Chereads / The Haunted Castle / Chapter 13 - Part 13

Chapter 13 - Part 13

Jam sudah menunjukkan jam 10 pagi, namun Hiro masih tidak bangun karena hari ini adalah hari Sabtu, tidak ada sekolah di hari Sabtu.

Tiba-tiba ayah dan ibunya langsung marah-marah dan mengomel pada Hiro dari luar kamar ketika mereka menerima panggilan telefon dari sekolah Hiro.

Hiro yang sedang tertidur pun, langsung terbangun darintidurnya ketika mendengar pintunya didobrak dan ditendang dari luar. Ia pun segera bangkit berdiri dan membuka pintu tersebut dengan mata yang masih mengantuk dan jiwa yang masih belum Ia kumpulkan untuk bangun.

PRANG!

Botol beer itu pecah seketika saat ayahnya memukulkan botol itu dengan keras di kepala puteranya.

"Kamu niat sekolah atau tidak?!" Bentak ayahnya.

"Lebih baik kau tidak usah sekolah! Mau jadi apa kamu kalau besar nanti?! Yang kulihat darimu hanyalah kegagalan! Kau pasti hanya akan menjadi tunawisma di masa depan nanti!"

"Aku dengar telefon dari sekolahmu bahwa kau telah membolos beberapa mata pelajaran! Terkadang tidur di kelas! Kau tidak pernah mendengarkan materi yang gurumu sampaikan!" Kata ibunya dengan nada marah besar.

"Tapi kan, setidaknya aku sudah mendapatkan nilai baik?"

Plak!

Tamparan keras mengenai pipi Hiro.

"Dasar anak durhaka! Mulai berani ya kamu! Kuranga ajar! Untuk apa mendapatkan nilai baik tapi etikamu seperti sampah!" Bentak ayahnya sambil meninju rahang kanan Hiro dengan keras.

"Aku hanya ingin di China tapi kalian malah memaksaku pindah kesini! Aku ingin menguasai bela diri tapi kalian mau menyuhku belajar mata pelajaran yang tidak kusukai dan memaksaku untuk selalu mendapatkan nilai baik! Dan ketika aku mendapatkan nilai baik, kalian tak pernah memujiku! Yang kalian fikirkan hanyalah Kenzo, Kenzo, dan Kenzo! Apa kalian tidak pernah sedikit pun memikirkan perasaanku?! Kenapa kalian bahkan melahirkan aku?!"

Ayahnya langsung menggeret tangannya dan mendorong Hiro jatuh dari tangga setelah itu melepas sabuknya dan mencambuk Hiro dengan benda itu.

Hiro hanya bisa diam menahan sakit dan menahan amarah, kekesalan, kesedihan, kekecewaan, beserta emosi-emosi yang lain.

Setelah puas mencambuki anaknya, ayahnya lanhsung menginjak lengan kiri Hiro sampai patah hingga anak itu menjerit kesakitan. Sedangkan, Ibunya langsung melempar kotak sereal tersebut ke kepala Hiro.

Kemudian, mereka pergi meninggalkan rumah begitu saja setelah menyiksa anak mereka, dan membiarkan anak bungsu mereka menekuk lutut sambil mengeluarkan air mata dan menahan sakit.

Beberapa jam pun berlalu, Ia tetap duduk disana sambil menekuk lututnya. Bedanya, Ia sudah tidak mengeluarkan air mata. Yang Ia rasakan sekarang hanyalah mati rasa.

Tak lama kemudian, seekor gagak terbang dan hinggap di pundak Hiro. Entah kenapa sejak gagak itu datang, Ia tidak lagi merasakan sakit di lengannya, bahkan mungkin tangannya rasanya tidak pernah patah sama sekali.

"Apa menurutmu mereka mencoba meracuniku lewat sereal ini? Aku lapar dan sama sekali belum makan." Bisik Hiro pada gagak tersebut.

Gagak itu langsung menggeleng.

Hiro pun langsung menghabiskan sekotak sereal kering yang isinya hanya tinggal seperempat dengan tidak selera.

Selesai makan pagi, dia langsung pergi menaiki tangga untuk menuju kamarnya, dan merebahkan dirinya ke atas kasur. Hiro langsung mengambil foto yang bergambar dirinya, Kai, Han, dan teman-temannya yang lain, lalu memandangnya sekilas.

"Jangan lupakan aku, bung..." Kata Hiro sambil meletakkan foto tersebut.

Melihat gagak itu terbang pelan pergi lewat jendela kamarnya. Hiro pun langsung bangkit dari kasurnya dan melompat turun dari jendela kamarnya.

"Aku harus mengejarnya." Gumam Hiro

Gagak itu terbang perlahan ke hutan dan Hiro langsung mengejarnya. Mereka terus berlari menembus hutan dan berjalan melewati makam-makam luas itu.

Tak lama kemudian, Hiro pun terjatuh karena tersandung batu. Dan saat Ia berdiri, Ia dikejutkan oleh patung malaikat dari sebuah makam. Kedua tangannya sedang mengatup ke depan sambil menopang pedangnya yang berada di bawah. Sedangkan, warna cat putih di wajahnya sudah mengelupas sebagian menjadi hitam sehingga membuat wajahnya lebih menyeramkan dan seolah-olah matanya menatap ke arahnya sambil menangis.

Ia pun segera berlari menyusul gagak yang sudah terbang sedikit jauh darinya. Tak lama setelah itu, Ia melihat diantara makam itu terdapat sebuah makam dengan sebuah patung malaikat yang membawa sekumpulan bunga di lengan kirinya sedang menunduk untuk memberikan beberapa bunga di bawahnya, seolah-olah patung malaikat itu menabur bunga untuk makam seseorang di bawahnya.

Setelah itu, Hiro juga melihat tiga makam lain dengan patung malaikat sedang menundukkan wajahnya ke bawah sambil mengangkat salah satu tangan mereka ke atas di sekitar makam lain tersebut.

Ada juga sebuah makam dengan patung malaikat lain yang sedang berpijak berdiri di sebuah batu salah satu tangannya mengangkat ke atas sedangkan tangan kirinya yang berada di bawah sudah patah.

Kemudian, Hiro berkeliling di sekitar makam-makam itu untuk melihat sebuah makam dengan patung malaikat sedang meletakkan kepalanya di sebuah batu seakan-akan dia lelah ataupun sedang menangis disertai dengan pepohonan yang sudah mati di dekatnya.

Ia juga melihat patung seorang malaikat wanita sedang bersedih sambil memegang daun palem di tangan kirinya sedangkan lengan kanannya digunakan untuk menopang kepalanya yang sedang bersedih dengan berbagai bunga di batu penopang lengan dan kepalanya itu. 

Lalu, Ia melihat sebuah makam lain dengan patung malaikat yang sedang mengangkat salah satu tangannya ke atas seolah memberi berkat atau kabar gembira.

Setelah itu, Hiro pun mengikuti gagak itu terbang menuju ke berbagai makam dengan penuh nisan salib dengan pepohonan berbuah tanpa ranting itu.

Di sana terdapat bangunan pusara makam yang cukup mencolok di antara makam lainnya. Desain arsitekrutur dan motif eropa begitu terlihat dari ukuran, patung dan tulisannya. Bangunan makam itu lurus simetris sekitar puluhan meter dengan gerbang makam. Bahkan dari luar kompleks makam dengan ukuran sekitar 4 sampai 5 meter persegi itu terlihat jelas. Terdapat tugu tepat di atasnya dengan tinggi sekitar 5 meter. Di sebuah nisan saliblah gagak itu bertengger menoleh menuju ke sana sebagai tanda bagi Hiro untuk masuk ke dalam.

Dengan ragu, Hiro pun memasuki tempat itu, bersamaan dengan gagaknya yang kini berpindah ke pundak kanan Hiro.

Ternyata ada satu ruangan di bawah tugu tersebut. Tampak dari atas sangat gelap. Diperkirakan kedalamannya mencapai 10 meter.

Saat Ia memasuki pintu lorong makam. Setelah itu, dia menemukan pintu. Saat, Ia menemukan pintu tersebut, ternyata bukan sebuah peti mati yang Ia lihat, tetapi sebuah cahaya yang membentuk terowongan.

"Keren. Ada apa disana?"

"Sebaiknya kau masuk saja." Kata gagak yang berada di pundaknya itu.

Dia memasuki terowongan cahaya itu, kemudian di ujung, dia melihat sebuah pintu yang sama. Ia membukanya tetapi di dalamnya adalah lorong makam yang sama seperti yang Ia masuki tadi.

"Huh?"

"Jalan saja." Jawab gagaknya.

Ia pun perlahan berjalan keluar dari tugu bangunan kecil itu, tepat ketika Ia keluar yang Ia lihat bukan lagi pemakaman, tidak ada pepohonan mematikan. Hanya ada pepohonan subur beserta tanaman dan rumput liar disekitarnya. Dan juga, sebuah pagar di depannya.

Hiro pun membuka pintu pagar tersebut dan terus berjalan, ternyata pagar itu adalah pagar taman kastil.

Di beberapa jendela kastil itu, terdapat beberapa cahaya lampu disana, seolah-olah ada orang-orang yang tinggal disana. Ia juga melihat sebuah patung tua malaikat yang sedang menengadah ke atas di depannya disertai beberapa tanaman dan pepohonan di sekitarnya.

Ia pun langsung masuk ke salah satu pintu di kastil itu. Dan segeralah Ia melihat seluruh ruangan istana yang megah. Ia juga mendengar suara alunan musik dan tawa beberapa orang yang sedang berpesta di ruangan sebelah. Dan di ruangan lain. Ia juga melihat satu ruangan yang penuh dengan orang-orang yang berpakaian formal sedang berdansa disana disertai alunan musik klasik yang dimainkan beberapa orang disana.

Gagak yang tadinya berada di pundaknya beralih menuju pundak seorang pria dengan sepatu, blazer, celana panjang hitam dan kemeja kuning.

"Apa yang kau lakukan di tengah malam begini?" Tanya Hiro kepada orang yang tidak dikenal tersebut.

"Tentu saja mengadakan pesta untuk menyambutmu. Kau datang tepat waktu untuk makan malam." Kata seorang pria berjas formal dengan kemeja kuning dengan corak batubata klasik. Dia berambut pirang dan satu penutup mata hitam berlogo satu mata di mata kirinya.

Setelah itu, Ia langsung menggerakkan tangannya dan memutarnya di hadapan Hiro. Seketika itu juga, pakaian Hiro berubah menjadi jas hitam formal.

Sosok itu, kini sedang tersenyum lebar pada Hiro.

"Siapa kau?" Tanya Hiro

"Namaku Dio. Aku adalah temanmu." Jawabnya

"Kau bukan temanmu. Aku tidak memiliki teman yang berambut pirang serta memiliki penutup mata di sebelah matanya." Jawab Hiro

"Aku adalah teman keduamu. Sekarang beri tahu yang lainnya bahwa makanan malamnya telah siap." Kata Dio sambil melirik ke arah sekumpulan orang-orang yang masih sibuk berdansa dengan alunan musik klasik mereka.

Hiro terdiam sejenak.

"Ayo, mereka sedang berdansa." Bisik Dio

Hiro pun pergi ke ruangan dimana sekumpulan orang-orang itu sedang asik berdansa, dan melihat beberapa orang lainnya sedang asik memainkan alat musiknya.

"Halo, aku minta maaf telah mengganggu kesenangan kalian. Tapi Dio menyuruhku untuk memberitahu kalian kalau makanannya telah siap." Hiro memberitahu.

"Siapa yang lapar? Wohohohoho!" Tanya salah satu dari mereka dengan wajah ceria

Mereka semua mengangkat tangannya dengan riang.

Setelah itu, mereka semua pergi mengikuti Hiro ke ruang makan, dan langsung makan di ruang makan. Disana sudah tersedia meja berbentuk persegi panjang dengan taplak putih di atasnya dan juga sudah terletak deretan kursi yang mewah. Di atasnya juga sudah terdapat beberapa lampu hias gantung yang mewah. Dan ada beberapa tempat lilin mewah yang antik.

Setelah mereka semua tiba disana. Mereka semua duduk di kursi masing-masing dan tepat pada saat itu juga beberapa pramusaji makanan menghidangkan makanan yang sangat rapi dan banyak di depan mereka. Hiro pun juga duduk di salah satu meja tersebut.

"Kami berikan rasa terimakasih kami kepada Dio, untuk memberikan kita koki terbaik yang memasakkan ayam panggang yang enak ini!" Kata salah satu dari mereka.

"Hehehehe... mari kita makan." Kata Dio yang duduk di sebelah Hiro.

Mereka semua pun akhirnya memakan makanan mereka.

"Mmm... ayam panggang ini sangat enak." Kata Hiro

"Kau sangat lapar, bukan?"

"Apa ada kentang goreng dengan saus keju dan daging? Apa ada sup juga?" Tanya Hiro

Sebuah kereta makanan melaju di sekitar meja makan mereka sambil membawa mangkuk sup dan sepiring kentang goreng dengan saus keju dan daging cincang disekitarnya. Pramusaji tersebut meletakkan mangkuk dan piring berisi makann itu di depan Hiro.

"Terimakasih." Kata Hiro sambil melahap makanannya.

"Apa kau mau es krim?" Tanya Dio ketika Ia telah melihat Hiro sudah menghabiskan makanannya.

"Iya, aku juga ingin minum. Aku haus. Bolehkah aku minta milkshake caramel dengan es krim vanilla?" Tanya Hiro

Lampu gantung mewah di atas meja makan turun dan rupanya di dalam lilin tersebut terdapat minuman. Dio pun segera mengisi gelas kosong Hiro dengan milkshake caramel dengan es krim vanila di atasnya. Setelah itu, Ia meletakkannya di depan Hiro.

Hiro pun segera meminum minumannya.

Setelah itu, Dio menaruh puding caramel disertai berbagai permen dan coeklat disekitarnya dengan tulisan "Selamat datang di keluarga Hiro!"

"Selamat datang di keluarga?" Tanya Hiro tak mengerti.

"Yup! Keadaan disini berbeda tanpamu." Kata salah satu dari mereka yang duduk di sebelahnya.

"Tapi, keluargaku hanya satu." Kata Hiro pelan.

"Kau punya keluarga kedua, semua orang juga begitu." Kata Dio

"Benarkah?"

"Yup, maksudku kau bahkan bisa tinggal disini selama yang kau mau."

"Aku ingin bermain tapi aku harus kembali ke keluargaku." Kata Hiro

"Aku adalah keluargamu." Kata Dio

"Maksudku, keluarga yang satunya lagi." Kata Hiro

"Kurasa, kita harus perbaiki lengan kirimu yang patah itu." Kata Dio

"Apakah itu akan sakit?" Tanya Hiro

"Ini tidak akan sakit. Pejamkan saja matamu." Kata Dio

Hiro pun langsung memejamkan matanya.

Tak lama kemudian. Hiro pun mulai membuka matanya dan melihat bahwa kengan kirinya kini di gips dan sekarang sedang memakai penyangga hitam di lengannya yang dikalungkan disekitar lehernya.

"Maaf aku tak bisa menyembuhkanmu secara total karena lukamu terlalu patah, kau bisa saja kehilangan tanganmu jika kau membawanya ke tempat manusia mengobati manusia yang lainnya." Kata Dio

"Apakah kamu adalah hantu ataupun makhluk menyeramkan itu?" Tanya Dio

"Aku bukan manusia, aku juga bukan hantu ataupun makhluk aneh. Tapi, apa kau tidak ingin melihat kedua orang tuamu mati? Mereka semua tidak mengerti perasaanmu dan telah menyiksamu berkali-kali dan bahkan tak pernah mendengarkanmu? Bahkan mereka sudah membuatmu cacat secara mental ataupun fisik secara sementara."

"Aku sangat ingin membunuh mereka. Tapi, disisi lain aku pasti akan menyesali perbuatanku. Aku hanya ingin mereka menyesali perbuatan mereka padaku. Aku ingin membuktikan bahwa mereka salah. Aku juga tidak ingin berakhir di penjara."

"Seumur hidupmu kau sudah tinggal di penjara. Kehidupanmu adalah neraka, sedangkan pikiranmu adalah penjara yang menahan semua emosi dan jati dirimu."

"Kurasa aku harus pergi tidur sekarang." Kata Hiro dengan canggung dna ragu-ragu.

"Ikuti aku." Kaat Dio sambil bangkit dari kursinya dan menuju ruangan lain. Hiro pun segera mengikutinya menaiki tangga besar yang mewah dengan wallpaper abu-abu disekitar dindingnya dan terletak deretan foto beberapa bangsawan dari beberapa abad lalu.

Tak lama kemudian, Ia membuka sebuah pintu utama berwarna putih dengan ukiran gagak di sekitar kedua gagang pintu tersebut.

"Wow! Ini kamarku?" Tanya Hiro tak percaya ketika Ia melihat kamarnya yang sangat luas, dengan perabotan yang mewah, karpet putih dengan corak hijau tua klasik, disana juga terdapat cermin besar, meja, beberapa bangku beserta lilin-lilin yang antik, bagaikan kamar seorang pangeran.

Dio pun segera mengubah jas yang dipakai Hiro menjadi hanya memakai kaos putih dan celana hitam putih panjang.

Ia pun segera berjalan menuju tempat tidur mewahnya dengan sprei dan sarung hijau. Di bagian atasnya juga terdapat kayu bercorak yang menjadi tempat kelambu hijau.

Hiro pun segera melompat ke tempat tidurnya dan melihat sebuah bingkai berisi foto dirinya bersama teman-temannya.

"Halo Hiro!" Kata teman-temannya yang berada di balik foto itu.

"Kai! Han! Sharon! Travis!" Kata Hiro sambil mendekatkan wajahnya pada foto tersebut.

"Hai! Apa kabarmu Hiro?" Sapa Travis .

"Bagaimana kabar rambutmu yang selalu berantakan yang selalu kau kepang itu Travis?" Kata Hiro sambil mengangkat foto teman-temannya.

"Rekanku yang gila ini baik-baik saja!" Kata Kai sambil mengacak-acak rambut Travis.

"Aku tidak sabar menunggu liburan musim panas untuk pergi kembali ke China... yah itupun jika diperbolehkan. Atau mungkin, kalian yang akan datang kesini jika boleh?" Kata Hiro ragu-ragu.

"Kami sudah disini Hiro." Kata teman-temannya. Hiro pun langsung meletakkan foto tersebut.

"Apa ayah dan ibumu menceritakanmu dongeng sebelum tidur, Hiro?"

"Ayah dan ibuku tidak pernah menceritakan dongeng sebelum tidur." Kata Hiro

"Kalau begitu aku akan menceritakan beberapa dongeng untukmu." Kata Dio

"Tunggu. Dongengmu pasti dongeng seram. Dan cerita yang akan kau ceritakan pasti akan terjadi kalau kau menceritakannya, kan? Kau bisa mendapatkan dan melakukan apa yang kau mau, kenapa tidak menceritakan cerita untuk membuat orang yang menjatuhkanku menyesali perbuatan mereka? Atau membuat cerita bahagia?" Tanya Hiro

"Kamu benar-benar tidak mengerti kan? Aku tidak menginginkan apapun yang aku inginkan. Tidak ada yang melakukannya. Maksudku, tidak juga. Kesenangan macam apa yang akan aku dapatkan jika aku mendapatkan semua yang aku inginkan begitu saja, dan itu tidak berarti apa-apa? Lalu bagaimana?"

"Aku tidak tahu, kalau begitu beritahu aku."

"Baiklah, kalau begitu dengarkan saja aku. Ini adalah cerita seorang guru yang bekerja di sekolahmu." Kata Dio

"Ada seorang wanita muda yang menikah dengan seorang pria dari selatan. Mereka tinggal bersama di sebuah pondok kecil di tepi sungai. Pasangan itu rukun dan mereka memiliki dua anak laki-laki. Wanita itu hanya punya satu masalah. Suaminya selalu keluar pada malam hari. Kadang-kadang dia pergi berjam-jam dan kadang-kadang dia keluar sepanjang malam. Wanita itu bernama Samantha Bullock."

Samantha Bullock adalah guru matematikaku yang selalu membela Caesar setiap kali Caesar merudungku. Dia adalah orang yang selalu melindungi Caesar. Batin Hiro

"Dia akan selalu pergi berenang di sungai dan semakin gelap sungai itu, semakin dia menyukainya, karena dia bisa melihat di malam hari seperti burung hantu. Begitu anak laki-laki itu cukup besar untuk berjalan, dia mengajak mereka berenang bersamanya. Mereka akan tinggal di sungai sepanjang malam dan wanita itu harus tidur di rumah sendiri."

"Setelah beberapa saat, wanita itu mulai bertingkah sangat kaku. Dia memberi tahu tetangga bahwa suaminya berubah menjadi buaya dan dia mencoba mengubah anak laki-laki kecil mereka menjadi buaya dan dia juga mencoba mengubah anak laki-laki mereka menjadi buaya. "Sesuatu harus dilakukan tentang itu!" Katanya."

"Para tetangga mengira wanita itu sudah gila. Mereka mengatakan kepadanya bahwa itu normal bagi anak laki-laki untuk pergi berenang dengan ayahnya, dan semua orang tahu tidak ada aligator di bagian negara itu."

"Akhirnya pada suatu Minggu pagi, wanita itu berlari ke kota. Pakaiannya basah kuyup dan dia memberi tahu pendeta bahwa seekor buaya besar dan dua buaya kecil telah menariknya ke sungai dan memaksanya untuk makan ikan mentah. Dia mengklaim bahwa itu adalah suaminya dan kedua putranya yang masih kecil dan mereka mencoba mengubahnya menjadi buaya juga, tetapi dia kabur dan berhasil merangkak ke bank."

"Semuanya terdengar sangat gila sehingga penduduk kota membawa wanita itu ke dokter. Mereka takut dia akan melukai dirinya sendiri. Mereka bisa mendengarnya berteriak di seluruh kota, sampai dokter memberikan suntikan untuk membuatnya pingsan."

"Sherrif itu pergi ke kabin di tepi sungai, tapi tidak ada orang di sana. Kira-kira seminggu setelah itu, dokter mengirim wanita itu ke rumah sakit jiwa, dan dia tidak pernah kembali. Suaminya dan dua anak laki-laki kecil juga tidak pernah muncul lagi, dan sampai hari ini, tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada mereka."

"Selama bertahun-tahun setelah itu, para pemburu dan nelayan akan melihat aligator di sungai pada malam bulan yang diterangi cahaya bulan. Mereka bilang selalu ada satu buaya besar dan dua anak kecil, tapi tidak ada yang mempercayai mereka. Semua orang tahu mereka bukan aligator di bagian negara itu."

"Beberapa bulan kemudian, wanita itu bebas. Tapi, Ia tidak memiliki keluarga masih tinggal. Temannya memberinya seekor anjing putih kecil yang menghabiskan waktu bersamanya dengan satu pengecualian. Anjing itu menyukai perapian di musim dingin, dan setelah wanita itu pergi tidur, terkadang dia pergi dan berbaring di depan bara api yang hangat. Biasanya, anjing tidur di tepi tempat tidur di atas permadani."

"Wanita itu tidak mengizinkan anjingnya berada di tempat tidur bersamanya, tetapi jika dia menjadi ketakutan atau mengalami mimpi buruk, dia akan meletakkan tangannya ke anjing putih kecil itu dan dia akan menjilatnya dengan meyakinkan."

"Suatu malam wanita itu membaca koran sebelum tidur. Dia menggigil dan menarik selimut di sekelilingnya saat dia membaca bahwa seorang pasien gangguan jiwa telah pergi dari rumah sakit terdekat. Tidak ada yang tahu apakah pasien berbahaya atau tidak; dia adalah tersangka pembunuhan beberapa wanita yang hidup sendiri."

"Wanita itu mematikan lampu dan lelah untuk tidur, tetapi dia ketakutan, dan terlempar dan berbalik dengan gelisah. Akhirnya, dia meraih tempat tidur anjing kecil itu. Benar saja, lidah basah yang hangat mulai menjilat tangannya. Wanita itu merasa yakin dan aman, dan membiarkan tangannya menggantung di tempat tidur saat dia berbalik dan duduk dengan nyaman. Dia membuka matanya sejenak dan melihat melalui pintu yang terbuka ke ruang tamu."

"Di sana, di depan perapian, duduk anjing kecilnya yang putih, memandangi bara dan mengibaskan ekornya. Di samping tempat tidur, ada sesuatu yang masih menjilati tangannya. Setelah itu, sesuatu langsung melahap tangannya. Wanita itu menjerit. Kini, Ia melihat sebuah makhluk dengan kedua mata bulat yang putih dan giginya setajam pisau sedang melahap tangannya. Beberapa jam berlalu, taka da yang tersisa dari wanita itu. Yang tersisa hanyalah darah yang berceceran dan mengalir di tempat itu, bersama dengan anjing kecil putihnya yang masih tertidur nyenyak di perapian. Tamat."

Hiro menelan salivanya mendengar cerita Dio, karena dia tahu cerita yang Ia ceritakan itu nyata dan sungguh terjadi, karena Hiro merasa dia yang bertanggung jawab atas kengerian dan kegilaan ini.

"Cerita yang kedua adalah cerita Amber Norms, seorang perawat rumah sakit di Hollow Lavador."

Itu adalah nama pacar Caesar yang ikut merudungku… Batin Hiro

"Seorang gadis yang bernama Amber Norms baru saja menyelesaikan sekolah perawat dan mulai bekerja di rumah sakit baru. Meskipun dia menyukai pekerjaannya sebagai perawat, dia merasa sulit untuk bergaul dengan orang-orang yang bekerja dengannya. Mereka kebanyakan adalah dokter muda yang baru saja menyelesaikan fakultas kedokteran. Masalahnya adalah mereka senang membuat lelucon satu sama lain."

"Dia merasa sangat sulit untuk tinggal bersama mereka di redsidence sebelah rumah sakit, karena mereka begadang di malam hari dan membuat terlalu banyak suara. Perawat bekerja berjam-jam dan membutuhkan waktu tidur yang cukup. Setiap kali dia mengeluh tentang tingkah laku mereka, para dokter nakal hanya tertawa di depan wajahnya dan menyuruhnya untuk menutup mulutnya yang gemuk."

"Perawat itu akhirnya harus melaporkan para dokter muda tersebut kepada manajer rumah sakit dan mereka mendapat berbagai macam masalah. Para dokter mulai sangat membenci perawat itu dan menghabiskan berhari-hari menyusun rencana untuk membalas dendam padanya. Akhirnya, salah satu dokter datang dengan lelucon yang sangat menyakitkan yang bisa mereka mainkan pada perawat dan yang lainnya dengan senang hati setuju untuk membantu."

"Malam itu, mereka masuk ke kamar mayat di ruang bawah tanah rumah sakit dan menggergaji lengan dari mayat. Kemudian mereka menyelinap ke kamar perawat dan meletakkan lengan yang terputus itu di bawah seprai. Mereka meletakkannya di bagian bawah tempat tidur sehingga ketika dia berbaring, kakinya akan menyentuhnya."

"Sambil tertawa sendiri, mereka berdiri di sekitar lorong, menunggu perawat muda itu pergi tidur. Saat gadis itu masuk ke kamar tidurnya, para dokter harus menahan diri untuk tidak tertawa keras. Perawat itu curiga dengan perilaku mereka, tetapi dia terlalu lelah untuk peduli dan pergi ke kamar tidurnya, menutup pintu di belakangnya."

"Orang-orang itu menunggu dengan tidak sabar di lorong sampai perawat menemukan lengan yang terputus di tempat tidurnya. Tetapi tidak ada yang terjadi. Tidak ada jeritan. Tidak ada teriakan marah. Hanya diam."

"Setelah beberapa saat, para dokter bosan menunggu dan memutuskan untuk tidur malam. Mereka berasumsi bahwa mereka telah meletakkan lengan yang terputus terlalu jauh di tempat tidur dan perawat pasti tidak merasakannya."

"Keesokan paginya, ketika mereka bangun, para dokter memeriksa perawat tersebut. Tidak menerima jawaban ketika mereka mengetuk pintu, mereka memutar pegangan pintu dan masuk ke dalam. Ruangan itu sepertinya benar-benar kosong."

"Para dokter menggeledah kamar perawat dan ketika mereka membuka lemarinya, mereka disambut oleh pemandangan yang mengerikan."

"Perawat itu meringkuk di sudut lemari. Rambutnya telah memutih seluruhnya, matanya diputar ke belakang dan dia benar-benar gila. Wajahnya tampak seperti berusia 20 tahun dan lebih parah lagi, dia mengunyah lengan yang putus."

"Cerita yang ketiga adalah cerita Josh Grant yang serakah dan punya pekerja sampingan menjadi penggali kubur di Hollow Lavador."

Josh Grant adalah salah satu sahabat Caesar yang selalu ikut menggangguku.

"Ada seorang wanita tua yang kesepian jatuh sakit dan akhirnya meninggal. Dia tidak punya keluarga dan teman dekat, jadi tetangganya berkumpul dan menggali kuburan untuknya. Mereka meminta pengelola untuk membuatkan peti mati untuknya dan mereka mendandaninya dengan pakaian terbaiknya dan membaringkannya di ruang tamunya."

"Ketika wanita tua itu meninggal, matanya terbuka lebar, menatap segala sesuatu dan tidak melihat apa-apa. Ini sangat mengganggu para tetangga sehingga mereka menemukan dua koin perak mengkilap di pakaiannya dan meletakkannya di kelopak matanya agar tetap tertutup."

"Seperti tradisi saat itu, mereka mengadakan penyadaran agar orang bisa datang dan memberi penghormatan. Para tetangga menyalakan lilin dan duduk dengan mayatnya agar dia tidak sendirian."

"Keesokan paginya, si Penggali Kubur tiba untuk mengambil tubuhnya dan membawanya ke pemakaman. Ketika dia akan mulai menggali kuburan, dia membuka peti mati dan mengintip ke dalam. Ketika dia melihat koin perak menutupi matanya, dia segera menyambarnya dan memasukkannya ke dalam sakunya."

"Mengunci wanita yang meninggal itu, hawa dingin menjalar di punggungnya. Matanya yang terbuka lebar sepertinya menatapnya, mengawasinya saat dia mencuri koin peraknya. Itu memberinya perasaan ngeri, jadi dia mengambil palu dan dengan cepat memaku tutup peti mati. Dia menguburnya secepat yang dia bisa."

"Ketika si Penggali Kubur sampai di rumah, dia memasukkan dua koin perak ke dalam kotak timah dan mengguncangnya, mendengarkan suara berderak. Mencoba sekuat tenaga, dia tidak bisa melupakan mata yang menatapnya. Dia meletakkan kotak timah di atas mantelnya."

"Malam itu, hari semakin gelap dan angin mulai bertiup. Badai mengguncang rumah dan mengguncang jendela. Angin dingin bertiup melalui celah-celah di dinding dan menuruni cerobong asap."

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o! Angin itu pergi.

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o!

"Penggali kubur melemparkan kayu lagi ke api dan melompat ke tempat tidurnya, menarik selimut menutupi kepalanya. Tapi, angin terus bertiup melalui celah-celah."

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o! Angin itu berdesir pergi.

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o!

"Api berkobar dan berkedip-kedip dan menimbulkan bayangan dinding yang tampak jahat. Berbaring di tempat tidur, si Penggali Kubur tidak bisa berhenti memikirkan mata wanita mati yang menatapnya. Saat angin bertiup lebih kencang dan kencang, dan api muncul dan berkobar, dia mulai ketakutan. Tiba-tiba, dia mendengar suara lain."

Clinkity-Clink, Clinkty-Clink, begitulah coin berbunyi.

Clinkity-Clinl, Clinkity-Clink.

"Itu adalah dolar perak yang berderak di dalam kotak timah."

"Hei! Teriak si Penggali Kubur." Siapa yang mencuri uangku? "

"Tapi yang dia dengar hanyalah angin bertiup."

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o!

Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o!

"Dan nyala api berkedip-kedip, dan pecah, dan meletus, dan koin berbunyi Clinkity-Clink, Clinkity-Clink."

"Sambil gemetar ketakutan, dia menggantung selimut dan duduk di tempat tidur. Melihat sekeliling, dia tidak bisa melihat apa pun. Dia melompat dari tempat tidur dan menghalangi serta merantai pintu. Kemudian dia kembali ke tempat tidur, tetapi kepalanya hampir tidak menyentuh bantal ketika dia mendengar, Clinkity-clink, Clinkity-Clink."

"Kemudian dia mendengar sesuatu dari kejauhan. Itu adalah suara yang menangis."

"Di mana uang saya? Berikan uang saya!"

"Dan angin pun bertiup kencang."

"Bizzy, bizzy, buzzz-zoo-o-o-o-o! Dan api berkobar, dan kelap-kelip, pecah, dan pecah, dan koin di dalam kotak timah berbunyi Clinkity-clink, Clinkity-Clink."

"Penggali kubur benar-benar ketakutan. Dia turun dari tempat tidur lagi dan menumpuk semua perabot ke pintu, dan dia mengeluarkan wajan besi yang berat di atas kotak timah. Kemudian dia melompat kembali ke tempat tidur dan menutupi kepalanya dengan selimut."

"Tetapi uang itu berderak lebih keras dari sebelumnya, jauh dari suara berteriak, "Berikan uang saya! Saya ingin uang saya!" Dan. angin bertiup dan api berkobar dan berkedip-kedip dan membentak serta meletus, dan penggali kubur itu menggigil dan berguncang serta berteriak keras, "Oh, Tuhan! Ya Tuhan!"

"Tiba-tiba pintu depan terbuka dan masuklah wanita-wanita mati yang dikuburkannya. Matanya terbuka lebar, menatap segala sesuatu dan tidak melihat apa-apa. Dan angin bertiup bizee, bizee, BUZ-OOOOOO-o-o-o! Dan uang itu pergi Clinkity-Clink, Clinkity-Clink, dan api berkobar, dan berkedip-kedip dan pecah dan meledak, dan hantu wanita yang sudah meninggal berkata, "Oh, di mana uangku? Siapa yang mengambil uangku?" Dan si Penggali Kubur mengerang, "Oh Tuhan! Ya Tuhan!"

"Penggali kubur menyaksikan dengan ngeri saat wanita itu semakin mendekat, tangannya meraba-raba di udara. Seolah-olah dia bisa mendengar koin peraknya di dalam kotak bertuliskan Clinkity-Clink, Clinkity-Clink. Tangan dinginnya yang mati meraba-raba, mencoba menemukannya."

"Angin bertiup bizee, bizee, BUZ-OOOOOO-o-o-o! Dan uangnya pergi Denting-Denting, Denting-Denting, dan api berkobar, dan berkedip-kedip dan pecah dan meledak, Dan si Penggali Kubur mengerang, "Oh Tuhan!"

"Hantu perempuan yang sudah meninggal itu berteriak, "Berikan uangku? Siapa yang mengambil uangku?" Dan tiba-tiba, dia melompat ke pria itu dan berteriak …"

"KAMU PUNYA UANG SAYA !!!"

"Setelah itu, wanita itu menyeretnya dalam peti mati dan mengubur Josh hidup-hidup."

"Cerita yang keempat adalah ceita seorang pencuri bernama Dicky Hefner."

Dicky Hefner adalah salah satu sahabat  Caesar... Si sialan Caesar itu memang punya banyak teman yang mungkin dia tak memandang usia mereka. Bahkan mungkin, satu kota ini menyukainya. Itulah yang membuat Zane menyuruhku untuk tak mencari masalah dengannya. Tapi meskipun aku tak mencari masalah pun, dia tetap menggangguku. Batin Hiro

"Suatu hari, seorang wanita yang sekaligus seorang istri tiba-tiba jatuh sakit dan mengalami koma. Terlepas dari semua yang dokter coba lakukan untuknya, dia akhirnya meninggal. Suaminya patah hati. Dia dimakamkan di pemakaman kecil sekitar satu mil dari rumahnya."

"Di tengah malam, seorang perampok kuburan masuk ke kuburan. Dia membawa lentera dan sekop. Dia mulai menggalinya. Ketika dorongannya akhirnya membentur kayu, dia bergegas ke dalam kuburan dan membuka peti mati itu."

"Sambil mengangkat lentera, dia melihat mayat di dalam dan melihat dua cincin emas di jari wanita yang meninggal itu. Sambil memegang tangannya yang dingin dan mati, dia mulai mencoba melepaskan cincinnya, tetapi cincin itu terjebak dengan cepat."

"Dia memutuskan bahwa satu-satunya cara untuk mendapatkan cincin emas itu adalah dengan memotong jari-jarinya. Mengambil pisau dari sakunya, dia mengiris jari dengan cincin emas pertama dan, dengan ngeri, cincin itu mulai berdarah."

"Dia mendengar suara gemerisik dan mayat wanita itu mulai bergerak. Tiba-tiba, ia duduk tegak di peti mati. Pria yang ketakutan itu tersentak ke belakang dan secara tidak sengaja menjatuhkan lentera. Dia ditinggalkan dalam kegelapan total, berjongkok di dalam kuburan, membeku ketakutan. Saat itu, dia merasakan sepuluh jari dingin di sekitar lehernya."

"Pria itu menjerit mengerikan dan bergegas keluar dari kuburan secepat yang dia bisa. Dalam pannic, dia mulai berlari, tidak berani melihat ke belakang. Dibutakan oleh ketakutan dan kebingungan, dia tidak tahu ke mana dia pergi. Dia terus berlari melewati kegelapan pekat."

"Dalam ketakutannya, pria itu tidak menyadari bahwa dia melarikan diri ke arah yang salah. Dia berlari dengan ketakutan di tepi tebing dan jatuh ke bebatuan di bawah. Dia jatuh dengan pisaunya sendiri dan pisau itu menikamnya langsung ke jantung. Pencuri itu mati kehabisan darah di dasar tebing."

"Cerita yang kelima adalah seseorang yang kau bunuh dengan pisau di hutan."

"Tobby Ellis sudah mati. Tidak ada yang bisa dilakukan siapa pun tentang hal itu dan, sejujurnya, tidak ada yang peduli. Tobby sangat kejam dan tidak menyenangkan dalam hidupnya sehingga orang-orang senang melihatnya pergi. Bahkan jandanya tidak pernah meneteskan air mata. Dia baru saja membeli peti mati, memasukkan Tobby ke dalamnya, dan menguburkannya."

"Tapi malam itu juga, Tobby bangun dari kuburnya dan pulang. Keluarganya sedang duduk di sekitar api ketika dia masuk, terlihat berdebu, kotor, dan acak-acakan."

"Dia duduk di samping jandanya dan berkata;

"Tentang apa semua ini?" Kamu semua bertingkah seperti seseorang sudah mati. Siapa yang mati? "

Jandanya menatapnya dan berkata;

"Ya Tuhan!"

"Wanita sialan! Kata Tobby. Aku bertanya, siapa yang mati?"

"Kamu yang mati!" Kata jandanya, gemetar seperti anjing kedinginan dalam karung basah."

"Aku? Mati? Aku tidak merasa mati. Aku merasa baik-baik saja. " Kata Tobby."

"Aku tidak peduli bagaimana perasaanmu." Kata jandanya."

"Kamu terlihat mati. Kamu lebih baik membawa diri kamu kembali ke kuburan tempat kamu berasal. "

"Tidak! Aku tidak akan kembali ke kuburan sampai aku merasa mati! " Kata Tobby."

"Ya Tuhan! Berapa lama mayat ini bertahan? " Kata janda itu."

"Tidak lama. Tidak dalam cuaca panas ini, dia tidak bisa bertahan lama. " Kata kakaknya"

"Namun, terlepas dari janda dan cuaca dan panas dan hujan dan sebagainya, Tobby tetap bertahan dan bertahan lama. Semua yang dia lakukan dari matahari terbit sampai terbenam adalah duduk di dekat api, bergoyang-goyang di kursinya dan menghangatkan tangan dan kakinya. Tetapi persendiannya kering dan punggungnya kaku, dan setiap kali dia bergerak, dia berderit dan retak seperti pohon mati tertiup angin."

"Jandanya tidak dapat menagih asuransi hidupnya karena Harun bersumpah kepada Tuhan bahwa dia tidak mati. Dan dia tidak dapat membayar peti mati karena dia tidak mendapatkan asuransi. Dan pengurus mengatakan dia akan mengambil kembali peti mati itu karena belum dibayar. Janda itu menceritakan semua ini kepada Tobby, tapi Tobby tidak peduli."

"Apakah kamu tidak merindukanku?" Dia bertanya."

"Kangen kamu? Bagaimana aku akan merindukanmu. Aku belum punya kesempatan untuk merindukanmu. Kamu belum tiada."

"Suatu malam, pemain biola terbaik di kota mendatangi janda itu. Dia telah mendengar bahwa Tobby sudah mati dan ingin menikahinya. Dia duduk di satu sisi api dan Tobby duduk di sisi lain, meregangkan lengan dan kakinya dan sepanjang waktu berderit dan retak. Pada saat ini, dia sangat kering sehingga dia hanya sekedar kerangka."

"Aku lelah mendengarkan." Tobby berderit dan retak."

"Berapa lama kita harus menghadapi mayat ini?" Janda itu bertanya."

"Sesuatu harus dilakukan." Kata pemain biola itu."

"Berapa lama kita harus menunggu sampai dia terbentuk? Berapa lama kita harus duduk di depan api ini, kau dan aku dan dia?"

"Tobby meregangkan tubuhnya dan berkata. "Ini tidak terlalu menyenangkan. Mari bersenang-senang. Mari Menari!"

"Pemain biola itu mengeluarkan biolanya dan mulai bermain. Tobby meregangkan tubuhnya, mengguncang dirinya, bangkit, mengambil satu atau dua langkah, dan mulai menari jig. Dengan tulang-tulang tuanya berderak, dan giginya yang kuning patah, dan kepalanya yang botak bergoyang-goyang, dan lengannya bergoyang-goyang, mengelilingi dan mengitari ruangan."

"Pemain biola itu bermain dan Tobby menari. Naik turun lantai dia menari. Dengan kaki panjangnya berdiri, dan tulang lututnya mengetuk, dia melompat-lompat dan berjingkrak-jingkrak di sekitar ruangan. Bagaimana orang mati itu menari! Tapi tak lama kemudian tulang lepas dan jatuh ke lantai."

"Astaga! Lihat itu!" Kata pemain biola itu."

"Mainkan lebih cepat!" Kata janda itu. Pemain biola itu bermain lebih cepat."

"Crickety-crack, ke bawah dan ke belakang, orang mati itu terus berharap. Setiap kali dia melompat, dia retak, dan setiap kali dia retak, tulang kering lainnya jatuh ke lantai. Dengan cara ini, potongan-potongan itu terus berjatuhan."

"Mainkan man! Bermain!" Seru janda itu. Pemain biola itu memainkan lebih cepat."

"Tobby yang mati menari dan sepanjang waktu dia menari, tulang-tulangnya terus berjatuhan sampai seketika, Tobby hancur dan hancur berantakan. Tulang rusuknya berguling-guling di lantai dan tiga Tobby yang mati terbaring, hanya setumpuk tulang di lantai."

"Yang tersisa hanyalah tulang kepalanya yang botak dan tulang itu menari dengan sendirinya di tengah lantai, menyeringai ke arah pemain biola dan mematahkan giginya. Kepala itu terus menari, Bop! Bop! Bop!"

"Oh Tuhanku yang terkasih! Lihat itu!" Kata si pemain biola."

"Mainkan lebih keras!" Seru janda itu."

"Ho! Ho! Bukankah kita sedang bersenang-senang! " Kata tulang kepala."

"Pemain biola tidak tahan lagi."

"Janda. Aku harus pergi!" Dia berkata dan dia meninggalkan rumah dan tidak pernah kembali."

"Keluarga itu mengumpulkan tulang-tulang itu dan meletakkannya kembali di kuburan. Mereka berhati-hati untuk mencampurnya dan meletakkannya semua berselang-seling dan tidak digabungkan sehingga Tobby tidak bisa memasangkannya kembali."

"Setelah itu, Tobby yang mati tidak bangun lagi dan tetap tinggal di kuburannya. Tetapi jandanya tetap menjadi janda sejak hari itu sampai sekarang dan tidak pernah menikah lagi. Kerangka menari dan kepalanya yang mati merusak romansa."

"Tamat. Itu adalah cerita terakhir hari ini."

"Aku merasa kasihan pada mereka, aapakah kau tidak melakukannya terlalu berlebihan untuk mereka? Mereka tidak harus mati mengenaskan seperti itu." Kata Hiro

"Kekecewaan, kesedihan, sisi yang pura pura baik. Pura pura semuanya baik baik saja. Berpura pura untuk bahagia. Berpura pura untuk menjadi satu satunya anak yang bahagia di dunia."

"Mungkin karena aku punya simpati sedangkan kau tidak." Kata Hiro

"Simpati? Menggelikan. Buang semua perasaan itu. Simpati, rasa bersalah hanya membuatmu semakin lemah. Untuk apa kamu berbaik hati kepada mereka yang menyakitimu. Matamu harus dibuka lebar untuk melihatnya. Ikuti saja sisi pribadimu yang lainnya. Dia sudah melakukan tindakan yang benar. Dia terbangun dari hasrat terdalammu. Balas dendam dan kemarahan." Kata Dio

"Sisiku yang itu monster. Kau gila." Kata Hiro

"Akuilah saja. Kau tidak seperti yang lainnya, itu tidak apa-apa. Itu indah. Aku tidak gila, pikiranku hanya terlalu luas untuk manusia sepertimu. Aku hanya ingin menunjukkan kepadamu siapa dirimu sebenarnya. Aku hanya menunjukkan jati dirimu sebenarnya. Dan siapa kau harus menjadi. Sisimu yang itu bukan monster. Dia adalah sisi lain yang seharusnya kqu lepaskan. Selama ini, kau harus berterimakasih padanya. Dia telah menyelamatkanmu berkali-kali meski kau menyembunyikan, mengurungnya di dalam dan tidak mendengarkannya."

"Dan aku tidak membuat awal dari cerita kalian. Aku tak pernah membuat awalan cerita kalian. Jadi jangan salahkan aku atas kesalahan yang kau lakukan di awal. Jangan salahkan iblis atas kesalahan yang memang dilakukan oleh manusia. Mengapa mereka menyalahkan aku atas semua kegagalan kecil mereka? Seolah-olah aku menghabiskan hari-hariku dengan duduk di bahu mereka, memaksa mereka melakukan tindakan yang jika tidak mereka anggap menjijikkan. Mereka selalu berkata; Oh, iblis membuatku melakukannya!"

"Aku tidak membuat salah satu dari mereka melakukan apa pun untuk apa yang mereka lakukan pertama kali. Kalian manusia melakukan banyak hal sendiri. Bukunya yang membacamu, bukan kau yang membaca bukunya. Aku hanya memberi karma ataupun beberapa adegan buruk di cerita kalian. Tak kecuali dari mereka yang baik, ataupun mereka yang buruk. Semuanya kumasukkan beberapa adegan buruk di dalam cerita mereka."

"Bagaimana caramu melakukannya?" Tanya Hiro

"Bisa dikatakan aku punya seorang teman lama yang memang punya tugas disini untuk memberi bumbu mengerikan itu di cerita masing-masing."

"Kenapa kau melakukan ini padaku? Kenapa kau menaruh semua monster itu sehingga aku berfikir diriku sendiri gila? Aku tak melakukan kesalahan seperti mencuri atau yang lainnya. Orang yang seharusnya kau beri mimpi buruk dan semua monster itu adalah orang tuaku ataupun Caesar. Mereka membuat hidupku seperti neraka." Tanya Hiro

"Tenang saja, selalu ada konsekuensi dari tindakan yang mereka buat. Hanya saja waktunya tidak sekarang.  Segera mereka dapatkan balasannya. Tapi, berhati-hatilah dengan apa yang kamu minta. Orang-orang akan berubah menjadi gila hanya karena mereka mengalama satu hari yang buruk. Itu dia sisi yang kusukai. Kau bertanya kepadaku kenapa aku melakukan hal ini pada orang-orang yang tak melakukan kesalahan? Kenapa aku melakukan ini bahkan kepada anak-anak atau orang-orang yang spesial? Kenapa aku melakukan ini pada anak-anak atau orang-orang yang punya hidup sengsara dan meyedihkan sekalipun? Itu karena aku ingin kamu menunjukkan kepadaku setiap pikiran bengkok dan ketakutan yang pernah kamu miliki. Aku ingin matamu memecahkan tulangku; Aku ingin kata-katamu merobek kulitku. "

"Tidak apa-apa disebut orang gila. Karena mereka tidak memahami tingkat pemikiranmu. Tidak apa-apa menjalani kehidupan yang tidak dipahami orang lain. Kamu adalah artis dalam hidupmu. Jangan berikan kuasmu kepada orang lain. Kamu adalah pencipta realitas yang kamu menangkan. "

"Aku perlu istirahat dari kenyataan. Karena, otakku dan dunia ini tidak cocok satu sama lain. Aku terjebak antara mencoba menjalani hidupku dan mencoba lari darinya. "

"Tidak masalah. Setiap orang memiliki bab yang tidak mereka baca dengan keras. Terkadang kita membutuhkan fantasi untuk bertahan dari kenyataan. Ketika kamu tidak dapat melihat sisi baiknya. Aku akan duduk bersamamu dalam kegelapan. "

"Tapi aku tidak ingin pergi dikelilingi antara orang gila."

"Oh, kamu tidak bisa membantu dirimu dengan itu. Kami semua disini gila. Aku gila. Kamu gila."

"Bagaimana kamu tahu aku gila?" Tanya Hiro

"Kamu pasti gila atau kamu tidak akan datang kesini. Tapi kita semua tidak gila. Kamu tidak gila Aku tidak gila. Tetapi jika kamu terus menyangkal bahwa kamu tidak gila, dan akulah yang gila. Maka, aku akan menjawab kepadamu, bahwa realitasku berbeda dari milikmu. Kami meminum racun yang dituangkan pikiran kami untuk kami. Dan bertanya-tanya mengapa kami merasa sangat sakit."

"Kenapa aku?" Tanya Hiro lagi

"Jika kamu harus bertanya Kenapa Aku? Saat kamu merasa sangat sedih, Saat dunia berbalik melawanmu. Dan kamu tidak tahu harus berbuat apa, Saat hujan turun secara besar-besaran. Dan jalannya berkelok-kelok, Dan kamu merasa lebih bingung. Dari yang pernah bisa kamu ungkapkan, Ketika matahari yang sedih tidak bersinar, Ketika bintang-bintang tidak sejajar, Ketika kamu lebih suka berada di dalam tempat tidurmu, Selimut ditarik di atas kepalamu, Ketika hidup adalah sesuatu yang kamu takuti dan kamu harus melakukannya tanya Kenapa Aku? "

"Kemudian saat dunia tampak benar dan benar. Ketika hujan telah meninggalkan embun yang lembut, Ketika kamu merasa bahagia menjadi dirimu, Silakan tanyakan pada dirimu Kenapa Aku? juga. "

"Dalam kegelapan, tidak ada aturan. Lakukan apa yang kamu inginkan. Bunuh siapa yang kamu inginkan. Dan ketika pagi tiba, kamu juga akan terlahir kembali. "

"Itu tidak waras." Jawab Hiro

"Kalian semua adalah tahanan. Apa yang kamu sebut kewarasan, itu hanyalah penjara di pikiranmu yang menghentikan kamu dari melihat bahwa kamu hanyalah roda penggerak kecil dalam mesin raksasa yang tidak masuk akal. Bangun! Mengapa menjadi roda penggerak? Bebaskan dirimu dengan kami. Ingatlah untuk mengakuinya. Kamu tidak seperti yang lain, dan itu tidak hanya baik-baik saja. Itu indah. Hidup normal itu membosankan. Banggalah terhadap siapa dirimu. Meskipun kedengarannya dangkal, jangan biarkan mereka memberi tahu kamu bahwa kamu tidak indah."

"Apa kau juga selalu ikut campur atau selalu membuat akhir dari cerita seseorang?" Tanya Hiro

"Tidak selalu, terkadang mereka menyelesaikan akhir cerita mereka sendiri ataupun bersama-sama dengan orang lain ataupun orang terdekat mereka. Ada juga yang menyelesaikan akhir cerita mereka sendiri tanpa campur tanganku. Jadi, aku terkadang tidak selalu membuat akhir cerita mereka semua sampai tuntas." Kata Dio sambil melangkah pergi, mematikan lampu kamar Hiro, dan berjalan pergi dari kamarnya.

Hiro langsung menguap kemudian tertidur.