Air mata mereka semua terus tertumpah, setelah selesai berdoa mereka belum juga melihat dokter keluar dari rungan ICU tersebut. Setelah beberapa lama kemudian, pintu ICU yang terdiri dari dua daun pintu dibuka dengan lebarnya lalu 4 orang perawat membawa keluar satu tempat tidur beserta pasien diatasnya yaitu Justin, Mama Justin, Asley, Mike dan Vera sontak berteriak dengan histeris.
"Justin! Jangan tinggalin mama! Justin!" Mamanya Justin mengguncang-guncangkan tubuh anaknya yang sudah tertutup kain putih.
"Kakak! Bangun! Kakak jangan pigi!" Asley menggeam erat tubuh kakaknya yang telah tidak bernyawa dengan isak tangis yang begitu menyayat hati.
"Justin, tidak tidak, kau jangan bercanda. Aku gak suka! Justin bangun!" Suara Mike tak kalah kuat sambil ikut mengguncangkan tubuh sahabatnya itu.
"Kakak, bangun kakak Justin kenapa saat aku mulai suka dengan kakak, kakak malah ninggalin aku." Vera meremas tangan kanan Justin.
Para perawat menenangkan mereka dan meminta ijin untuk memindahkan jenazah Justin ke ruang jenzah untuk di siapkan di antar kerumah duka. Para sahabat dan dosen sangat terkejut dengan kejadian yang begitu dengan cepatnya berlalu. Kenangan demi kenangan terlintas dikepala mereka semua, mulai saat Justin masuk kampus, suka menolong dan bahkan membela salah seorang dari mereka dahulu yang di fitnah dan hampir di DO.
Dengan masih menangis, mama Justin ditemani Mike, Vera dan Dosen mereka menjumpai dokter dan memberondongnya dengan banyak pertanyaan.
"Dok, kenapa anak saya bisa meninggal, dok jawab. Tolong hidupkan anak saya kembali dok." Mama Justin terus menangis sambil memohon dan meraung-raung sedih melihat anaknya yang sudah tidak bernyawa lagi.
Dengan hela nafas yang sedikit dalam karena dokter Kim merasa terenyuh dengan kondisi mama Justin yang sudah sangat lemas akibat menangis, "Sebelumnya saya turut berduka cita atas kepergian Justin yang mendadak. Kami sudah berusaha dengan sekuat tenaga dan kemampuan kami nyonya." Dokter Kim membantu berdiri mama Justin dan membantunya untuk duduk.
"Dok, bukannya keadaan Justin tadi baik-baik saja ? Kenapa tiba-tiba bisa begini?" Dosen mereka bertanya kembali sambil menenagkan mama dan adiknya Justin.
"Saya minta maaf, saya harus mengatakan hal ini, saat Justin dibawa kemari harapan hidupnya sangatlah kecil, ia mengalami mati otak karena kepalanya terhantam dengan sangat keras. Untuk penjelasan nanti saya akan berikan hasil pemeriksaan mendiang Justin. Saya permisi." Dokter Kim pergi setelah sedikit memberitahukan kepada keluarga pasien.
Pada saat Justin dibawa ke ruang jenazah, salah satu malaikat kembali terbang memberi kabar kepada Mikael. Sesampainya malaikat itu, berkatalah ia kepada Mikael.
"Malaikat Agung, Justin telah tiada, tetapi catatan kematian tentang ia juga tidak ada di surat takdir."
"Apa ? Justin telah tiada ? Catatan kematiannya juga tidak ada ? Apa ini ada kaitannya dengan dia, malaikat yang jatuh. Aku mengutusmu Edgar, pergilah telusuri alam kematian, pergilah dengan Reila, dia yang biasa mengantar para arwah yang berdosa ke neraka."
"Baik, saya akan pergi, saya mohon undur diri." Edgar segera pergi dari tempatnya Mikael dan segera mencari Reila.
Edgar terbang mengitari markas para malaikat, bahkan ke pada pos penjaga tetapi Reila tidak ditemukan juga, saat ia hendak pergi mencari ketempat lain tedengar suara seorang perempuan yang memanggilnya.
"Edgar, hooi Edgar." Reila memanggil temannya tersebut sambil melambaikan tangan.
Edgar yang mendengar namanya dipanggil segera berbalik arah dan ia melihat ternyata yang memanggilnya adalah malaikat yang sedang ia cari. "Kemana saja kamu ? Saya cari kemana-mana gak ada, kita ditugaskan malaikat agung pergi ke neraka karena ada seorang yang meninggal tetapi catatan kematian hari, tanggal, waktu penjemputannya tidak ada."
"Astaga, itu masalah serius. Ayo kita pergi sekarang, nanti saja saya menjelaskan kemana saya tadi pergi, kita sekarang ke gudang perlengkapan." Reila segera terbang terlebih dahulu disusul Edgar, mereka ke ruang perlengkapan meminta ijin mengambil persenjataan untuk pergi ke neraka.
Edgar berganti kostum dengan baju zirah berwarna silver dan pelindung kepala serta pedang pemusnah dan juga sebotol air suci, sedangkan Reila memakai baju zirah berwarna silver, sebuah panah emas, dan segel pelumpuh.
Mereka berdua segera terbang dengan kencangnya turun ke kerajaan neraka, menembuh panasnya batuan yang meleleh dan api yang menyembur di mana-mana.
"Panas sekali disini, bolehkah saya lepas pelindung ini ?" Edgar menghela nafasnya.
"Jangan, nanti kamu akan dalam masalah jika tidak memakainya, para iblis neraka akan menyerangmu karena kamu akan di kira penyusup." Reila dan Edgar akhirnya mendarat di gerbang neraka. Sebuah gerbang yang saangat tinggi dengan ujung-ujung besi yang menyala. Banyak iblis-iblis kecil yang memperhatikan mereka.
"Ada keperluan apa kalian ke mari malaikat-malaikat tengik ?" Ucap iblis penjaga gerbang dengan tampilan taring yang sangat panjang, kuku yang panjang sampai menyeret ke bawah dan mata yang menyala.
"Perintah dari malaikat agung, kami harus menjemput seseorang yang kalian culik arwahnya." Reila berubah drastis, kini gaya bicaranya begitu tegas.
"Hahaha, pergilah sebelum kalian aku lenyapkan!" Iblis tersebut langsung menyerang Reila dan Edgar dengan menghantamkan gada berduri api ke tempat mereka berdiri. Dengan cepat keduanya menghindar.
"Kami tidak ingin berperang, kami ingin arwah lelaki bernama Justin Rossler yang kalian ambil secara paksa!" Edgar hendak mengeluarkan pedang dari sarungnya, tetapi hal itu di hentikan oleh Reila.
"Sudah ku bilang tidak ada arwah yang kami ambil secara paksa, aaarrggg!" Kini suara Iblis penjaga itu begitu kuat sampai terdengar di seluruh neraka dan tanah berguncang karenanya, ia kemudian mengarahkan gadanya ke arah Edgar dan menghantamnya dengan sekuat tenaga.
BUUMM!!!
Bunyi pukulan yang sangat kuat dan tempat Edgar berpijak menjadi gumpalam abu yang melambung.
"Hahahaha, sudah aku bilang sebaiknya kalian pergi." Iblis tersebut tertawa dengan puas.
"Iblis terkutuk! Binasahlah! TARIAN BUSUR KE ENAM! PANAH API SUCI!" Reila mengarahkan busurnya ke pada Iblis tersebut dan meluncurlah anak panah berbentuk api berwarna putih yang mengenai tangan si Iblis.
"Arrrgggg! Malaikat tengik! Mati kaauu!" Ia berteriak kuat di ikuti banyak iblis-iblis kroco yang berterbangan ke arah Reila, ia hendak kembali memanah, tetapi ia kalah cepat dengan Edgar yang ternyata masih hidup dan kini Edgar menghadapi para Iblis kroco.
"Tarian Pedang Suci! Angin pemusnah!" Edgar memutar dirinya yang sedang memegang pedang dan munculkan pusaran angin yang begitu dasyat yang membinasahkan iblis-iblis kroco dengan sangat cepat. Sedangkan Reila masih sibuk bertarung dengan Iblis penjaga itu.
"Hei, masuklah cepat dan segera bawa ia keluar!" Reila berteriak sambil terus melancarkan anak panahnya yang sebagian mengenai tubuh Iblis, tetapi tubuhnya begitu kuat sekali.
Edgar dengan segera terbang masuk ke dalam gerbang neraka, selama ia menjadi malaikat baru kali ini ia masuk ke sini dan melihat betapa seramnya neraka yang sama seperti lautan api dengan teriakan-teriakan yang menghiasinya. Dengan hati-hati dan mengendap-endap Edgar terus masuk lebih dalam, hanya disini ia melihat wujud-wujud yang aneh dan seram.
"Dimana mereka menyanderanya ya." Edgar terus berjalan mengendap, ia melihat suatu wujud yang aneh menurutnya ada di neraka bagian paling dalam.
"Dimana dia ? Apakah kalian perlakukan dengan baik ?"
"Dia ada di kurungan api di bawah awasan sang nafsu Tuan."
Edgar melihat satu wujud yang seharusnya tidak berada di neraka, satu wujud yang tinggi seperti dirinya, beramput silver, berpakaian dan berjubah serba putih. Ia terlihat seperti seorang malaikat.