang mengangguk.

"Mas nggak boleh banyak gerak …"

"Nggak papa sayang. Mas udah sedikit enakan. Butuh gerak juga sekalian olahraga." Alasan mengulas senyum ditengah wajah pucatnya untuk menenangkan perasaan khawatir Alice.

Alice mengangguk,"Ya sudah aku buatkan minuman dulu di belakang." Rama mengangguk kemudian menghampiri Reza.

"Gimana kabarnya? Kelihatannya sudah baikan sekarang, ya iyalah istrinya aja perhatian banget bagaimana nggak bisa sembuh. Ditambah lagi dapat jatah juga." ucap Reza.

"Mau kita baku hantam disini." Reza buru-buru menggelengkan kepala.

"Gimana kontrak kerjasama perusahaan dengan Brata Group?" Rama menatap serius Reza.

Reza menarik nafas dalam,"Itu bro. Tiba-tiba mereka membatalkan kerjasama yang telah disepakati sebelumnya dengan alasan tidak percaya pada kredibilatas perusahaan bos. Walau mereka tidak salah karena mereka belum tandatangan."

Rama mengangguk mengerti. "Imbasnya perusahaan mengalami kurang kepercayaan investor yang telah berdatangan ingin bekerja sama dengan kita sebelumnya. Mengingat perusahaan Brata Group memilih andil besar dalam bisnis di negara ini. Bukan rahasia umum, Brata group hanya ingin bekerjasama dengan perusahaan tertentu saja."

Brata Group adalah perusahaan bergerak di bidang property dan ritel yang kesuksesannya tak bisa diragukan lagi atas pencapaiannya di Indonesia. Banyak perusahaan yang ingin bekerjasama dengan perusahaan ternama itu. Dimana pemilik perusahaan Brata Group adalah ayah dari Kimora.

"Bukan masalah bila memang harus kerjasama putus di tengah jalan. Kita cari strategi lain untuk melanjutkan bisnis property kita di Semarang. Bukan berarti tidak ada campur tangan Brata group menjadi alasan kita menghentikan proyek baru kita. Kita buka kerjasama dari perusahaan lain yang mau menjadi investornya."

"Apa kamu yakin? Ada yang minat kerjasama dengan kita, secara proyek baru kita ini terbilang besar dengan kerugian juga tidak sedikit bila tidak berhasil. Kalau Brata Group be bersama kita setidaknya itu menjadi pendorong perusahaan yang lain ikut berinvestasi dengan kita."

"Ya." Rama yakin namun tersirat keraguan tertutupi disana.

"Apa ada masalah? Berkaitan dengan mantanmu itu hingga berujung pada kerjasama ini?" tebak Reza.

Rama mengangguk," Ya."

"Apa Kimora tahu kamu sudah menikah?" Rama mengangguk. Reza yang menjadi orang kepercayaan Rama jelas mengenal Kimora yang tidak lain adalah keturunan dari pemilik Brata Gorup.

"Apa ini yang jadi alasan kamu jatuh sakit kepikiran kerjasama kita dibatalkan sepihak oleh mereka?'

"Tak apa. Hanya syok saja."

Deg

Alice terkejut mendengar bilamana Rama jatuh sakit karena kepikiran kerjasama perusahaan dibatalkan. Segitu pekerja kerasnya sang suami dalam bekerja dan ada masalah tidak melibatkannya alias dipendam sendiri. Yang dia tahu kerjaan Rama aman-aman saja karena Rama tak pernah bercerita.

"Permisi, ini minumnya." Alice mengejutkan kedua laki-laki yang kini berubah menjadi diam.

Rama menatap tajam Reza mengisyaratkan untuk tidak melanjutkan pembicaraan sebelumnya karena ada Alice. Dia tidak mau Alice mendengar permasalahan di perusahaannya. Reza paham kode Rama sehingga memilih untuk diam tidak melanjutkan perbincangan sebelumnya.

"Dilanjtuin saja ceritanya." Alice merasa suasana menjadi hening,

"Sudah yang. Reza kesini tadi mau jenguk aku saja."

"Eh I … iya Alice. Aku kesini mau jenguk Rama. Ini ada buah." Reza merngalihkan topik pembicaraan, menyerahkan parcel buah yang telah dibeli di jalan..

"Hmm. Makasih ya, jadi repot-repot." Alice menerimanya dengan sopan.

Reza terpukau akan kelembutan Alice hingga membuatnya tak berkedip menatap Alice hingga membuat Rama mendegus kesal. Kecantikan Alice seakan bertambah berkali-kali lipat ketika Alice bersikap lembut diikuti senyum merekah tek lepas dari bibir ranumnya"Matanya mau gue congkel!" ketus Rama menghentikan tatapan tajam Reza yang terus memandangi Alice tanpa kedip..

"Mas?"

"Maaf bro." Reza menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena telah membuat Rama marah karena berani mematap Alice, yang sudah menjadi milik Rama.

Di tempat yang berbeda Kimora duduk berdua dengan Panji, sepupunya yang kini sedang istirahat di sofa sendirian.

"Tadi siapa Kak?"

"Yang mana?"

"Cewek tadi yang kamu antar ke depan rumah."

"Oh itu Alice, pacarku. Kenapa?"

Kimora menggeleng." Nggak papa. Sudah pacaran lama?" Dalam hatinya dia terkejut akan ucapan Panji.

Panji menatap Kimora penuh tanda tanya." Kenapa?'

"Pengen tahu aja."

"Sejak kuliah dulu."

Kimora melotot tak percaya,"Sampai sekarang?" Panji mengangguk.

"Terus kenapa dia menikah dengan Rama kalau hubungannya dengan Kak Panji masih berjalan."

"Aku nggak bisa ngasih tahu Kak Panji akan semuanya, Dia baru sembuh nanti kalau kenapa-napa aku juga yang salah. Walau dia berhak tahu, tapi ini belum saatnya." Batin Kimora.

Kimora terdiam pikirannya berkelana. Entah kenapa dia merasa ada kesempatan untuknya memanfaatkan keadaan ini guna merebut hati mantan kekasihnya yang telah ia khianati dulu.

"Dulu aku memang salah, tapi hatiku masih tertaut padamu, Rama."