Orang tuaku tak pernah bangga padaku atas turnamen yang aku menangkan. Disaat orang tua yang lain memberi selamat kepada anaknya dan bangga. Orang tuaku bahkan tak pernah datang dan meskipun tahu aku menang pun mereka acuh tak acuh. Jujur aku benar benar tak punya motivasi dan merasa down kalau melihat wajah mereka. Wajah wajah yang aku benci. Satu satunya hal yang membuatku termotivasi adalah persaingan antar teman temanku. Mereka selalu menginginkan lebih dan lebih. Asal mereka tahu, aku bukan robot yang hebat dalam segala hal. Aku hanyalah seorang anak yang memeliki kelebihan dan kekurangan.
Tapi mereka hanya melihatku sebagai kekurangan dan tak pernah mau melihat kelebihan yang kupunya. Aku tidak menyesal telah memberikan kesempatan yang ternyata adalah kesempatan terakhirku kepada Travis. Aku hanya marah pada orang tuaku yang tak pernah mendengarkanku. Ketika mereka tidak menginginkanku dan tidak menginginkan anak seperti aku, orang-orang yang lainnya malah ingin menjadi aku, padahal aku sendiri ingin menjadi orang lain yang mempunyai kehidupan yang lebih daripada aku.
Flash On
"Kamu kan sudah disekolahkan! Diberi makan! Kamu kan harusnya menjaga toko ibumu! Kamu jangan jadi anak cuek!. Ibu kan sudah berapa kali bilang kepada kamu tanggung jawab kalau jaga toko! Ada temanmu yang menjaga toko bayi dia kerjanya becus tidak seperti kamu! Dulu aku tidak seperti kamu saat aku bekerja. Ibu saja menjaga toko orang tuaku dengan sangat teliti, tidak cuek seperti kamu. Ini bukan yang pertama kali kamu melakukan hal ini. Kamu tidak kasihan pada orangtuamu, dasar anak durhaka! Kalau rugi dan bangkrut mau bagaimana kamu? Kamu tidak akan bisa sekolah! Kamu mau makan darimana?"
Aku benci sekali disuruh-suruh dan diperlakukan seperti budak.
"Keluarga Han saja yang berkurangan, dia anaknya baik-baik, dia peduli, dia bantu pekerjaan rumah tangga. Kamu bisanya malas malasan mau jadi apa kamu besar nanti?!"
Itu karena keluarganya harmonis tidak seperti aku. Aku sangat iri padanya ketika Han selalu diterima banyak orang. Tidak sepertiku yang selalu tidak diterima. Aku sampai bingung mau menyalahkan diri sendiri atau orang lain.
"Kalau kamu yang menjaga tokonya, aku tidak akan mendapatkan uang! Kau hanya membuat toko ini bangkrut dan membuatku susah saja!"
Ini kan bukan salahku! Aku kan tidak bisa menghafal wajah orang orang random yang berkunjung ke tokomu! Aku juga bukan pegawai disini! Digaji saja tidak! Dan kamu menganggap aku apa?! Kau anggap aku sebagai budakmu hah?!
Kamu memaksaku untuk menjaga tokomu! Dan aku melakukannya karena terpaksa dan sangat berat hati! Jadi bukan salahku kalau aku tidak bisa menghafal daftar harga yang banyak itu! Asal kamu tahu! Cita citaku juga bukan menjaga toko atau menjadi pegawai toko!
Aku punya cita cita lain yang lebih baik tapi kamu bahkan tidak peduli sama sekali! Kau lebih mementingkan Kenzo! Lalu mukaku mau ditaruh dimana?! Apakah kamu menilaiku segitu rendahnya hingga kamu pikir kamu tidak bisa apa apa dan menyuruhku jaga kasir tokomu?! Maaf, tapi aku tidak mau dikasihani karena aku tidak mau menjaga tokomu. Aku punya impian lain tapi kamu bahkan tidak meliriknya, kamu selalu saja menghakimiku. Aku punya hobi dan bakat lain tapi kamu menginginkan lebih. Kalian tidak pernah mendukungku atau menyemangatiku secara sederajat dengan kenzo, yang ada yang kudapat hanyalah ancaman, penghakiman, dan menuntutku lebih.
Bukan salahku jika aku bodoh karena aku bukan kenzo. Aku sudah belajar mati matian tapi nilaiku tidak bisa sebagus kenzo dan tidak bisa membuat kalian bangga. Meskipun aku mendapatkan nilai setinggi Kenzo pun, aku tetap saja diperlakukan seperti sampah. Jadi demu apa aku terus melakukan ini semua? Kalian tidak perlu begini padaku. Apa kalian pernah memikirkan perasaanku? Rasanya sakit bahkan sampai selama ini pun masih saja sakit.
Kenzo sialan itu pasti senang kan kalau aku dimarahi ibu. Dianggap anak gagal sedangkan dirinya sukses. Selama ini aku jatuh terpuruk sedangkan dia bersinar menjadi bintang disana menjadi perhatian keluargaku.
"Kamu seharusnya bisa memasak dan mengerjakan pekerjaan rumah! Tapi karena kau manja aku tak bisa apa-apa!"
Lucu sekali… Manja? Justru aku adalah anak buangan di keluarga ini dank au bilang aku manja? Inis… Memangnya dia pikir aku ini sudah menikah apa?! Seenaknya dia menyuruhku mengerjakan pekerjaan rumah dan memasak untuk kalian! Itu kan seharusnya kewajibanmu!
"Ibu sudah melahirkanmu, kau seharusnya mematuhi semua perkataanku, anak sialan! Ini semua salahmu! Kalau saja kamu tidak lahir, ibu tidak akan susah!" Bentak ibunya.
Hahahahahahaha! Aku yang membuatmu susah?! Kau yang membuatku gila dan ingin mati setiap harinya! Kalian adalah orang yang merepotkanku! Salahkan saja aku terus wanita jalang!
Lagipula jika tokonya bangrut dia juga punya pekerjaaan lain! Kenapa dia begitu serakah?!
"Kenzo ingin ikut denganmu ke club kungfu denganmu." Kata ibunya sinis.
"Aku butuh privasi saat latihan. Aku tidak suka diganggu ketika latihan."
Plak!
"Dasar anak tidak tahu terimakasih! Syukur-syukur Kenzo mau menemanimu!"
"Lihat? Aku bilang apa?" Kata Kenzo
Raut Hiro berubah menjadi makin membenci Kenzo. Ia langsung pergi keluar dari rumah disertai Kenzo dibelakangnya.
"Tidak usah dekat-dekat denganku!"
"Aku sudah bilang, jangan keras kepala. Kau seharusnya mendengarkanku." Kata Kenzo yang berada di belakang Hiro.
Hiro sudah tak bisa lagi menahannya, amarahnya langsung meledak seketika.
"Semuanya ingin membuatku melakukan kemauan mereka! Mereka selalu saja menginginkan untuk mendengarkan mereka, tetapi mereka tak pernah mau mendengarkanku! Tak pernah ada yang menanyakan kepadaku apa mauku! Kalian selalu saja memikirkan diri kalian sendiri!" Teriak Hiro
"Aku sangat kesal padamu bajingan! Apakah kurang puas kau melihatku dimarahi oleh keparat-keparat itu?! Kau sudah mendapatkan semuanya! Apakah masih kurang?! Aku seharusnya bisa diperlakukan sama sepertimu jika kau tidak lahir… Tidak, lebih baik aku yang tidak dilahirkan seperti kata mereka, maka ini akan lebih baik. Aku sangat membenci keluarga ini!" Bentak Hiro sambil berlari pergi.
Hiro terus berlari pergi hingga Ia naik ke sebuah bangunan dan sampai pada bagian paling atas gedung tersebut. Hiro langsung berdiri di tepi bangunan itu, dan terlihat jelas bahwa Ia ingin menjatuhkan dirinya dari bangunan yang tinggi itu.
"Berengsek!" Umpat Hiro yang telah menatap ke bawah, dan melihat betapa tingginya bangunan itu. Setelah itu Ia memejamkan matanya dan berharap semua rasa sakit akan hilang setelah mengambil satu langkah lagi.
Aku tidak pernah meminta untuk dilahirkan dikeluarga terkutuk ini. Aku benci setiap kali disiksa oleh mereka, dipaksa untuk menjadi yang terbaik, dan selalu dibanding bandingkan. Aku muak dengan semua itu. Aku bahkan tidak bisa menjadi diri sendiri.
Ini salah mereka! Yang layak mati harusnya mereka, bukan dirimu! Kau tak boleh lebih dulu mati sebelum kau menuntaskan dendam kita! Mereka harus membayarnya, semua harus ada harganya. Mereka tidak akan lolos dengan apa yang mereka perbuat!
Suara itu tidak keluar lagi, setelah Hiro membuka matanya, dan melihat bahwa kedua kepalan tangannya terluka karena telah menghabisi beberapa orang. Ia juga melihat ada Han, Kai, dan Travis yang menahannya.
Bagaimana ini bisa terjadi? Bukannya aku tadi naik di dalam suatu bangunan? Aku tidak ingat telah menghabisi mereka separah ini. Tapi entah kenapa, perasaanku lega. Dan anehnya aku makin menyukai kekerasan ini. Batin Hiro
Flash Off
Malam yang berkabut itu, Hiro berlari dari dalam rumahnya, setelah Ia dipukuli, dan dibentak oleh kedua orang tuanya. Sedangkan Kenzo dengan kedua mata kuning yang menyala, menatap kepergian adiknya dengan seringai menyeramkan dari balik jendela rumahnya.
Mereka selalu bicara omong kosong!
Tidak ada iblis tidak ada arwah yang merasukiku hanya saja banyak orang jahat yang merusak dan melukai mentalku. Batin Hiro sambil terus berlari menuju sungai yang jaraknya tak jauh dari rumahnya.
Aku tidak salah! Aku kan hanya membela diriku sendiri dan aku hanya membela temanku!
Ini tidak adil! Batin Hiro sambil terus berlari tanpa henti ke arah ladang rumput dekat sungai yang juga menyambung di sekitar kota.
Aku benci tua bangka seperti mereka!
Hiro makin menambah laju larinya sambil menutup matanya sangking kesalnya.
Seharusnya kalian mati saja agar tidak membuat hidupku lebih sengsara!
Mereka selalu merenggut kebahagiaan dariku!
Kenapa hidup sial ini terjadi padaku?!
Aku benci mereka! Aku benci diriku! Aku benci hidupku! Batin Hiro sambil membuka matanya dan langkahnya langsung terhenti setelah Ia melihat danau yang berada di sebelahnys. Memang tidak ada masalah dengan sungainya, tapi pakaian dan gaya rambut orang-orangnya berbeda seperti biasanya. Seakan-akan mereka bukan dari jaman sekarang, melainkan dari berabad-abad yang lalu. Dari belakang, Hiro melihat ada seorang wanita yang sedang duduk bersama seekor kucing, sedangkan tak jauh dari mereka Ia melihat seorang pria bertopi sedang menunggang kuda di sungai itu sambil menemani kuda yang lain untuk minum di sungai itu.

Tak lama kemudian, terdengarlah suara dari semak-semak yang membuat Hiro menoleh, tapi ketika Ia sekilas menolehkan pandangannya ke sekitar pria dan wanita yang berada di sekitar sungai tadi, mereka sudah menghilang pergi. Tiba-tiba dari arah kanan terdapat sebuah kepala tanpa tubuh melayang berambut panjang yang terbalik, dengan senyum seringai mengerikan serta wajahnya pucat tak bermata. Sosok kepala itu tertawa jahat dengan keras. Kepala tersebut mendekati Hiro dengan pelan sambil bergoyang-goyang ke kiri dan ke kanan.
Badan Hiro langsung lemas, matanya tak bisa berkedip dan memalingkan muka untuk tidak melihat penampakan tersebut. Lama-lama kepala itu mendekat semakin jelas. Dari arah kiri, tampaklah sebuah tubuh tanpa kepala Isi tubuh itu sudah tidak jelas lagi. Punggungnya dipenuhi lubang dimana-mana seakan habis tertusuk oleh tombak berkali-kali. Darah berceceran dimana-mana. Hiro benar-benar lemas sampai tak bisa berbicara sepatah katapun. Kepala itu bergerak semakin dekat dan dekat. Seketika itu juga Hiro langsung berlari dengan kencang entah kemana.
Beberapa menit pun berlalu, kini Ia sudah sampai di sebuah ladang pertanian lainnya dengan scarecrow berkepala labu Jack-o-Lantern yang menyala, di sebelah pundak scarecrow itu hinggaplah seekor gagak hitam. Di sekitar kiri orang-orangan sawah itu terdapat sebuah pohon yang sudah ditebang dengan kepala Jack-o-lantern dengan kapak menyangkut di atasnya. Disana juga terdapat bebagai rumah kuno dan usang dengan kumpulan gagak yang memutar rumah itu dengan berbagai kabut tipis yang menyelimutinya. Hiro tentunya tidak segila itu untuk masuk di salah satu rumah dengan lampu yang masih menyala itu. Di kejauhan, Ia juga melihat sebuah kastil Agravain ditutupi oleh kabut tebal dikelilingi oleh burung gagak yang banyak berdiri disana. Tapi entah kenapa tubuhnya seakan-akan membeku di tempat itu.

Seketika itu, mendengar suara langkah kuda berlari di belakangnya, seketika itu juga Hiro langsung menoleh, namun Ia tak melihat apapun di belakangnya. Hanya kabut tebal yang mulai menyelimuti tempat itu. Ketika Ia kembali menoleh ke depan, sebuah kapak yang menyangkut kepada salah satu kepala jack-lantern itu sudah tidak ada. Tiba-tiba di balik kabut kejauhan, sosok penunggang kuda tanpa kepala yang mencari kepalanya yang tertinggal atau mengambil kepala orang lain itu ada disana sambil memegang kapaknya yang tadinya menyangkut di salah satu kepala Jack-O-Lantern tersebut. Sosok itu pun langsung mengejar Hiro dengan menunggang kudanya. Tentu saja, Hiro langsung berlari pergi ke arah hutan di sebelahnya karena Ia tak mau kehilangan kepalanya.
Langkah kuda itu pun terus terdengar di belakang Hiro, Ia pun makin menambah laju larinya dengan cepat menembus masuk ke tengah-tengah hutan yang menyeramkan itu. Setelah mungkin sekitar setengah jam terus berlari ke arah hutan itu, Ia pun memberhentikan laju larinya dan mengatur nafasnya karena langkah kaki kuda itu sudah tak terdengar lagi. Ia kini berdiri di sekitar hutan gelap yang entah dia tidak tahu dimana dia, tapi persetan dengan itu, karena yang penting baginya sekarang adalah lolos dari makhluk-makhluk yang terus mendekatinya.

Ia kini sedang beristirahat di salah satu pohon dengan langit malam yang mendung, hutan gelap dengan kabut tipis menyelimutinya. Setelah, Ia mengatur nafasnya sebentar, Ia langsung bangkit berdiri. Namun, saat Ia baru saja berdiri Ia merasa ada yang mengawasinya. Hiro pun berbalik ke belakang, namun nihil. Tapi, ketika Ia melihat ke arah kirinya, terdapat sosok wanita dan pria berpakaian dari jaman dulu yang Ia lihat tadi di tepi sungai yang sekarang jarak mereka sudah berada beberapa langkah saja dari Hiro. Saat ini, wanita dan pria itu sedang menatapnya dengan mata bulatnya yang bersinar mengerikan.

Hiro pun langsung berlari lagi, entah kemana. Ia pun berlari lagi sampai menuju ke padang rumput dengan berbagai banyaknya makam yang hanya terbuat dari nisan kayu. Ia melihat seorang wanita yang jaraknya dekat dengannya berpakaian jaman dulu mendekat ke salah satu makam sambil mengatupkan kedua tangannya seperti sedang berdoa sambil berjalan mendekati beberapa makam itu. Di sekeliling makam Ia melihat beberapa makhluk tanpa kaki, yang tubuhnya sama sekali tak menyentuh tanah itu, mereka lebih tinggi dari manusia dewasa, tanpa mata, bertampang mengeringan, berkerudung, dan berjubah hitam rombeng yang usianya sudah berabad-abad itu.

Disebelahnya, Ia melihat seekor burung gagak bertengger di sarah satu dahan pohon, sedang memandang ke arah kastil Agravain dari kejauhan.


Tak lama kemudian, gagak itu pun pergi terbang mengepakkan sayapnya menuju kastil itu dengan cepat.

Sekilas Hiro juga memandang kastil yang mengerikan tersebut.

Seketika itu juga, para makhluk yang tadinya berada di sekitar makam langsung melayang terbang menyusul seekor gagak yang sudah pergi ke kastil Agravain tadi.

Setelah itu, Hiro langsung berlari megikuti mereka karena juga penasaran dengan kastil tersebut. Dan kenapa para makhluk itu langsung mengikuti gagak hitam seakan-akan gagak hitam itulah pemimpin mereka.
Beberapa makhluk itu terbang tanpa tudungnya melewati Hiro dalam jarak yang dekat sehingga Hiro bisa melihat bahwa makhluk-makhluk itu tak memiliki wajah karena kepala mereka dibalut tanpa celah dengan perban usang.

Setelah semua makhluk itu masuk ke kastil hitam tersebut masuk ke dalam kastil, Hiro melihat enam gerhana matahari dengan tiga macam bentuk berbeda muncul berjejeran di atas kastil tersebut disertai dengan awan yang masih mendung menutupi langit tersebut.

Untuk sampai ke dalam kastil tersebut, Ia harus melewati jembatan tua yang panjang dengan papan-papan kayu yang rapuh. Kondisi jembatan itu dipenuhi karat pada rantai besi-besinya. Begitu juga dengan alas jembatan yang beberapa sudah hilang. Hanya tersisa beberapa lembar saja untuk bisa melewatinya. Tidak ada yang meyakinkan dari pegangan atau pengaman kanan kiri, hanya ada kedua tali berbahan kawat saja sebagai penopang yang bahkan sudah diragukan ketahanannya itu. Jika, Ia terjatuh dari sana, itu berarti Ia akan terjatuh ke jurang dan mati.

Dengan ragu, Ia pun melangkah pelan-pelan melewati jembatan yang sudah lapuk itu sambil berpegangan pada kedua tali. Baru saja Ia mengambil beberapa langkah, salah satu papan kayu yang Ia injak langsung berlubang hingga membuatnya nyaris terjatuh ke bawah. Ia pun langsung melanjutkan langkahnya lagi dengan hati-hati. Sesudah beberapa meter melangkah di jembatan yang rapuh itu, sosok penunggang hantu pun muncul dan langsung mengejarnya dari belakang sambil membawa kapaknya untuk siap memenggal kepala siapapun dengan kapaknya itu. Hebatnya papan-papan kayu itu kuat menahan bobot kuda beserta pria tanpa kepala tersebut.
Seketika itu juga, Hiro pun berlari tanpa mempedulikan kalau Ia bisa terjatuh jika papannya patah. Yang Ia pedulikan sekarang hanya kepalanya yang tak mau dipenggal. Baru saja dia hampir sampai di ujung jembatan, sebuah kapak melesat di sisi kiri kepala Hiro yang nyaris mengenai kepala bocah itu. Kapak itu mengenai bagian ujung kiri tali jembatan yang menopang jembatan itu tetap kokoh, sehingga Hiro langsung terpeleset terjatuh ke jembatan. Beruntungnya Ia sempat memegang salah satu tali jembatan itu, dan Ia pun berusaha memanjat naik ke atas. Sedangkan, kuda si kepala bunting itu jatuh ke jurang, tapi tidak dengan orangnya yang masih berpegangan pada bagian kanan jembatan, dan berjalan untuk mendekati Hiro yang masih memanjat naik ke atas.
Tak lama kemudian, Hiro berhasil memanjat naik ke atas dan muncul di depan kastil Agravain.

Tiba-tiba pundak kanannya disentuh oleh tangan kiri dari tubuh tanpa kepala yang sudah berada di belakangnya. Seketika itu juga, Hiro langsung menendang tubuh sosok itu berkali-kali hingga Ia mundur beberapa langkah. Setelah itu, Ia mengambil sebuah kapak yang masih menyangkut di kayu tersebut. Kemudian menendang sosok itu sampai Ia kembali ke jembatan, dan dengan cepat memotong tali penopang jembatan itu sampai jembatan itu terputus, tak terhubung lagi pada kastil di depannya itu.
Setelah itu, Ia pun langsung berjalan mendekati salah stau bagian kastil tersebut, dan seketika itu juga segerombolan gagak keluar dari kastil itu dan terbang berputar-putar diantara kastil itu.

Tiba-tiba terdengar suara penyesalan dan barang pecah habis dibanting dari dalam dari seorang kamar remaja laki-laki dari balik jendela.
"Kalau saja aku tidak mengajaknya keluar dan berbicara ataupun bermain dia pasti masih hidup. Ini semua salahku. Seharusnya aku tidak pernah mengeluarkan sullyvan dari kamarnya. Aku benci diriku sendiri. Sullyvan mati karena aku. Jika aku tidak pernah membukakan pintu kamar sullyvan, dia pasti masih hidup."
Setelah itu desiran angin kencang muncul di sekitarnya, bersamaan dengan sosok bayangan hitam gelap pekat muncul di belakang Hiro.
"Kau seharusnya tidak disini." Kata suara sosok itu dengan suara menyeramkan.
Tiba-tiba semuanya menjadi gelap, dan tak lama kemudian Hiro membuka matanya dengan keringat dingin bercucuran di tubuhnya beserta jantungnya yang masih berdetak kencang . Ia kini berada di dalam mobil van hitam yang terparkir di kota Los Angeles. Dari luar kaca, Ia melihat Daniel baru saja membeli dua cup exspresso dan membawanya sambil sesekali memperhatikan beberapa orang yang berada di depannya.


Daniel membawa dua cup minuman itu menuju mobil Hiro. Setelah itu, Ia membuka pintu mobilnya dan memberikan salah satu gelas cup exspresso kepadanya.
"Yang ini extra caramel, kau pasti menyukainya." Kata Daniel dengan ekspressi yang selalu datar dan menyodorkannya kepada Hiro.
"Terimakasih, tapi kenapa aku berada di dalam van yang terparkir di kota Los Angeles ini? Orang tuaku akan membunuhku jika tahu aku tidak ada di rumah." Kata Hiro sambil mengambil esxpresso tersebut.
"Tenanglah, kau bilang orangtuamu baru kembali selama beberapa hari lagi, sedangkan Kenzo juga tidak akan ada di rumah. Anggaplah ini sebagai hari libur, karena kau tertidur di rumah Zane, dan seisi rumah ingin pergi untuk melakukan urusannya di Los Angeles. Aku, Rocky, Miles, dan Louise punya konser musik yang akan diadakan disini beberapa hari lagi, karena itu kami harus kesini secepatnya dan latihan. Sedangkan Phillip harus melakukan bisnis dengan rekan kerjanya di Los Angeles. Sedangkan Zane ingin mengunjungi Audrina, pacarnya yang juga tinggal di Los Angeles karena itu kami tak tega meninggalkanmu di kota Hollow Lavador sendirian, mengingat geng Caesar yang masih punya dendam kepadamu." Jelas Daniel sambil meletakkan exspressonya yang Ia letakkan di bangku kursi, lalu dibalas dengan anggukan Hiro.
"Jika, kau tak keberatan aku akan menelfon Zane untuk menanyakan dimana dia sekarang agar kau bisa pergi dengannya daripada kau harus menunggu di mobil van selama berjam-jam seperti orang bodoh, karena aku harus kembali latihan." Kata Daniel sambil mengeluarkan ponselnya, kemudian berbincang-bincang di luar mobil van tersebut.

Hiro pun hanya memperhatikan Daniel yang sedang berbincang-bincang lewat ponselnya sambil menghabiskan exspresso tersebut untuk menenangkan dirinya yang baru saja terbangun dari mimpi buruk.
Tak lama kemudian, Daniel kembali ke dalam van sambil menghabiskan exspressonya.
"Ikut denganku, kabar baiknya mereka tak jauh dari sini." Kata Daniel
Hiro pun mengikuti langkah kaki Daniel menyelusuri sebuah toko es krim yang tak jauh dari mereka. Beberapa saat kemudian pun, Hiro melihat Zane dengan kaca mata hitamnya bersama Audrina sedang memilih ice cream di etalase pendingin toko tersebut.

"Aku bawa adik angkatmu." Kata Daniel sambil menyerahkan Hiro kepada Zane. Setelah itu, Ia berbalik melangkah pergi.
"Hiro! Akhirnya selama bertahun-tahun kau baru bangun! Aku heran daritadi kenapa kau terus saja asik di dunia mimpimu meskipun kau digotong masuk ke dalam mobil van, lalu menjalani perjalanan ke sini dengan berisik pun kau tak bangun-bangun." Kata Zane sambil tertawa.
"Mimpiku terlalu indah untuk ditinggal bangun." Kata Hiro yang dimaksud dengan indah adalah sangat buruk.
"Yo! Daniel! Kau tak mau ikut bersama kami?" Tanya Zane yang baru saja menyadari Daniel sudah berjalan jauh.
"Aku harus kembai latihan!" Sorak Daniel dari kejauhan.
"Dia benar-benar pekerja keras." Gumam Zane sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Oh iya! Ini Hiroshi Chen Lee sahabatku yang selalu kuceritakan padamu." Kata Zane sambil mengenalkannya pada pacarnya.
"Hi, kau pasti dengar banyak tentangku di social media, mohon kerja samanya untuk tidak mengambil potretku diam-diam." Kata Audrina yang langsung membuat Zane tertawa.
"Anak ini jarang membuka social media, dia ini seperti hidup di zaman batu." Kata Zane
"Ya, tertawalah." Kata Hiro sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Ayolah! Kita di Los Angeles! Kita harus bersenang-senang selama orang tuamu tidak ada. Kita harus pergi ke Disneyland Park, Universal Studios Hollywood, Venice beach, beberapa museum seni dan teater bertiga!" Kata Zane sambil merangkul Hiro dan gadisnya untuk berjalan pergi menyelusuri kota itu.
Setiap Ia tidur, Hiro sering mimpi buruk meskipun Ia masih ikut liburan di kota itu diam-diam bersama Zane dan pacarnya, lalu bersama Phillip dengan Rocky, Miles, Louise, beserta Daniel untuk bersenang-senang menikmati kota Los Angeles. Tapi di balik liburannya, Hiro selalu berfikir, dia itu sebenarnya kenapa? Bagaimana bisa dapat melihat seperti itu? Memangnya dia telah melakukan apa? Tidak mungkin, kan baru saja terbangun dari mimpi buruk dan langsung mendapat kemampuan untuk bisa melihat makhluk-makhluk yang tak semua orang bisa lihat? Apakah dia gila? Mungkin iya, mungkin tidak.