Chereads / AKHIRNYA CINTA / Chapter 9 - Part 9

Chapter 9 - Part 9

Hampir satu bulan Alice telah bekerja di perusahaan Rama. Sejak dia bekerja disana hubungan antara Rama dan ALice kini menjadi semakin dekat. Bahkan Alice juga sudah dikenalkan dengan orangtua Rama. Alice juga merasa sangat dekat dengan kedua orangtua Rama. Sedangkan hubungan wanitaitu dengan Panji semakin tak jelas mengingat kontak Panji tidak bisa dihubungi sama sekali.

Tidak terasa jam dinding di ruangannya telah menunjukkan pukul 11.00. Itu berarti sebentar lagi jam istirahat akan tiba. Alice bersiap-siap untuk beristirahat dengan teman-temannya di kantin. Setibanya jam istirahat Alice langsung membawa bekalnya untuk dimakan di kantin.

Saat tengah menikmati bekalnya, terlihat Rama dengan buru-buru mendekati mobil pribadinya sambil menerima telepon. Kebetulan tempat parkir mobil Rama tepat berada di depan kantin, jadi Alice bisa lihat dari dalam kantin. Alice yang tidak sengaja melihatnya kini menjadi dengan Rama.

"Ðia kenapa ya, kok terlihat buru-buru."Alice terlihat panik sambil bertanya-tanya sendiri dalam hatinya melihat kelakuan Rama.

Setelah Rama pergi , selera makan Alice sudah tidak ada lagi. Padahal ia baru makan sedikit saja. Nafsu makannya hilang karena tiba-tiba ia merasa khawatir dengan Rama. Tidak bisa dipungkiri kini perasaan ALice mulai memperhatikan Rama. Seiring dengan kasih sayang dan perhatian yang telah diberikan Rama padanya hatinya kini mulai luluh. Sudah lama Alice tidak menjawab perasaan Rama yang telah diutarakan padanya dulu. Alice juga tidak lupa akan hal itu. toh sampai sekarang Rama juga tidak pernah memaksakan Alice untuk segera menjawab atas perasaannya itu. Dia sendiri masih menunggu Panji walaupun Panji sendiri tidak pernah menghubunginya dan hubungan mereka entah bagaimana kelanjutannya. Tapi Alice sekarang pasrah kalau memang dirinya tidak bisa lanjut berhubungan dengan Panji.

"Kamu kok nggak makan lagi?"Rini menatap Alice sambil melirik bekal Alice yang masih banyak.

"Aku udah kenyang. Kalian ada yang mau bekalku ini?"Alice menawarkan makanannya kepada teman-temannya termasuk Rini, siapa tahu ada yang mau.

"Aku mau. Lagian itu belum kamu campur semua kan?"Rina terlihat berminat dengan bekal Alice.

"Idihh kamu itu ya. Makananmu emangnya nggak cukup. Dasar rakus."Rini melihat Rina terlihat rakus.

"Kenapa emangnya daripada mubazir."Rina membela dirinya sendiri dengan memberi alasan kepada Rini.

"Udahlah. Lagian betul omongan Rina. Daripada mubazir."Alice mmembela Rina dan langsung memberikan bekalnya pada Rina.

"Makasih Alice."Rina menerima bekalnya dengan senang hati.

"Teman-teman aku ke belakang dulu ya."Alice berpamitan dan buru-buru pergi ke kamar mandi kantin.

"Ok."Rina dan Rini menjawab bersamaan.

Setibanya di kamar mandi Alice buru-buru mengambil ponselnya di kantong. Dia ingin menelpon Rama. Dia tidak pernah menyangka kalau perasaannya menjadi sekhawatir ini pada Rama. Apakah ini memang pertanda kalau dia sudah membuka hati untuk Rama. Dan Panji sudah tidak diada dihatinya lagi. Entahlah perempuan mana yang ditinggal begitu saja oleh cowoknya tanpa kabar dan berusaha dihubungi tapi ternyata tidak ada jawaban.

"Ayo dong angkat teleponnya ."Alice sudah tidak sabar mendengar suara Rama menjawab teleponnya.

Sudah tiga kali Alice menelepon Rama tidak diangkat. Ia tidak tahu kenapa Rama tidak mengangkat teleponnya. Padahal ia hanya ingin tahu kondisinya. AKhirnya Alice pasrah dan kembali ke kantin untuk berkumpul dengan teman-temannya lagi. Ia berharap Rama nanti menelepon balik dirinya.

"Lama banget sih. Ngapain saja di kamar mandi."Rini terlihat penasaran kenapa Alice di belakang lama sekali.

"Tahu tuh. Ngapain aja kamu tadi."Rina sependapat dengan Rini.

"Kepo aja sih kalian."Alice berusaha menutupi kalau dirinya tengah mengkhawatirkan Rama.

"Ayo masuk. Bentar lagi jam istirahatnya selesai."ajak Rini.

"Akhirnya pulang juga."teriak Rini yang duduk di sebelah Alice dengan keras karena jam pulang tiba.

"Semangat banget sih."Alice mendengar teriakan Rini.

"Cepat banget ya udah jam pulang. Oh ya Rama gimana ya. Semoga saja dia tidak terjadi apa-apa."Alice bergumam dalam hati.

Dret dret dret.....handpon Alice bergetar saat ALice sedang mengendarai motor.

"Halo Rama."Alice mengangkat telepon dari Rama. Perasaan seketika merasa lega saat Rama menelponnya.

"Ayahku ada di rumah sakit."suara Rama terdengar pelan dan sedih.

"Ayahmu kenapa Kak?"Alice terlihat khawatir sekali pada Pak Bambang.

"Kamu bisa kesini."Rama memohon kepada Alice terdengar sedih. ALice tidak tega menolaknya padahal dia sendiri lelah setelah pulang kerja.

"Kebetulan aku baru pulang ini. Rumah sakit mana?"Alice berniat menjenguk Pak Bambang.

"Rumah sakit Kasih Bunda."jawab Rama.

Sesampainya di rumah sakit Kasih Bunda, dia langsung mencari dan bertanya ke recepcionist menanyakan ruangan Pak Bambang dirawat. Setelah diberitahu, Alice segera menancap gas melesat ke ruangan Pak Bambang.Kebetulan ruangan Pak Bambang berada di lantai dua.

"Bu Amira."Alice melihat Bu Amira sedang mondar mandir di depan ruangan. Kemungkinan ruangan ituadalah ruangan Pak Bambang dirawat.

"Alice."Bu Amira terlihat kaget dengan kemunculan ALice disana.

"Bu Amira yang sabar ya."Alice berusaha menguatkan hati Bu Amira yang tengah sedih. Bu Amira langsung memeluk ALice dengan erat.

"Iya Alice. Kamu tahu dari Rama ya?"Bu Amira bertanya masih memeluk Alice.

"Ya Bu."Alice masih berada di dekapan Bu Amira.

"Ayahnya Rama sedang di rawat di dalam."Bu Amira tiba-tiba melepaskan pelukannya dan meneteskan air mata.

"Pak Bambang kenapa kok sampai di larikan ke rumah sakit."Alice mengelus pundak Bu Amira.

"Ayahnya Rama tadi kecelakaan. Saat dilarikan ke rumah sakit kondisinya sudah tidak sadarkan diri."Bu Amira menjelaskan sambil terisak-isak dan tidak kuat melanjutkan ceritanya.

"Sabar ya Bu."Alice langsung menyuruh Bu Amira untuk duduk karena Bu Amira terlihat lemas dan sedih.

Alice menemani Bu Amira duduk di kursi. Dia tidak tega melihat Bu Amira yang sangat terpukul dengan kondisi suaminya yang baru saja mengalami kecelakaan. Selama dia menemani Bu Amira duduk di kursi Rama malah tidak menampakkan batang hidungnya.

"Maaf Bu, kalau boleh tahu Rama dimana ya?"Alice bertanya dengan pelan.

"Rama pergi ke belakang katanya tadi. Tapi kok sampai sekarang belum kembali."Bu Amira menengok ke arah Alice.

"Kalau gitu Alice cari Rama dulu ya."Alice berpamitan dengan Bu Amira.

Alice menyusuri lorong-lorong rumah sakit lantai dua untuk mencari keberadaan Rama. Tapi ia tidak kunjung menemukannya. Sampai akhirnya dia merasa capek dan memutuskan untuk beristirahat di balkon lantai dua. Betapa kagetnya ketika melihat ke bawah. Ternyata dia melihat Rama sedang duduk sendirian di kursi taman rumah sakit.

"Rama. Kenapa dia ada disitu, sendirian lagi. Coba aku telepon aja dari sini."Alice menatap Rama yang ada di bawah sambil bergumam sendiri.

Alice sudah menelpon Rama berkali-kali tapi Rama tidak mengangkat teleponnya. Hingga akhirnya dia turun ke bawah dan menghampiri Rama di taman sendirian.

"Rama."panggil Alice dengan suara pelan sambil beridiri.

Mendengar namanya disebut dengan pelan, Rama langsung mendongakkan kepalanya. Rama terkejut melihat apa yang sedang dilihatnya. Ketika mata Rama bertemu dengan mata Alice yang tepat berdiri di depannya, Rama langsung bangkit dari kursi dan langsung memeluk Alice. Alice yang merasa terkejut sekali ketika Rama tiba-tiba merengkuhnya dengan erat hanya bisa diam saja. Tangannya ingin sekali mendorong tubuh Rama agar tidak sedekat itu dengan dirinya. Tapi sebelum melakukannya dia sadar kalau Rama sekarang butuh seseorang untuk menjadi tempat bersandarnya ketika mnghadapi masalah seperti ini. Alice tahu kalau Rama sekarang sedih sekali.

Selama Rama memeluknya, Alice merasa mendapatkan kenyamanan dari Rama. Ini kali pertamanya dia dipeluk seorang laki-laki. Bahkan pacarnya Panji aja tidak pernah memeluknya. Ini malahan Rama yang belum jadi apa-apanya malah berani memeluknya. Tapi sekarang kondisinya berbeda. Pertama kalinya berpelukan dengan laki-laki malahan dia merasa nyaman sekali.Rama memeluk Alice begitu lama, terdengar hembusan nafas panjang dengan pelan menunjukkan Rama yang masih tidak percaya dengan kabar ayahnya yang baru saja kecelakaan.

"Ayahku."Suara Rama terdengar serak.

"Sabar ya Rama."Alice merasa kasihan tapi disisi lain kini jantungnya tiba-tiba berdebar kencang selama dipeluk Rama.

"Apakah dia bisa merasakan detak jantungku yang tak karuan ini ."Alice bergumam dalam hati.

Mereka berdua saling berpelukan di taman rumah sakit. Seakan-akan taman tersebut hanya dimilki mereka berdua saja.

"Duduk sini dulu Rama."Alice melepas pelukan dari Rama dengan pelan dan menuntunnya untuk duduk di kursi.

"Hmmm."Rama duduk di kursi berdampingan dengan ALice.

"Sekarang kita hanya bisa berdoa agar ayahmu segera lekas sembuh."Alice menasihati Rama .

"Alice."Rama tiba-tiba menatap Alice. Tatapannya terlihat sendu.

"Rama sabar ya."Alice merasa kasihan pada Rama..

Alice baru pertama kali melihat seorang cowok meneteskan air mata di depan mata kepalanya sendiri. Apalagi Rama yang dikenalnya sejak kecil itu selalu terlihat tegas, kuat, pemberani dan tidak cengeng. Tapi hari ini dia menangis.

"Rama ayo kita masuk. Temani ibumu di dalam."Alice mengajak Rama untuk tidak berdiam sendiri di taman.

"Mamah, gimana kondisi ayah tadi?"Rama dan ALice menghampiri Bu Amira.

"Dokter tadi bilang, ayah sudah sadarkan diri tapi harus butuh istirahat. Dan tidak boleh diganggu. Tadi kamu kemana saja nak?"Bu Amira langsung berdiri dari kursi setelah melihat kemunculan Rama di depannya.

"Ada luka yang parah sama ayah?"Rama terlihat panic dengan kondisi ayahnya.

"Dokter tadi bilang nggak ada luka yang parah sama ayah, cuma ada beberapa luka lecet saja di tubuh ayah."Bu Amira menjelaskan ke Rama sambil memegang tangan Rama.

"Kamu baru pulang kerja langsung kesini. Pasti kamu capek. Pulanglah ke rumah."Rama menatap Alice kasihan karena raut wajah Alice terlihat capek.

"Iya Alice. Kamu pasti capek."Bu Amira baru tahu kalau Alice baru pulang kerja dan langsung menjenguk ke rumah sakit.

"Nggak papa kok Bu."Alice menutupi rasa capeknya dan masih ingin berada di samping Rama untuk menemaninya.

"Alice kamu harus istirahat."Rama memaksa Alice untuk pulang karena dia tahu pasti Alice butuh istirahat di rumah.

"Baiklah kalau gitu. Alice pamit pulang dulu ya Bu."Alice berpamitan dengan Bu Amira.

"Hati-hati ya."pesan Bu Amira kepada Alice.

"Ayo aku antar pulang."ucap Rama.

"Nggak usah. Kamu disini saja."Alice tifak ingin merepotkan Rama. Alice akhirnya mau diantar karena Rama telah memaksanya.

"Kamu hati-hati di jalan."setibanya di parkiran Rama berusaha tampak kuat di depan ALice.

"Ya ."

Setibanya di rumah, ternyata kedua orangtuanya telah menunggunya di ruang tamu. Alice tadi lupa memberitahu kalau tadi sepulang kerja menyempatkan untuk menjenguk Pak Bambang di rumah sakit. Jadinya orangtunya kini mengkhawatirkannya karena tidak kunjung pulang.

"Mah Alice mau ngasih tahu kalau Pak Bambang tengah dirawat di rumah sakit."Kata ALice setelah mencium tangan orangtuanya.

"Pak Bambang suaminya Bu Amira itu."Bu Zubaidah kaget mendengar kabar dari Alice. Sedangkan Pak Salim belum kenal dengan Pak Bambang itu siap. Wajar saja Bu Zubaidah kenal Pak Bambang lha wong istri dari Pak Bambang adalah teman arisan Bu Zubaidah.

"Iya mah."Alice langsung menjawab.

"Kenapa memangnya? Pak Bambang itu siapa?"Pak Salim mterkejut sekali.

"Itu yah, Pak Bambang istrinya Bu Amira teman arisan mamah. Ah itu lho ayahnya Rama yah."Bu AMira menjelaskan ke suaminya siapa Pak Bambang itu.

"Pak Bambang tadi kecelakaan. Syukurnya tidak ada luka yang parah di tubuhnya."kata ALice.

"Besok kita jenguk ya yah."Bu Amira menoleh ke suaminya yang duduk disamping Bu Amira.

"Ya mah."Pak Salim langsung mengiyakan.

"Kamu tadi udah jenguk nak?"Pak Salim bertanya kepada Alice.

"Udah pah. Ini aku baru pulang dari rumah sakit."jawab ALice.

"Ya sudah sana istirahat dulu. Kamu pasti capek."kata ayahnya

"Alice istirahat ke kamar dulu ya."Alice izin pergi ke kamar.

Setibanya di kamar, ia langsung mandi dan istirahat. Saat dia merebahkan tubuhnya di kasur, dia masih ingat ketika Rama memeluknya. Rasanya dia tidak pernah senyaman itu ketika berada di dekat laki-laki. Pikirannya terus memikirkan Rama dan sekaligus khawatir dengannya.