Saat para sahabatnya sudah kembali di Hollow avador, tentu saja mereka meminta Hiro untuk menceritakan segala yang terjadi kepada mereka, tentu saja Hiro menceritakan semuanya, kecuali untuk bagian Ia melihat makhluk-makhluk itu dan pergi ke dunia lain. Ia hanya bercerita apa yang terjadi dengan tangan kirinya, dan kesehariannya di sekolah dengan gangguan Caesar.
Sore itu, Zane, Miles, dan Rocky pergi menuju halaman belakang rumah Hiro tanpa sepengetahuan orang tuanya. Kemudian, mereka melempari jendela kamar Hiro dengan batu.
Hiro pun melompat turun keluar dari jendela kamarnya dan bergabung bersama mereka untuk berjalan-jalan ke kota. Sambil berbincang-bincang dan meneguk soda. Rocky memberikan sebuah kantung berwarna putih yang terikat kepada Hiro.
"Jangan dibuka, isinya ular-ular dengan racun yang rendah. Kantung itu untuk Caesar dan teman-teman sialannya." Kata Rocky.
"Yup! Saat mobil mustang itu berhenti. Kita akan melempari mobil itu dengan telur." Kata Miles sambil membagikan kantung lain kepada Zane, dan Rocky.
"Kita tidak akan memberikan ini kepada mereka, kan?" Tanya Hiro sambil melirik kantung yang Ia pegang.
"Tentu tidak. Mereka sendiri yang akan mengambilnya karena mereka akan mengira kantung itu permen." Kata Zane sambil menggeser tubuh Hiro untuk berjalan di paling pinggir jalan.
"Apa? Ini kan belum Halloween, ditambah lagi ini masih sore hari." Kata Hiro
"Lihat saja nanti." Kata Zane
Tiba-tiba datanglah sebuah mobil mustang tua yang melaju ke arah mereka. Hiro membiarkan salah satu kawan Caesar yang mengeluarkan kepala beserta tangannya ke lewat jendela mobil untuk mengambil kantung yang berada di tangannya.
Tepat pada saat Ia mengambilnya dan membuka isinya, mereka langsung berteriak karena terkejut pada ular-ular yang langsung melompat keluar menggigit mereka dan langsung memberhentikan mobilnya. Zane, Rocky, dan Miles langsung mengambil beberapa telur dari kantung mereka, lalu melemparkan telur-telur ke mobil mereka.
"Akan kuhajar kalian!" Teriak Caesar sambil mengumpat.
"Orang berengsek!"
"Dasar Sial!"
"Keparat!"
Tepat saat, telur mereka habis. Miles langsung melemparkan sebuah kain yang Ia bakar dengan tiner masuk ke jendela mobil mereka ketika mobil Caesar mendekati mereka yang mana membuat Caesar menabrak pagar taman. Caesar beserta teman-temannya langsung keluar dari mobil Caesar untuk mengejar mereka.
"Sialan! Akan kubunuh mereka!" Kata Caesar sambil membawa pisaunya.
"Cepat kejar orang-orang berengsek itu!" Kata salah satu dari mereka sambil membawa tongkat baseball.
"Demi Yesus Kristus! Cepat lari!" Kata Rocky
Mobil Phillip tiba-tiba berhenti di depan mereka sambil mengangkut Louise dan Daniel, mereka semua pun langsung masuk ke mobil itu dan Phillip pun langsung melaju pergi sebelum Caesar bersama teman-temannya sempat mengejar mereka.
"Kemana kita akan pergi?" Tanya Hiro
"Ini adalah rumah hantu. Kau mau melihat kastil berhantu? Sesuai janjiku kepadamu." Tawar Zane sambil menunjuk dari luar jendela yang sudah terlihat bayangan kastil Agravain yang ditutupi kabut itu.

"Kau tak bercanda?"
"Sudah kubilang kau tak akan kecewa."
Semakin lama, semakin terlihat menara-menara kastil tersebut.

Tak lama kemudian, mobil mereka berhenti disebuah jembatan panjang yang dihiasi oleh kedua lampu yang mati di sebelah kanan dan kirinya. Tak lupa juga dihiasi oleh pepohonan yang mati disekitarnya. Mereka semua pun turun dari mobil mereka, dan menuju jembatan itu, sekilas Hiro melihat seorang kakek tua gendut duduk di sisi jembatan, tapi nampaknya teman-temannya tidak melihat kakek itu, karena dia bukan manusia.

Mereka tetap saja melintasi jembatan itu seolah tak ada seseorang disana. Sedangkan, Hiro berjalan dengan jarak sedikit menjauh dari kakek itu, dan pura-pura tak melihatnya.
"Kau bisa melihatku? Kau pura-pura tidak tahu atau sudah tahu?" Hiro mendengar suara dari kakek itu di belakangnya. Hiro pun tetap berjalan di dekat teman-temannya dan pura-pura tuli.
Saat masih berjalan melewati jembatan, mereka sudah mulai melihat bayangan kastil tersebut yang bertambah jelas.

Tak lama kemudian, mereka sampai di kastil Agravain. Kastil itu terlihat tua dan tidak terurus. Menara-menaranya tinggi menjulang dan terlihat mengacam. Ditambah lagi dengan beberapa pohon mati yang menghiasi pekarangan dan sekitar kastil itu, udara dan cuaca disekitarnya yang sedikit berkabut menambah kesuraman kastil besar itu.

"Kukira tempat ini akan ramai saat bulan October." Kata Zane yang membuat Phillip langsung memukul kepalanya.
"Ada beberapa anak hilang saat mereka bermain disini. Mana bisa kastil ini ramai?" Balas Phillip
"Baik, kita sudah melihatnya. Bisa kita pergi?" Tanya Louise
"Siapa yang memesan penakut ini?" Balas Miles
"Kau yakin itu bukan kastil berhantu?" Tanya Louise yang sudah terlihat ketakutan begitu melihat kastil yang berada di depanya.
"Ugh… siapa yang mengajak penakut kesini?" Tanya Rocky
"Karena aku tak mau menghabiskan sore ini sampai malam hari di rumah pembunuh anak-anak." Kata Louise
"Seseorang dibunuh di rumah itu? Kelam sekali. Siapa yang tinggal disini?" Tanya Hiro untuk memastikan.
"Keluarga Agravain. Salah satu keluarga bangsawan yang tinggal disini pada abad 17. Keluarga ini menguasai perekonomian Eropa."
"Kita harus memeriksa ke dalam." Kata Rocky sambil berjalan mendekati kastil itu, disertai teman-temannya yang berada di belakangnya.
"Seperti dugaanku, mereka mengunci erat tempat ini." Kata Miles ketika, Ia melihat sebuah gembok besar beserta rantai yang mengunci pintu utama kastil itu.
Hiro langsung mengeluarkan kucinya dan membuka gembok itu.
"Bagaimana kau bisa punya kunci yang bisa membuka tempat ini?" Tanya Phillip tak percaya.
"Aku menemukannya di hutan."
Mereka pun memasuki kastil tersebut. Di dalam kastil tersebut semuanya gelap, menakutkan dan sangat berdebu. Mereka semua pun naik ke lantai atas dengan melewati tangga yang sangat berdebu dan kotor karena sudah berabad-abad tak dibersihkan. Mereka mengeluarkan korek api mereka dan menyalakan semua lilin-lilin yang ada berada di sekitar lorong dan ruangan itu.
"Keluarga Agravain punya rahasia, seorang putera yang tak pernah keluar dari kastil. Mereka tak membiarkannya keluar rumah. Mitosnya ada yang tidak beres dengan anak itu. Keluarganya menghapusnya dari setiap foto. Sampai hari ini taka da yang menemukan foto Sullyvan. Mereka tak mengakuinya." Kata Zane
Louise yang berdiri di dekat tangga terlihat sedang ketakutan memandang sekitar.
Rocky dan Miles langsung mengagetkan Louise dari belakang sehingga Louise berteriak karena kaget. Mereka berdua langsung tertawa terbahak-bahak sambil berlari menaiki tangga dan Louise pun segera mengejar mereka. Sedangkan, Daniel seperti biasanya tetap diam, dan pergi menjelajah ke ruangan lain di bawahnya sendirian.
"Sialan! Bajingan kalian!" Umpat Louise sambil mengejar sahabatnya yang masih tertawa terbahak-bahak itu di lantai atas.
Hiro, Phillip, dan Zane pun naik ke atas sambil menjelajah ruangan lainnya. Dan, akhirnya menuju perpustakan tua yang luas dan besar.
"Apa yang terjadi berikutnya?" Tanya Hiro
"Banyak anak yang datang kemari agar bisa melihatnya, tapi mereka tak pernah pulang ke rumah setelah itu seolah-olah mereka menghilang begitu saja. Beberapa dari mereka juga mati. Akhirnya, Sullyvan ditangkap dan ditenggelamkan di dekat wilayah kastil Agravain."
"Lalu?"
"Sullyvan juga memiliki seorang adik, namanya Harry. Para warga menganggap Harry sebagai penyihir, karena mereka memergokinya beberapa kali bermain dengan api biru dan berbicara sendiri. Lalu, mereka menyidangkannya dan membakarnya hidup hidup. Tapi, penyihir yang dendam mengutuk semua orang yang ada di desa itu. Untuk mati dengan cara yang kejam dan mengerikan. Jiwa mereka dikutuk untuk menderita dalam keabadian." Kata Zane sambil melihat sebuah rak buku dan memutar salah satu kepala dan globe itu. Setelah itu, terdengar bunyi salah satu lemari rak buku itu bergeser sedikit.
Zane, Phillip, dan Hiro pun menggeser lemari tersebut ke samping. Dan mereka menemukan sebuah ruangan rahasia. Lalu, berjalan di lorong tersebut
Mereka menemukan beberapa foto keluarga Agravain. Diantaranya terdapat foto bertuliskan Henry Rothwell Agravain, Marry Charlotte Agravain, dan mereka menemukan foto bertuliskan Harry Ector Agravain seorang anak laki-laki yang memegang lentera, mungkin usianya sama dengan Hiro. Ia memiliki berambut hitam kecoklatan.

Tak lama setelah itu, mereka menemukan foto Rudolf Willhelm Agravain yang memiliki rambut cokelat kehitaman dan Isabella Agravain yang memliki rambut cokelat kepirangan. Ia juga menemukan foto Rudolf memakai yang wig berwarna putih sedang berdiri diantara putera sulungnya dan putri bungsunya yang memiliki rambut cokelat kepirangan. Di bingkai itu tertulis nama Eugene Gustav Agravain dan Emma Gilbert Agravain.

Setelah itu, mereka terus berjalan sampai mereka menemukan sebuah pintu sel yang digembok. Mereka berdua akhirnya melihat dari celah pintu tersebut untuk mengetahui isi ruangan itu. Ketika mereka melihatnya, ruangan itu rupanya berisi tangga yang menuju ruang bawah tanah yang terlihat seperti ruangan untuk menuju sel penjara bawah tanah.
Zane pun mengeluarkan pisaunya, dan melakukan sesuatu dengan gembok tersebut hingga gembok tersebut terbuka. Mereka pun membuka pintu itu, dan menuruni tangga tersebut.
Tak lama setelah mereka menuruni tangga, mereka menemukan sebuah pintu kamar seseorang yang berada disana.
"Kurasa ini adalah kamar Sullyvan Agravain." Kata Hiro
"Keluarga Agravain memang memiliki kedua anak seorang pembunuh berantai yang menyeramkan." Kata Phillip
Di ruangan lainnya, Rocky bersembunyi di dalam sebuah lemari tua.
"Rocky! Miles! Akan kubunuh kalian jika kau menemukanmu!" Teriak Louise dari luar ruangan.
Tak lama kemudian, Ia membuka lemari pintunya untuk mengintip, tapi dia menemukan ruangannya menjadi tampak berbeda dari sebelumnya, ruangan tersebut bercahaya, sama sekali tak berdebu ataupun usang, masih terlihat bagus, Ia juga menemukan sosok yang berpakaian seperti bangsawan sedang duduk di mejanya sambil sibuk menulis. Tiba-tiba saja kepalanya berputar 180 derajat ke arah Rocky dan matanya menatapnya. Seketika itu, juga Rocky menutup pintu lemarinya.
Rocky terdiam disana, jantungnya berdebar ketika Ia mendengar suara langkah kaki, yang semakin dekat, dan dekat menuju ke arah lemari tempat Ia bersembunyi.
Krieekk!
Pintu tersebut terbuka, dan tampaklah Miles dan Louise yang membuka pintu tersebut dan memanggil Rocky, tapi ruangannya menjadi usang, gelap, berdebu, dan menyeramkan seperti sebelumnya.
"Rocky!" Kali ini Miles mengeraskan suaranya karena daritadi Rcoky tak menyautnya.
"Huh? Ya? Apa?" Tanya Rocky yang sudah berhenti memikirkan ruangan dan bangsawan menyeramkan tadi.
"Kita harus segera mencari Daniel, kurasa dia menghilang." Kata Louise
"ROCKY! LOUISE! MILES! DANIEL! KEMARILAH!" Teriak Zane dan Phillip
Louise, Rocky, dan Miles langsung berlari ke arah suara itu berasal dan masuk ke dalam ruangan perpustakan.
"Cepatlah! Kami menemukan sesuatu!" Teriak Phillip dari salah satu lemari yang terbuka itu. Mereka bertiga itu langsung masuk berjalan ke lorong rahasia itu dan melihat beberapa lukisan yang terpajang disana sekilas.
"Kalian akan menyesal jika tidak melihatnya!" Teriak Zane dari balik pintu sel yang menuju ruangan bawah tanah itu terbuka.
Mereka bertiga pun akhirnya menuruni tangga dan menemukan Phillip, Zane, dan Hiro sedang berdiri mencari-cari sesuatu di satu kamar rahasia yang berada di balik pintu sel itu.
Tak lama kemudian, Phillip menemukan sebuah lukisan foto di balik ranjang tempat tidur miliknya. Sullyvan Agravain saat masih kecil, Sullvan berbeda dengan kedua orang tuanya yang memiliki rambut hitam kecoklatan ataupun kerabatnya yang memiliki rambut coklat kepirangan. Ia memliki rambut yang putih dan wajah yang lebih putih dari semuanya.

"Kurasa karena dia albino, keluarganya jadi tak mengakuinya. Tapi, kenapa bisa ada lukisannya disini?" Tanya Hiro
"Kurasa ada adiknya atau mungkin sepupunya yang berbeakat melukisnya." Kata Zane sambil melihat di balik bingkai lukisan tersebut bertuliskan nama Hector dan Eugene."
"Disinilah keluarganya mengurungnya. Menguncinya dari dunia. Sendirian sebagai orang aneh." Kata Hiro
"Mereka memperlakukannya sebagai tahanan." Kata Hiro
Zane menatap sekeliling langit-langit yang berada di atasnya, dan melihat lingkaran besi kecil yang menggantung disana.
Tak, lama kemudian Zane naik ke atas meja sambil menumpuk kursi di meja itu. Setelah itu, Ia menarik lingkaran besi tersebut dan tampaklah sebuah tangga menuju ke atas untuk menuju sebuah ruangan lain yang memiliki tangga disana.
Mereka pun menuju ke atas dan berjalan-jalan di lorong-lorong dengan berbagai kamar yang berada disana. Mereka mulai membuka pintu kamar yang berada disana, tapi semuanya terkunci sampai ketika, Hiro melihat Jester sedang menatap sebuah pintu kamar di salah satu ruangan. Saat Hiro mendatanginya, Jester langsung menghilang. Hiro mencoba membuka pintu kamar tersebut, bersama teman-temannya yang ada di belakangnya. Pintu itu seketika terbuka. Saat mereka memasukinya, ruangan itu terlihat seperti kamar seorang anak laki-laki. Hiro pun melihat ke bawah meja karena melihat ada yang aneh disana, Ia pun menggeser kayu yang berada di bawahnya dan menemukan sebuah ruangan yang sangat amat kecil, mungkin ruangan itu hanya bisa digunakan untuk menjadi tempat bersembunyi untuk dua orang saja. Hiro turun ke sana, dan menemukan sebuah buku yang sangat tebal, bersampul segitiga beserta satu mata, burung gagak, pepohonan yang sudah mati, dan api di sekitarnya. Hiro pun kembali naik ke ruangan itu, dan menunjukkan buku itu kepada mereka.
Mereka pun keluar dari kamar Hector, dan kembali turun ke kamar Sullyvan.
Hiro membuka buku tersebut.
"Tertulis disana buku ini milik Hector Agravain."
"Hector?" Tanya Louise
"Harry Ector Agravain, adik dari Sullyvan Agravain."
"Kembalikan ke tempat kau menemukannya dan pergi dari sini." Kata Louise
Beberapa saat kemudian, angin bertiup kencang sehingga memadamkan lilin-lilin yang menerangi ruangan tersebut.
"Tempat ini berbahaya, ayo kita pergi!" Rengek Louise
"Diamlah Louise! Tenang!" Kata Zane dan Miles sambil menyalakan korek apinya dan menyalakan lilin-lilin di ruangan tersebut kembali.
Tiba-tiba jendela dan pintu terbuka dan tertutup dengan sangat kencang dan terlihat ada bayangan seseorang melintas di dekat mereka. Bayangan itu langsung lenyap seketika saat Hiro melihatnya.
"Oh sial!"
Saat mereka hendak pergi untuk berlari menaiki tangga, semua pintu dan jendela langsung tertutup sangat rapat. Semua lilin yang menerangi ruangan tersebut mati sehingga membuat ruangan menjadi gelap gulita.
"Hahahahahahaha! Rasakan itu!" Terdengan suara Caesar dan teman-temannya dari balik pintu.
Louise, Miles, dan Rocky berada di balik pintu sel yang terkunci memukul-mukul pintu mereka, berteriak, dan mengumpat agar Caesar membukakan pintunya, tapi yang ada Caesar hanya meledek mereka dan meninggalkan mereka semua terkunci disana.
Sedangkan Phillip, Zane, dan Hiro masih sibuk berada di dalam kamar Sullyvan melihat-lihat dan membaca isi buku tersebut yang kertasnya sudah menguning.
Di beberapa halaman terdapat sebuah gambar makhluk-makhluk yang mengerikan beserta nama dan penjelasannya.








Dan di beberapa halaman lagi terdapat beberapa kalimat kiasan yang mereka tak mengerti.
--------------------------------------------------------------
Ganda, kerja keras ganda dan masalah;
Api membakar dan gelembung kaldron.
Fillet ular fenny.
Di kaldron rebus dan panggang;
Mata kadal air dan ujung kaki katak,
Wol kelelawar dan lidah anjing,
Adder's fark and bling-warms sting,
Kaki kadal dan sayap howlet,
Untuk pesona masalah yang kuat,
Seperti kuah kaldu yang mendidih.
Ganda, kerja keras ganda dan masalah;
Api membakar dan gelembung kaldron.
Dinginkan dengan darah babon,
Maka pesonanya tegas dan bagus.
‐----------------------------------------------------------------------
Anak kecil biru, datang tiup klaksonmu.
Zombie datang.
Kota harus diperingatkan.
Di mana anak laki-laki itu seharusnya membunyikan alarm?
Nah, lebih sulit untuk dimainkan
ketika Anda kehilangan satu lengan
Mereka biasa membuat lelucon tentang zombie dan hantu,
Yang mereka anggap lucu sebelumnya.
Tapi sekarang wajah mereka dimakan,
Mereka tidak lucu lagi.
-------------------------------------------------------------
Laba-laba kecil dan berair
Naik semburan air
Turunlah hujan asam
dan membasuh laba-laba itu.
Laba-laba itu tumbuh
Untuk ukuran yang menakutkan.
Itu mengamuk melalui desa kami
Dan memakan semua orang kita
--------------------------------------------------------------
Jack dan Jill pergi ke atas bukit
untuk mengambil seember air
Jack jatuh ke sumur dan tenggelam
Dan Jill segera lari pulang.
Tubuh Jack mulai membusuk
Setelah beberapa hari berlalu
Dan mencemari air
Yang menyebabkan semua orang di kota mati.
--------------------------------------------------------------
Monster yang aku temui
Aku bertemu hantu, tapi dia tidak menginginkan kepalaku.
Dia hanya ingin tahu jalan ke Denver.
Saya bertemu iblis, tetapi dia tidak menginginkan jiwa saya.
Dia hanya ingin meminjam sepedaku sebentar.
Saya bertemu dengan seorang vampir, tetapi dia tidak menginginkan darah saya,
Dia hanya menginginkan dua sen untuk satu sen.
Saya terus bertemu dengan semua orang yang tepat
Di waktu yang salah.
--------------------------------------------------------------
Pencuri Kulit
Malam ini saya membuka ritsleting kulit seseorang
Dan dengan hati-hati membuka kepalanya,
Persis seperti yang selalu dia lakukan
Ketika seseorang mempersiapkan diri untuk tidur
Dan saat dia tidur, seorang coo-coo datang
Seterlanjang mungkin
Dan kenakan di kulit
Dan disekrup di kepala.
Itu dulu milik seseorang.
Sekarang memakai kakinya
Dia berlari melewati jalan
Dengan cara yang paling memalukan.
Lakukan sesuatu dan katakan sesuatu
Saya tidak akan pernah melakukan atau mengatakan
Ticklin 'anak-anak
Dan menendang laki-laki
Dan menari para wanita pergi
Jadi jika dia membuat mata cerahmu menangis
Atau membuat kepala malang Anda berputar
Bajingan itu kau lihat
Dia benar-benar aku, Dia benar-benar bukan kamu, Dia sebenarnya bukan dia
Dia adalah coo-coo
Yang suka memakai kulit orang untuk mengelabui orang yang lainnya
--------------------------------------------------------------
Dia tinggal di laut
Dia melihat yang lainnya
Tapi dia tidak melihatku.
Dia keluar dari laut
Dia mengejar yang lainnya
Tapi dia tidak mengejarku.
Aku bersembunyi di pohon
Dia menangkap yang lainnya
Tapi dia tidak bisa menangkapku.
Dia kembali ke laut
Dia memakan yang lainnya
Tapi dia tidak memakanku.
Oh dimana dia?
Dia memakan yang lainnya
Tapi dia tidak akan pernah makan
--------------------------------------------------------------
Gadis Voodoo
Kulitnya adalah kain putih,
Dan dia semua dijahit terpisah
Dan dia memiliki banyak pin berwarna
Menempel dari hatinya
Dia memiliki set yang indah
Mata hipo-disk
Yang dia gunakan
Untuk pria terhipnotis
Dia memiliki banyak zombie yang berbeda
Siapa yang sangat kesurupan
Dia bahkan punya zombie
Yang aslinya dari Prancis
Tapi dia tahu dia punya alasan padanya
Kutukan yang tidak bisa dia menangkan
Karena jika seseorang mendapat
terlalu dekat dengannya
Pin menempel lebih jauh
--------------------------------------------------------------
Peter, Peter orang pemakan
Memiliki beberapa kaki di dalam freezernya
Saat perang dunia ketiga hilang
Peter tahu dia harus mencairkan.
Tidak ada kekuatan; masa sulit
Para tetangga akan kelaparan
Kotak es Peter penuh dengan makanan
Tapi apakah mereka akan merasa makan cankles tidak sopan?
Dia membumbui steak dengan bakat khusus,
Kemudian panggang hingga setengah matang.
Dan mereka yang pernah berpikir membunuh seperti neraka,
Sekarang makan barbekyu dengan santai
‐----------------------------------------------------------------------
Kegelapan pada anak laki-laki adalah seperti itu
Itu, dilucuti dari pandangan kita,
kita harus merasakan cara kita melewatinya
Kami merangkak, kami memasuki lingkaran Neraka sampai
Kami bersimpati dengan kesedihannya,
Sampai kita belajar dari amukannya.
--------------------------------------------------------------
Diomedes memuja anak-anak. Dia tidak akan menyakiti mereka dalam keadaan apa pun kecuali jika anak-anak itu menindas atau melecehkan orang lain. Diomedes selalu menjadikan dirinya sebagai sosok ayah atau sahabat bagi setiap anak yang ia temukan di hutan yang telah dilecehkan di rumah, dan membawa mereka jauh dari lingkungan dan ke mansionnya.
--------------------------------------------------------------
Pria pirang itu adalah Diomedes. Dia berbisik di telinga Anda, menawarkan hadiah, menjanjikan banyak hal.
Kecantikan, kebahagiaan, keamanan, kenyamanan, cinta, kendali, memberi tahu Anda apa yang Anda inginkan dan butuhkan.
"Anda harus lembut, rapuh, kecil, kurus, sempurna, tidak ada apa-apa. Agar aman, bahagia, nyaman, terjamin. Untuk memegang kendali sepanjang waktu. Untuk menjadi kuat. Untuk menunjukkan rasa sakit Anda kepada dunia. Apapun itu yang kamu inginkan. Aku bisa menawarkan semua ini, aku bisa menawarkan segalanya dan apa saja. Yang harus kamu lakukan hanyalah menerimanya. "
Dia menawarkan buku yang indah, manis, lugu, dan Anda menerimanya. Pada saat itu, Anda telah kehilangan kendali. Perjalanan penyiksaan tanpa akhir, isolasi, keputusasaan, kesengsaraan, dan penghancuran diri dimulai.
Anda memberi Diomedes hidup Anda
Itu iblis dan dia akan memakan jiwa setiap anak kecuali jiwa saya.
--------------------------------------------------------------
Saya di sini untuk melayani
Saya tidak akan membangkang atau berbohong kepada majikan saya.
Saya akan bersama pasangan saya suka atau tidak
Setelah saya menerima kehidupan ini, saya tidak dapat kembali ke kehidupan lama saya.
Saya akan mencoba menemukan kebahagiaan dan cinta bahkan jika itu tidak mungkin
Saya bukan manusia dan juga bukan iblis.
Saya di sini untuk melayani tuan saya Diomedes
--------------------------------------------------------------
Pembunuhan burung gagak
Seekor gagak karena kedengkian
Dua untuk kegembiraan
Tiga untuk pemakaman
Empat untuk lahir
Lima untuk sliver
Enam untuk emas
Tujuh untuk sebuah cerita
Itu tidak boleh diceritakan
Delapan untuk surga
Sembilan untuk neraka
Sepuluh untuk iblis
Dimanapun dia tinggal
--------------------------------------------------------------
Para Pria yang Berbisik
Apakah Anda mendengar bisikan laki-laki
Pria yang berbisik sudah dekat
Jika Anda mendengar bisikan laki-laki
Lalu tutup telingamu
Jangan dengar bisikan laki-laki
Apa pun yang Anda lakukan
Untuk sekali Anda mendengar bisikan laki-laki
Mereka akan berhenti ... dan melihatmu
Jika Anda mendengar bisikan laki-laki
Dan Anda ada di hadapan mereka
Kehadiran para pria yang berbisik
Berarti untukmu selamat malam
Jangan abaikan pria yang berbisik
Mereka tidak hanya ada di kepala Anda
Takut pada pria bisikan
Abaikan mereka ... dan kamu mati
--------------------------------------------------------------
The Shadow Man
Ada seorang pria yang tinggal sendirian
Di bawah bulan dalam bayangan
Dia duduk selama batu abadi
Namun dia tidak memiliki bayangan
Burung hantu, mereka bertengger di atas kepalanya
Di bawah bulan musim panas
Mereka menyeka paruh mereka dan mengira dia mati
Yang duduk di sana bodoh sepanjang musim panas
Datanglah seorang wanita berbaju abu-abu
Di bawah bulan bersinar.
Suatu saat dia berdiri dan tinggal
Rambutnya dengan bunga terjalin
Dia terbangun, seperti saat dia muncul dari batu
Di bawah bulan dalam bayangan
Dan mencengkeramnya erat-erat, baik daging maupun tulangnya;
Dan mereka dibalut bayangan
Dan tidak pernah lagi dia berjalan dalam terang
Atau di atas gunung yang diterangi sinar bulan
Tapi berdiam di dalam bukit, tempat malam
Terang tapi dengan air mancur.
Simpan setahun sekali saat gua menguap,
Dan bukit-bukit diselimuti bayangan
Mereka menari bersama sampai subuh
Dan melemparkan satu bayangan.
--------------------------------------------------------------
Kejahatan Sempurna
Itu bukan dengan pisau
Hatiku dia robek
Saat dia membawaku
Ke pintu kematian
Itu bukan tangannya
Itu membuatku terbunuh
Tapi dia telah membunuhku
Semua sama
Emas dan tidak berperasaan
Tanpa penyesalan
Dia mengubahku
Mayat berjalan
Dan saya dipenjara
Dalam rasa sakit ini
Sedangkan dia tanpa
Sedikit menyalahkan
Bebas melakukannya
Lagi-lagi.
--------------------------------------------------------------
Kebenaran Tentang Monster
Sebenarnya ini,
Setiap monster
Anda telah bertemu
Atau akan pernah bertemu,
Pernah menjadi manusia
Dengan jiwa
Itu selembut
Dan cahaya
Seperti sutra
Seseorang mencuri
Sutra dari jiwa mereka
Dan mengubahnya
Ke dalam ini.
Jadi saat Anda melihatnya
Monster berikutnya,
Ingatlah selalu ini
Jangan takut
Hal sebelum Anda
Takut akan hal itu
Itu yang menciptakannya
Sebagai gantinya.
--------------------------------------------------------------
Sendirian
Sejak masa kanak-kanak saya belum pernah
Seperti yang lainnya; saya belum melihat
Seperti yang dilihat orang lain; Saya tidak bisa membawa
Kesukaan saya dari mata air biasa.
Dari sumber yang sama belum saya ambil
Kesedihanku; Saya tidak bisa bangun
Hatiku bersukacita pada nada yang sama;
Dan semua yang saya cintai, saya cintai sendiri.
Kemudian di masa kecil saya, di waktu fajar
Kehidupan yang paling penuh badai ditarik
Dari setiap kedalaman baik dan buruk
Misteri yang masih mengikatku:
Dari semburan air mancur,
Dari tebing merah gunung,
Dari matahari yang mengelilingi saya bergulir
Dalam warna emas musim gugurnya,
Dari petir di langit
Saat melewati saya terbang,
Dari guntur dan badai,
Dan awan yang terbentuk
(Ketika sisa surga berwarna biru)
Dari iblis dalam pandangan saya.
--------------------------------------------------------------
Aku hanya perlu mengirimkan aroma kematian, seekor gagar terbang mencari aku dan meminta agar jiwaku melebur dalam dirinya. Karena setiap gagak yang pernah melebur bersama jiwa Tuhan, saatnya nanti, akan mengalami reinkarnasi menjadi sebatang beringin.
--------------------------------------------------------------
Dalam pandanganmu, mungkin kau akan katakan bahwa diri aku ditempa dari tembaga atau emas. Atau bahan logam lain. Tidak. Sama sekali tidak. Aku dilahirkan, dari percikan api neraka dan semburan air surga, lalu diperam langit. Bukan diadakan. Sebab, sejak awal saya punya sejarah sendiri. Itu adalah kata Akvan
--------------------------------------------------------------
Aku dipakai sebagai alasan untuk mengikat. Karena hidup itu pada hakikatnya memberi, maka dengan segala keluasan aku memberi hidup yang abadi ini. Dari dulu, sejak aku dipakai pertama kali, segala kebaikan dan keburukan tentang aku sering keluar dari mulut orang-orang. Aku dipuja sebagai pengikat, tapi pada akhirnya aku dicampakkan karena pengkhianatan. Padahal, sebetulnya, merekalah pengkhianat sesama.
--------------------------------------------------------------
Sang Eksekutor dan Katapel
Dalam diri saya bersemayan dua jiwa sekaligus, seorang algojo dan gladiator. Saya tidak melengkapi diri dengan tameng, pedang, tombak. Apalah perlu semua itu jika dalam diri ada perbudakan? Saya merdeka, karena itu saya tidak memerlukan perlengkapan itu. Kali ini saya hanya memerlukan sebuah katapel untuk mengeksekusi seekor gagak yang, menurut saya, sungguh meresahkan warga. Yang bagai mengisahkan cerita kelam. Saya kira ia mengambil jiwa. Saya menduga kuat ia adalah jelmaan iblis jahanam. Toh, jika misalkan dalam dirinya juga bersemayam Roh Tuhan, Penguasa Langit dan Bumi—karena ia juga merupakan ciptaan Tuhan atau karena ia terlahir dari sabda lewat sebuah tiupan—saya tetap katakan ia adalah iblis.
--------------------------------------------------------------
Sungguh, ini baru pertama terjadi di kampung ini sejak warga menghuni tahun 1981. Tiga ekor gagak mengikari kampung, berkoak-koak. Jiwa membunuh saya yang sebetulnya sudah tertidur, terbangun kembali, dan bagai memanggil saya untuk segera menuntaskan hasrat itu. Cara terbaik hanyalah membunuh karena, kalau tidak, rasanya kepala saya dipenuhi banyangan kelam, hitam, dan pekat. Saya tidak bisa tenang, bahkan dalam tidur, saya bermimpi dikejar hasrat itu.
--------------------------------------------------------------
Betul juga seperti kata orang, ketika seseorang memiliki hasrat dan tidak mendapatkannya, seumur hidupnya jadi gila untuk mengejarnya. Saya bisa gila jika tidak mencapai hasrat itu. Hasrat saya betul-betul melewah. Saya harus membunuhnya.
Jiwa membunuh saya sudah ada sejak saya masih muda. Dalam diri saya mengalir darah pemburu. Sudah ratusan babi hutan meregang nyawa di tangan saya. Ribuan kera. Jutaan burung dan juga manusia.
Walaupun saya bukan pembunuh seperti seorang penguasa yang sudah melintang buana, saya percaya bahwa saya bisa membunuh seorang cenayang. Dan, jika dalam diri burung itu bersemayam jiwa seorang cenayang, maka saya tahu apa yang mesti dibuat.
‐--------------------------------------------------------------------
Saya melumuri katapel dengan sepahan sirih pinang, yang sudah saya campur dengan akar bahar. Saya melafalkan mantra lalu menengadah ke langit. Inilah rahasianya. Dengan sepahan sirih pinang saya meminta restu leluhur, Nitun Lolon, (yang mewakili kehidupan di darat), dengan mengunyah secuil akar bahar saya meminta restu dari Harin Botan, sekeriap yang hidup dalam laut (yang mewakili kehidupan di laut), dan dengan merapalkan mantra saya meminta restu dari langit.
Jika permohonan saya mendapat restu dari leluhur, Nitun Lolon, Harin Botan, dan Tuhan, alam akan bekerja sama membantu saya mewujudkan hasrat besar ini. Alam tidak akan mengirimkan angin untuk menggoyangkan dahan-dahan. Hujan tidak mungkin turun mengaburkan pandangan.
Dan, semua berjalan sesuai dengan rencana. Alam menjulurkan tangannya, merestui. Amin, amin, amin.
Apa perlu saya menceritakan bagaimana kronologi saya mengeksekusi seekor gagak? Saya kira, seekor gagak pun bisa menceritakan riwayat kematiaannya. Bahkan mungkin ia lebih baik dari saya. Ia bisa jadi pendongeng yang baik, ya, semua itu hanya untuk menutup riwayat kelam tentangnya yang sudah telanjur mendapat predikat cenayang.
Jadi, saya hanya perlu menceritakan bagaimana batin saya.
Saya berdoa. Ah, tepatnya saya tidak berdoa karena saya jarang beribadah. Lebih tepatnya merapalkan mantra agar jiwa saya menjadi murni. Karena, seperti kata orang, yang bisa membunuh seorang cenayang haruslah memiliki jiwa yang murni agar bisa menembus sihir-sihir yang menjadi tameng mereka.
Begitu selesai saya merasa sangat ringan. Langkah saya begitu gontai, lepas bebas. Bahkan saya merasa telah berubah menjadi kapas. Segala rasa sesak bagai pupus. Semua menjadi lebih benderang. Saya bagai dilanda kasmaran. Ya, kasmaran pada pembunuhan.
Saya menunggu kehadirannya.
Ia datang di hadapan saya. Menyerahkan diri.
Saya menyambutnya dengan wajah semringah.
Selamat datang kematian, bisik saya.
Ia menatap saya, mengangguk, seperti ingin mengatakan, lakukan sekarang.
Saya melihat isi otaknya memburai.
Saya bukan katapel yang dipakai oleh Daud saat berhadapan dengan Goliat pemimpin Bangsa Filistin. Saya tidak dilahirkan, tapi diadakan oleh seseorang. Sesosok lelaki yang celaka. Memang awalnya ia membuat saya bukan untuk membunuh si gagak. Tapi, saya dipakainya untuk membidik dan melontarkan batu ke arah kera saat berburu.
Maka, saat menerima tugas suci ini, saya merasa akan memberikan sesuatu yang berarti untuk kehidupan manusia.
Terpujilah kayu yang telah menunaskan dahan bercabang yang dipakai untuk mengikat kedua ujungnya dengan karet, terpujilah karet yang telah dipakai untuk bisa mengikat pada ujungmu dengan kulit, terpujilah kulit yang dipakai untuk melontarkan batu, dan terpujilah batu yang dipakai untuk bahan melontar.
Kata-kata memang sulit keluar dari mulut saya, tapi sekiranya kau percaya bahwa di dunia ini segala sesuatu dimungkinkan. Maksudnya, dimungkinkan untuk diceritakan dan menceritakan dirinya sendiri.
Maka ketika saya diberi kesempatan menceritakan sebuah kejadian dan saya terlibat di dalamnya, saya merasa terhormat sekali. Apalagi menerima tugas suci ini—menghabisi riwayat hidup seekor gagak. Karena itu, saya berjanji, akan memberikan yang terbaik, tidak memelesetkan lontaran batu dari kepala burung laknat itu.
Saya renjana bahwa semuanya akan berjalan sesuai dengan harapan. Sekalipun, mungkin di mata sebagian orang, ini tindakan ekstrem karena akan mendatangkan mala petaka bagi si penembak, membunuh seekor gagak adalah jalan terbaik. Saya tetap mendoakan yang terbaik untuk sang eksekutor. Mendoakan keselamatannya, anak dan istrinya.
Jika kemudian ia mendapat kutuk, saya bersedia kutuk itu dilimpahkan kepada saya.
‐--------------------------------------------------------------------
Sang Pemenang
Kami adalah jiwa dengan rupa-rupa karunia.
Mengertikah kau akan hal ini? Siapakah sesungguhnya lebih mulia, Iblis, Malaikat, atau Tuhan. Para gagak menunggu jawabanmu pada hari ke-666, saat matahari begitu dekat dengan bumi, sebelum kalian sama-sama hangus dalam tiada.
O, Dewa Api, datanglah, binasakan tubuh fana ini, remukkan jiwa latah ini. Jangan biarkan kegelapan melampui kodratnya. Tapi, jika engkau tak berkenan, biarkan semua tetap dalam bara, tetap mendongakkan kepala, tanpa harus tunduk pada dunia ini. Jika diperbudakkan, maka jadilah perbudakan tapi, jika ada kebebasan, maka jadilah kebebasan.
O, Dewa Air, datanglah, padamkan bara, alirkan ketenangan dalam tubuh ini. Kuasalah diri dengan ketenangan. Tapi, jika engkau tak berkenan, biarkan semuanya seperti ini. Korban dan tak berkorban, dunia tetap seperti ini.
Wahai Nitun Lolon, rasuklah jiwa ini agar tanah tetap disembah. Wahai Harin Botan, kuasalah jiwa ini agar sembah tetap terarah ke laut.
Iblis, Malaikat, dan Tuhan, rupanya sedang berperang. Damailah. Damai di bumi dan di langit.
Pada saatnya, Iblis bisa jadi lebih baik dari Malaikat dan Tuhan, dan Malaikat bisa lebih laknat dari Iblis dan Tuhan, dan Tuhan bisa lebih jahanam dari Iblis dan Malaikat, dan lebih baik dari Malaikat dan Iblis.
Terpujilah dedemit, danyang, demon, genderuwo, hantu, iblis, leak, lelembut, memedi, momok, pejajaran, popokan, puaka, roh jahat, siluman.
Terpujilah mambang yang kuning, yang merah, yang hitam, yang jingga, yang abu, yang biru, yang hijau. Terpujilah.
Terpujilah jika percaya kembali terbit. Terpujilah bila semua mengelus dada. Terpujilah.
--------------------------------------------------------------
Dan, di bagian belakang buku itu, terdapat sebuah cerita-ceria yang mengerikan.
Kurasa Hector lah yang bertugas menulis cerita seram itu. Dia punya perjanjian dengan Dio. Tapi, yang kutakmengerti adalah tentang kakaknya. Apakah dia juga benar-benar pembunuh? Batin Hiro
Belum sempat mereka membaca cerita itu, mereka langsung mendengar langkah kaki seseorang mendekati ruangan tersebut. Pintu tiba-tiba terbuka dengan sendirinya, dan tampaklah Daniel yang membukakan pintu tersebut. Mereka pun semua langsung cepat-cepat menaiki tangga dan menuju pintu sel tersebut yang terbuka.
"Daniel!" Seru Hiro sambil masih membawa buku tebal yang berada di tangannya.
"Aku kira seseorang sedang menculikmu." Kata Miles
"Darimana saja kau? Kau menghilang bagaikan hantu!" Tanya Rocky
"Kastil ini luas, bung. Aku tadi pergi ke bagian belakang kastil dan melihat ada pemakaman dan perairan mungkin sungai atau danau." Kata Daniel
"Bagaimana kau bisa tahu kita ada disini? Bukannya terdapat pintu rahasia di perpustakaan untuk menuju kesini?" Tanya Phillip
"Aku mendengar suara teriakan kalian dari balik perpustakan, tentu saja aku mencari cara untuk membuka pintu itu."
"Tunggu. Apa kau melihat Caesar dan teman-temannya ke sini tadi?" Tanya Zane
"Ya, tapi aku pergi ke ruangan lain untuk bersembunyi dari mereka dan menunggu mereka untuk pergi dari kastil ini." Kata Daniel
Mereka pun melanjutkan langkah mereka menyelusuri lorong lukisan dan akhirnya keluar dari lemari yang berisi ruangan rahasia di perpustakan itu.
Setelah itu, mereka semua pergi dari kastil itu, mereka berjalan melewati jembatan, dan menuju mobil mereka. Lalu, langsung melaju pergi pulang ke rumah masing-masing. Sesampai di rumah, Hiro beruntung karena tidak ada siapapun yang ada di rumahnya sehingga Ia tidak akan mendengarkan omelan atau pertanyaan dari keluarganya. Ia masuk ke kamarnya dan meletakkan buku tersebut di rak bukunya. Sedangkan teman-teman yang lainnya melakukan aktivitas mereka seperti biasa seolah-olah taka da sesuatu yang terjadi. Mereka tidak tahu, darisitulah semuanya mulai berubah. Beberapa daei mereka mulai mengalami kejadian-kejadian yang aneh. Sikap Phillip pun juga terkadang semakin aneh, terutama pada sikap Daniel yang lebih aneh dan menyeramkan daripada Phillip.
***
Zane Alvarez's POV
Aku ingin mencoba hal baru dan pekerjaan baru sementara, jadi aku mendaftar sebagai pelaut biasa di kapal kargo yang bepergian ke Inggris. Pada pelayaran khusus ini, kru adalah sekelompok yang dapat ditoleransi, semua kecuali satu karakter berwajah keras bernama Donald. Dia pelaut yang adil, tapi ada sesuatu tentang potongan jib orang itu yang tidak aku percayai.
Dia tidak akur dengan yang lain dan mereka tidak cocok dengannya. Bahkan pada waktu makan, dia tidak mau bergaul dengan kita semua. Dia hanya melahap makanannya seperti anjing, lalu bangkit dan pergi tanpa sepatah kata pun. Dia sangat tertutup, kebanyakan hanya untuk dirinya sendiri dan selalu bertindak secara agresif. Ada beberapa kali ketika aku memergokinya dengan tatapan kotor, seolah-olah hanya ingin mendapat kesempatan untuk menikam punggungku.
Suatu sore yang suram, ketika kami mencoba untuk bekerja, kabut tebal menyelimuti kami. Itu adalah kabut hitam yang menetes dan aku hampir tidak bisa melihat panjang kapal. Itu menyerap semua cahaya, ke titik di mana aku mengira kami tidak memiliki lampu sama sekali.
Laut sangat tenang dan tidak ada banyak angin sepoi-sepoi di udara. Kapal itu berguling perlahan saat kapten mengarahkan jalurnya. Dek kapal kargo tidak bersuara dan tidak ada yang mengucapkan sepatah kata pun. Kemudian, sekaligus, ada WHACK yang perkasa!
Sesuatu menghantam geladak dan kekuatannya hampir mengguncang seluruh kapal. Itu mendarat dengan dentuman tepat di depan Donald. Dia mengeluarkan jeritan yang akan membuat darah menjadi dingin di pembuluh darahmu.
Teman kedua mulai berteriak bahwa seseorang telah jatuh dari atas dan kapten mengambil lentera dari kabinnya sehingga kami dapat melihat siapa itu. Donald terjatuh dari kemudi dalam keadaan pingsan, lengannya terkulai lemas dan terayun maju mundur seiring gerakan kapal.
Dengan cahaya lentera, kami dapat melihat seseorang atau sesuatu tergeletak di geladak, tepat di depan kemudi. Apa pun itu, dia mengenakan kulit minyak dan ada genangan darah besar yang mengalir keluar dari bawahnya.
Setiap orang dari kami takut untuk mendekatinya. Kami semua tahu seharusnya tidak ada orang di atas sarang burung gagak, jadi tidak ada dari kami yang bisa menjelaskan bagaimana tubuh akhirnya jatuh dan mendarat di geladak. Akhirnya, beberapa kru memberanikan diri untuk membalikkan mayat itu dan melihat wajahnya dengan baik. Mengintip dari balik bahu mereka, aku melihat itu adalah pria bertubuh besar dan jelek, tapi aku tidak mengenalinya sama sekali. Faktanya, tidak ada seorang pun di kapal yang mengetahui siapa dia atau apa yang telah dia lakukan di sana.
Ketika Donald pulih dari pingsannya, kami mencoba untuk menanyainya tentang hal itu, tetapi yang bisa dia lakukan hanyalah mengoceh dengan tidak jelas dan terus memutar matanya yang besar dan tampak liar itu.
Pelaut adalah sekelompok takhayul di saat-saat terbaik dan semua orang di kapal semakin ketakutan. Mereka semua ingin mengangkat tubuh itu ke laut secepat mungkin. Ada yang aneh tentang itu. Sesuatu pasti tidak beres.
Kapten mengira orang itu mungkin penumpang gelap, tapi kapalnya begitu penuh dengan kayu sehingga tidak ada tempat bagi seseorang untuk bersembunyi. Siapapun orang yang meninggal itu, dia tidak pernah berada di kapal saat kami keluar dari pelabuhan.
Pasangan kedua memberi perintah untuk membuang mayat itu ke samping, tetapi kru yakin ada sesuatu yang supernatural di kaki dan mereka semua takut untuk menyentuhnya. Teman kedua meneriaki yang ini dan yang itu, tetapi dia tidak bisa membujuk siapa pun untuk bergerak sedikit pun.
Tiba-tiba, Donald mulai berteriak seperti orang gila dan lari ke geladak.
"Aku pernah menanganinya sekali, aku bisa menanganinya lagi!" Dia menangis dan dia mengambil mayat itu dan menyeretnya ke pagar.
Tepat ketika dia hendak mengangkatnya ke samping, makhluk itu mengulurkan tangan dengan dua lengannya yang besar dan melingkarkannya di sekelilingnya. Sebelum ada yang tahu apa yang terjadi, mereka berdua pergi bersama.
Saat mereka melakukannya, muncullah tawa paling mengerikan yang pernah kami dengar.
Para kru berkumpul di sekitar, menatap pemandangan yang menakutkan itu dengan mata serangga. Teman kedua meneriaki kami untuk meluncurkan perahu dan menyelamatkan Donald, tetapi tidak ada yang berani naik ke perahu, tidak setelah apa yang baru saja mereka saksikan. Kami melemparkan beberapa pelindung kehidupan ke samping, tetapi kami semua tahu tidak ada di bumi hijau Tuhan yang akan menyelamatkannya sekarang.
Kemudian, kapten memberi tahu kami bahwa, pada perjalanan terakhir yang dia lakukan, ada orang yang sangat besar yang selalu mengganggu Donald dan mendorongnya. Ada darah buruk di antara mereka dan Donald selalu membuat ancaman tentang bagaimana dia suatu hari akan membalas dendam.
Suatu malam yang basah dan kotor, mereka berdua berada di atas sarang gagak sendirian. Di tengah malam, orang besar itu entah bagaimana jatuh dan menghantam dek seperti satu ton batu bata. Ketika mereka menemukannya, dia mati dingin, kata kapten. Lebih mematikan dari empat puluh ikan haring.
Ketika mereka menanyai Donald tentang hal itu, dia mengatakan itu semua adalah kecelakaan yang mengerikan. Tangga tali yang mereka gunakan tiba-tiba putus dan orang besar itu jatuh ke kematiannya. Donald mengklaim dia mungkin telah jatuh sendiri, tetapi untuk anugerah Tuhan.
Namun, tidak ada yang mempercayai ceritanya. Setiap orang yang melihat tangga tali tahu bahwa tangga itu tidak akan lepas dengan sendirinya. Tali itu telah dipotong dengan pisau, tetapi mereka tidak dapat membuktikan apa-apa, jadi mereka harus melepaskan masalah itu.
"Pada akhirnya, kurasa orang besar itu mengurus semuanya dengan caranya sendiri." Kata sang kapten.
***
Suatu malam hujan di bulan Oktober, Zane sedang berkendara melewati pemakaman. Dia melihat seorang anak laki-laki berjalan di tengah hujan. Zane berhenti dan bertanya kepada bocah itu apakah dia ingin tumpangan.
Anak laki-laki itu mendekati mobil. Wajahnya pucat, pakaiannya basah dan dia gemetar seperti daun. Dia membuka pintu dan masuk ke kursi penumpang tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Zane merasa kasihan pada bocah itu, jadi dia memberinya sweter merah untuk membuatnya tetap hangat. Gigi anak laki-laki itu gemetar dan dia masih menggigil.
Ketika mereka sampai di rumah bocah itu, lelaki itu menghentikan mobilnya. Anak laki-laki itu keluar. Zane menyuruhnya untuk menyimpan sweternya dan berkata dia akan kembali untuk mengambilnya keesokan harinya.
"Siapa namamu?" Tanya Zane.
"Jimmy." Anak laki-laki itu menjawab.
Keesokan harinya, Zane pergi ke rumah bocah itu untuk mengambil sweternya. Ketika dia mengetuk pintu, seorang wanita menjawab. Zane memperkenalkan dirinya dan bertanya apakah dia adalah ibu Jimmy.
"Tentang apa ini?" Dia berkata.
Zane menjelaskan bahwa dia telah mengantarkan Jimmy malam sebelumnya di tengah hujan lebat dan telah memberinya sweter merah untuk membuatnya tetap hangat.
Wanita itu menatapnya dan matanya berlinang air mata.
"Maaf, Anda pasti salah. Anak saya Jimmy meninggal hampir setahun yang lalu. " Dia berkata.
Zane meminta maaf dan pergi. Dia sangat bingung dan kepalanya berputar-putar. Dia pergi ke pemakaman dan menemukan makam Jimmy.
Berbaring di atas kuburan adalah sweter merahnya.
***
Daniel's POV
Saat itu tengah malam dan aku berada di kamar tidur. Padahal beberapa hari yang lalu, aku berada di hutan. Dan saat ini aku tidak ingat apa yang barus saja kulakukan beberapa hari yang lalu saat berada di dalam hutan. Aku pun mencoba untuk bersantai. Aku mengganti saluran di TV dan melihat bahwa berita lokal ditayangkan. Di bagian bawah layar, ada peringatan berita terkini.
"Pembunuh berkeliaran… Bersembunyi di sekitar… Polisi memperingatkan semua orang untuk waspada… Tersangka bersenjata dan berbahaya…"
Aku baru saja tertidur ketika aku dibangunkan oleh suara aneh di lantai bawah. Sepertinya ada seseorang di dalam rumah.
Pada saat itu, jantungku mulai berdebar kencang dan aku berkeringat dingin. Menegangkan telingaku untuk mendengarkan, kupikir aku mendengar suara lain. Itu adalah suara pintu yang berderit.
"Itu bukan imajinasiku. Ada penyusup di dalam rumah."
"Aku harus keluar dari sini, cepat!" Aku pikir.
Aku turun dari tempat tidur sepelan mungkin dan merangkak ke arah jendela. Tubuhku gemetar ketakutan dan aku berharap tidak membuat suara apa pun.
Saat itu, aku mendengar langkah kaki samar menaiki tangga. Kedengarannya seperti lebih dari satu orang. Setiap saat, mereka akan menerobos pintu. Aku harus pergi.
Aku memanjat keluar jendela dan naik ke atap garasi, bergerak secepat mungkin tanpa membuat terlalu banyak suara. Di tepi atap, aku meraih pipa pembuangan dan menurunkan diri hingga aku jatuh ke taman.
Saat aku berhenti sejenak, aku melihat ke jendela tempatku baru saja melarikan diri dan melihat lampunya menyala.
"Hampir saja!" Aku pikir.
Rasa dingin merambat di punggungku saat aku memikirkan tentang apa yang akan terjadi jika mereka menangkapku.
Daniel berjalan ke dasar taman dan masuk ke hutan. Setelah Daniel bersembunyi dengan aman di dekat pepohonan, Daniel lari. Daniel mendorong lingkungan, tersandung dalam kegelapan, bergerak melalui semak belukar, sampai Daniel tiba di perumahan lain yang sangat dekat dengan hutan.
Sambil memegang kapaknya, Daniel menuju ke rumah lain.
***
Suatu hari, Louise menemukan bahwa seseorang mencuri daging dari gudang di belakang tokonya. Setiap malam, salah satu sisi daging sapi atau daging babi miliknya akan hilang. Ini adalah masalah nyata karena menyebabkan dia kehilangan uang. Dia memutuskan dia perlu melakukan sesuatu tentang itu.
Suatu malam, setelah dia menutup rumahnya, lalu Ia pergi ke gudang. Dia mematikan lampu dan berdiri di sana dalam kegelapan, memegang pisau dagingnya dan menunggu pencuri itu datang.
Ia tidak perlu menunggu lama, karena tak lama kemudian seekor kucing hitam menyelinap masuk melalui celah di pintu. Itu adalah kucing terbesar yang pernah dilihat tukang daging. Ia melompat dan mencoba menurunkan kaki domba yang tergantung di langit-langit.
Louise menyalakan lampu dan kucing itu berbalik dan menatapnya. Alih-alih melarikan diri, ia melompat ke arahnya dan mencoba menggigitnya. Louise terkejut. Dia mengayunkan pisau dagingnya dan memotong salah satu cakar kucing itu.
Kucing itu menjerit keras dan mulai meludah, mengoceh, dan mengoyak sekeliling ruangan. Kemudian dia berlari keluar pintu dan menghilang.
Louise menunduk, berharap melihat kaki kucing itu. Sebaliknya, dia melihat tangan seorang wanita yang telah terputus di pergelangan tangannya. Itu menggeliat di genangan darah di lantai.
Keesokan paginya, ketika Louise keluar dari rumahnya, salah satu tetangganya berlari ke jalan, berteriak minta tolong. Dia mengatakan istrinya mengalami kecelakaan. Louise lari ke rumah pria itu untuk melihat apakah ada yang bisa dia lakukan.
Sesampainya di sana, dia melihat istri pria itu duduk di kursi dekat perapian. Dia mencengkeram lengannya dan menulis kesakitan. Tangannya telah dipotong dan tidak ada yang tersisa kecuali tunggul berdarah. Hal yang paling aneh tentang itu adalah dia meludah dan menguap seperti kucing.
Louise memberi tahu semua orang di kota apa yang telah dia lihat dan, malam itu, mereka membawa wanita itu ke ladang kosong dan membakarnya hidup-hidup, karena mereka tahu dia adalah seorang penyihir.
***
Setelah mengetahui bahwa Danirl menghilang dan melihat dari Zane meretas beberapa rekaman CCTV yang menampakkan bahwa Daniel menghilang ke hutan. Rocky dan Louise pergi mendaki gunung untuk mencari Daniel.
Saat matahari mulai terbenam, mereka menyadari bahwa mereka tersesat. Louise semakin khawatir, tetapi Rocky berusaha menenangkannya dan meyakinkannya bahwa mereka pada akhirnya akan menemukan jalan kembali ke mobil mereka. Namun, setelah berjalan berjam-jam, mereka masih tidak tahu di mana mereka berada.
Hari semakin gelap dan sepasang sahabat itu semakin putus asa. Mereka tidak memiliki peta atau kompas dengan mereka dan semua pepohonan tampak sama. Tepat ketika mereka akan putus asa, mereka menemukan kabin tua di tempat terbuka.
Kabin itu tampak seperti melihat hari-hari yang lebih baik. Itu bobrok dan sepertinya sudah lama tidak digunakan. Beberapa jendela ada yang retak dan pecah dan banyak ubin yang jatuh dari atap. Rocky mengetuk pintu depan tapi tidak ada respon. Saat dia memutar pegangannya, pintu itu perlahan terbuka.
Di dalam, mereka menemukan itu dalam keadaan rusak yang buruk. Hanya ada sedikit furnitur dan lantainya tertutup lapisan debu tebal. Saat pasangan sahabat itu dengan hati-hati melihat sekeliling, mereka melihat suasana yang aneh dan bau apak yang khas.
Dindingnya ditutupi dari lantai ke langit-langit dengan coretan. Ditulis dengan cat merah, kata-kata, "Kematian! Kematian! Kematian! Kematian! Kematian!" diulangi lagi dan lagi.
Rocky dan Louise itu terkesima. Dengan tangan gemetar, Rocky mengulurkan tangan untuk menyentuh tembok. Dia ngeri mengetahui bahwa catnya belum kering.
Rocky dan Louise sangat ketakutan, tetapi mereka tidak punya tempat lain untuk pergi. Mereka tahu bahwa gunung itu berbahaya pada malam hari dan ada banyak hewan liar yang berkeliaran di hutan. Meskipun tulisan menyeramkan di dinding, mereka memutuskan untuk menginap.
Saat naik ke atas, mereka menemukan kasur yang sudah dimakan ngengat dan penuh noda. Rocky dan Louise membungkus diri mereka dengan sehelai karpet tua agar tetap hangat dan berusaha membuat diri mereka senyaman mungkin dalam keadaan tersebut. Mereka berbaring bersama di kasur dan akhirnya berhasil tertidur.
Beberapa saat setelah tengah malam, pasangan itu dibangunkan oleh suara gemerisik yang aneh. Kedengarannya seperti seseorang atau sesuatu sedang bergerak di luar gubuk.
"Apa kamu dengar itu?" Tanya Louise.
"Aku pikir ada seseorang di luar sana." Katanya lagi.
Rocky mendengarkan sebentar, tetapi dia tidak mendengar apa-apa. Dia turun dari tempat tidur dan berjalan ke jendela. Di luar terlalu gelap untuk melihat apa pun. Membuka jendela, dia menjulurkan kepalanya.
"Siapa disana?" Dia berkata dengan gugup.
Tidak ada Jawaban.
Dia akan kembali tidur ketika Louise berkata. "Mungkin seseorang yang tidak bisa berbicara."
Rocky kembali ke jendela dan berkata. "Apakah ada orang di luar sana? Tepuk tangan sekali untuk Ya dan dua kali untuk Tidak."
Dia menegangkan telinganya untuk mendengarkan. Bintang-bintang berkelap-kelip di langit malam. Jangkrik itu berkicau dengan keras.
Tiba-tiba, dia mendengar KLAP yang keras!
Dia mencondongkan tubuh ke luar jendela dan matanya mengamati kegelapan. Dia tidak bisa melihat apa pun dalam gelap gulita.
"Apakah Anda pemilik kabin ini?" Dia bertanya
TEPUK! TEPUK!
"Apakah kamu laki-laki?"
TEPUK! TEPUK!
"Kamu seorang wanita, ya?"
TEPUK! TEPUK!
"Apakah kamu manusia?"
TEPUK! TEPUK!
Rasa dingin menjalar di punggungnya. Dia menelan ludah dan serak, "Apakah kamu datang ke sini sendirian?"
TEPUK! TEPUK!
"Berapa banyak yang bersamamu? Tepuk tangan sekali untuk setiap orang."
TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! TEPUK! …
Louise yang sudah hampir mati ketakuan langsung lari keluar, menuju mobil, dan langsung melaju kembali pulang entah kemana. Meninggalkan Rocky sendirian.
***
Rocky kini tinggal sendirian di sebuah rumah tua di hutan. Dia kebanyakan menyendiri dan jarang pergi ke kota. Dia menghabiskan sepanjang hari di hutan mencari Daniel, lalu berburu makanan dan ketika hari sudah gelap, dia akan pulang dan memasak makan malamnya.
Suatu malam yang gelap, Rocky baru saja selesai makan ketika dia mendengar suara aneh. Kedengarannya seperti ada sesuatu yang bergerak di loteng.
Dia mengambil senjatanya dan memasukkannya, berusaha untuk tidak membuat suara apapun. Kemudian, dia melepas sepatu dan kaus kaki dan perlahan menaiki tangga loteng tanpa mengeluarkan suara.
Perlahan, Rocky menaiki tangga berderit, sampai akhirnya, dia mencapai pintu loteng. Untuk sesaat, dia berdiri di luar, hanya mendengarkan, tetapi dia tidak dapat mendengar apapun.
Kemudian, dia tiba-tiba membuka pintu, bergegas masuk dan mengeluarkan jeritan yang mengental ...
"AAAAAAAAAAAAAAH! FUCK! GOD DAMNIT!"
Kenapa dia berteriak?
Kamu juga akan menjerit jika menginjak paku di kaki telanjangmu.
***
Seorang pria meninggal dan istrinya pergi ke rumah duka untuk melihat mayat suaminya. Ketika dia melihatnya terbaring di peti mati dengan setelan biru, dia mulai menangis. Philliplah yang menjadi pengurus rumah sakitnya. Pengurus rumah sakit merasa kasihan padanya dan bertanya apakah ada yang bisa dia lakukan untuknya. Wanita itu berkata bahwa, ketika suaminya masih hidup, dia selalu mengenakan setelan coklat. Pengurus telah menempatkan jas yang salah pada mayat.
Pengurus rumah sakit meminta maaf kepada wanita itu dan mengatakan dia akan segera memperbaiki kesalahan tersebut. Wanita itu duduk di sofa di ruang tunggu, sementara pengurus masuk ke ruang belakang. Beberapa menit kemudian, dia keluar dan memberitahunya bahwa dia telah selesai.
Ketika dia masuk ke ruang belakang, dia melihat bahwa suaminya terbaring dengan damai di peti mati, mengenakan setelan coklat favoritnya.
"Sekarang dia terlihat seperti saat dia masih hidup." Dia berkata.
"Tapi bagaimana kamu mengubahnya begitu cepat?"
"Sekarang dia terlihat seperti saat dia masih hidup." Dia berkata.
"Tapi bagaimana kamu mengubahnya begitu cepat?"
"Tidak ada masalah." Kata pengurus.
"Aku tidak sengaja meletakkan suamimu di atas mayat lain, jadi aku hanya menukar kepalanya."
Wanita itu berteriak dan mengusir Phillip dari pandangannya. Phillip pun berjalan pergi meninggalkan rumah sakit dengan senyum aneh di wajahnya.
Tak lama kemudian, setelah Ia tiba di rumahnya yang besar. Phillip menyadari sesuatu.
"Sial! Ada apa denganku! Apa yang terjadi pada diriku?! Kenapa aku melakukan itu? Dan sejak kapan kau bekerja di rumah sakit?!"
Tiba-tiba Ia mendengar suara-suara kakeknya yang sudah mati di sekitarnya.
Phillip kau tak bisa menyangkalnya, kegilaan itu sudah ada di dalam DNAmu! Kenapa kau melarikan diri?
Tak ada yang menyakiti dirimu, jika kau jadi monsternya. Aku hanya mempermudah pekerjaanmu.
Tidak. Pekerjaan keluarga. Ini seharusnya jadi tradisi keluarga, cucuku yang tersayang.
Aku sudah memisahkan beberapa anggota tubuh mayat dan memodifikasinya menjadi manusia baru yang sempurna.
Manusia baru itu akan cocok untuk menjagamu, Phillip.
"Ti-tidak! Tolong hentikan! Aku tidak mau! Aku sudah selesai berurusan dengan orang-orangan sawah itu! Aku tidak mau berurusan dengan yang lainnya!" Kata Phillip yang ketakutan sambil menoleh ke kanan dan ke kiri mencari sumber suara berasal.
Ohh, sayang sekali kau masih punya banyak urusan dengan itu semua. Hahahahahaha!
***
Miles Castillo's POV
Salah satu kerabatku meninggal mendadak. Aku tidak pernah bertemu wanita itu. Dia memiliki seorang putri yang berusia empat tahun. Nama gadis kecil itu adalah Lily. Ayahnya tidak bisa membesarkannya sendiri, jadi dia meminta bibiku untuk merawatnya.
Gadis kecil itu menolak untuk ditinggal sendirian dan tidak pernah meninggalkan sisi bibiku. Ini mulai menjadi masalah. Bibiku tidak bisa kemana-mana tanpa Lily. Dia selalu membutuhkan perhatian. Bahkan putri bibiku sendiri mulai cemburu.
Suatu hari, bibiku mengatakan kepada aku bahwa dia harus pergi ke luar kota selama beberapa hari dan bertanya apakah aku akan mengasuh gadis kecil itu untuknya. Aku mengatakan itu akan menjadi kesenangan untukku. Aku tinggal sendiri dan aku bisa melakukan dengan beberapa teman.
Beberapa hari kemudian, bibiku mengantarkan Lily ke apartemenku. Saat dia pergi, dia membawa gadis kecil itu ke samping dan berkata. "Lily, jadilah baik. Bersikaplah baik."
Ketika bibiku pergi, aku mencoba untuk berbicara dengan Lily dan bermain-main dengannya, tetapi perilaku gadis kecil itu sangat aneh. Dia memiliki boneka beruang yang terselip di bawah lengannya dan tidak pernah melepaskannya. Dia tidak pernah tersenyum. Dia tidak pernah berbicara. Yang dia lakukan hanyalah duduk di pojok dan menatap dinding. Itu membuatku agak tidak nyaman.
Aku mencoba menemukan sesuatu yang akan menghiburnya. Aku baru saja membeli kamera digital baru dan aku memutuskan untuk membiarkan Lily bermain dengan kamera lamaku. Saat dia melihat kamera, matanya berbinar. Aku menunjukkan kepadanya bagaimana cara menggunakannya dan dia berkeliling apartemenku untuk mengambil foto semuanya. Ada senyum cerah di wajahnya.
Malam itu, aku menemukan betapa sulitnya menghadapi Lily. Setiap kali aku mencoba meninggalkan ruangan, dia mulai menangis dan meneriakkan namaku. Aku tidak bisa meninggalkannya sendirian atau dia akan membuat keributan besar. Dia bahkan bersikeras pergi ke kamar mandi bersamaku, yang dimana itu sangat memalukan.
Pada waktu tidur, dia menolak untuk tinggal di kamar cadangan dan bersikeras untuk tidur di tempat tidur saya. Aku membacakan cerita pengantar tidur untuknya dan setelah beberapa saat, aku berhasil membuatnya tidur. Saat itulah aku melihat boneka beruangnya. Salah satu kakinya hangus dan menghitam, seolah-olah telah dibakar. Itu membuatku bertanya-tanya.
Di tengah malam aku dibangunkan oleh suara aneh. Saat aku membalikkan badan, aku melihat ada yang salah dengan Lily. Tubuh gadis kecil itu gemetar dan gemetar. Matanya terbuka lebar, giginya bergemeletuk, dan air mata mengalir di pipinya. Aku memeluknya erat dan bertanya apakah ada yang salah?
"Dia menatapku lagi." Dia bergumam.
"Siapa yang menatapmu?" Aku bertanya dengan heran.
"Wanita gelap itu." Jawab Lily.
Dia tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Aku mencoba mengatakan kepadanya bahwa itu hanya imajinasinya, tetapi dia terus menggelengkan kepalanya dan merintih. Aku butuh waktu lama untuk membuatnya kembali tidur.
Keesokan harinya, Lily baik-baik saja kembali. Dia suka bermain dengan kamera digital milikku. Ketika tiba waktunya untuk pulang, aku mengatakan kepadanya bahwa dia bisa menyimpannya. Lily memelukku. Meskipun dia tidak mengatakan apa-apa, aku tahu dia sangat gembira.
Aku menurunkan gadis kecil itu di rumah bibiku dan tinggal untuk minum teh. Bibiku berterima kasih padaku karena telah merawat Lily, kami menghabiskan waktu sambil mengobrol di meja dapur.
"Kasihan anak kecil itu." Kata bibiku
"Dia tidak mengatakan sepatah kata pun sejak ibunya meninggal."
Aku tidak bisa menahan rasa ingin tahuku. "Bagaimana ibu Lily meninggal?" Aku bertanya.
Ekspresi aneh muncul di wajah bibiku.
"Dia mati dalam kebakaran."
"Bagaimana api itu mulai?" Aku bertanya.
"Yah ..." bibiku ragu-ragu, tidak mau membicarakannya. "Ini cerita yang sangat menyedihkan. Dia melakukan bunuh diri. Ibu Lily adalah wanita yang bermasalah. Dia menuangkan bensin ke tubuhnya dan menyalakan korek api. Dia membakar dirinya hidup-hidup.
"Mengerikan sekali."
"Iya." Kata bibiku. "Keluarganya sangat terkejut, mereka mempercepatnya dan mengatakan itu adalah kecelakaan. Kami mengadakan pemakaman kecil tetapi hanya kerabat dekat yang diundang. Lily tidak ada di sana. Dia bahkan tidak tahu ibunya meninggal. Dia pikir ibunya hanya pada liburan panjang. Kami belum tega untuk mengatakan yang sebenarnya."
"Kasihan Lily." Aku bergumam.
Bibi saya menganggukkan kepalanya dengan sedih. "Kasihan Lily."
Beberapa hari setelah itu, Lily meninggal.
Bibiku mencoba mengubah perilaku Lily. Di malam hari, dia memaksa gadis kecil itu untuk tidur di kamarnya sendiri. Meskipun Lily berteriak dan menangis, bibiku meninggalkannya di sana sendirian dan mengunci pintu. Di pagi hari, dia menemukan Lily sedang berbaring di tempat tidur. Gadis kecil yang malang itu sudah mati.
Tidak ada yang bisa mengerti apa yang terjadi. Pemeriksa mayat tidak dapat menentukan penyebab kematian. Tidak ada tanda di tubuhnya. Dia sangat sehat. Dia baru saja meninggal secara misterius pada malam hari. Tidak ada penjelasan.
Setelah pemakaman, aku kembali ke rumah bibiku. Semua orang sangat sedih. Dia mengembalikan kamera digital yang kuberikan pada Lily. Aku membawanya pulang. Itu adalah sesuatu untuk mengingatnya.
Kartu memori itu sepenuhnya berisi foto acak yang diambil Lily. Aku melihat-lihat mereka, menyeka air mata dari mataku. Ada foto apartementku, foto rumah bibi saya, foto bunga, anjing, mainan, permen ... gambar konyol yang diambil anak itu.
Kemudian, aku sampai pada gambar terakhir dan itu membuat darah saya menjadi dingin.
Tanganku gemetar.
Aku ingin berteriak, tetapi tidak ada yang keluar.
Stempel waktu di foto menunjukkan bahwa itu diambil pada malam Lily meninggal.
Ini foto terakhir yang diambil gadis malang itu dengan kamera digitalku. Disana hanya kegelapan dan aku melihat seorang wanita yang tubuhnya hitam semua seakan-akan terbakar habis dan Ia memiliki kedua bola mata bulat terang yang menyeramkan.
***
Suatu pagi, Hiroshi menemukan dirinya berjalan di sepanjang jalan sepi di kota kecil. Dia tidak tahu apa yang dia lakukan di sana atau bagaimana dia bisa sampai di sana, atau di mana dia sebelumnya. Dia bahkan tidak tahu jam berapa sekarang.
Dia melihat seorang wanita berjalan ke arahnya dan menghentikannya.
"Sepertinya saya lupa jam tangan saya." Hiro berkata dengan senyum sopan. "Bisakah Anda memberi tahu saya waktunya?"
Ketika wanita itu melihatnya, dia berteriak dan lari. Hiro langsung kaget. Beberapa menit kemudian, dia memperhatikan bahwa orang lain juga takut padanya. Kapanpun mereka melihatnya datang, mereka meratakan diri ke sebuah bangunan, mundur ketakutan atau berlari ke seberang jalan agar tidak menghalangi jalannya.
"Pasti ada yang salah denganku." Pikir Hiro.
"Lebih baik aku pulang secepat mungkin."
Dia memanggil taksi, tetapi ketika sopir taksi melihatnya, dia menginjak pedal gas dan melaju.
"Ini gila!" Hiro berkata pada dirinya sendiri.
Dia tidak tahu apa yang salah dan tidak tahu apa yang sedang terjadi. Yang dia tahu hanyalah bahwa dia takut dan bingung.
"Mungkin kakakku bisa datang dan menjemputku." Dia pikir
Dia menemukan telepon dan menelepon ke rumah. Berharap bisa mendengar suara saudaranya. Sebaliknya, suara aneh menjawab.
"Apakah Kenzo di sana?" Dia bertanya
"Maaf, dia tidak melakukannya." Suara itu berkata.
"Adik laki-lakinya meninggal beberapa hari yang lalu dalam kecelakaan mobil yang mengerikan dan dia menghadiri pemakamannya."
Tut!
Hiro pun mencari sebuah pantula kaca dan melihat dirinya yang tinggal semua kulit dan tulang.
"Ini tidak mungkin terjadi."
Hiro pun akhirnya tinggal di dekat kuburan sendirian. Dia pikir dia akan pergi ke gereja suatu hari nanti untuk mendengar pengkhotbah bernyanyi dan berdoa.
Dan ketika dia sampai di tiang pemakaman. Dia pikir dia akan berhenti dan istirahat sebentar.
Setelah dia sampai di pintu gereja tua dia berhenti untuk beristirahat lebih lama.
Tetapi ketika dia berbalik dan melihat sekeliling, dia melihat mayat di tanah.
Cacing-cacing itu merangkak keluar, cacing-cacing itu merangkak dari atas hidung sampai ke dagu.
Cacing merayap masuk, cacing merayap keluar.
Di matanya, telinga dan mulutnya.
Hiro bertanya kepada pendeta, "Akankah aku terlihat seperti itu ketika saya mati?"
"Kamu sudah terlihat seperti itu." Kata pendeta
"Kamu kulit dan tulang karena kamu mati!"
Hiro pingsan karena syok dan kepalanya terbelah di atas batu tajam.
Mereka mengubur Hiro seluruhnya dari kulit dan tulang. Tapi dari kubur mereka mendengar erangannya.
"Aku belum mati." Hiro menangis
"Kamu akan segera mati." Jawab pendeta.
Tiba-tiba Hiroshi terbangun dari mimpinya.
Pada Kamis malam, Hiroshi harus bekerja lembur di supermarket setempat milik ibunya. Dia bekerja sebagai stock boy di salah satu mal di luar kota dan sering kali menjadi orang terakhir yang pergi. Pada pukul delapan tiga puluh pekerjaannya selesai. Dia mengunci toko dan pulang.
Pada saat dia keluar ke tempat parkir yang luas, tempat itu hampir kosong. Satu-satunya suara yang bisa dia dengar adalah gema dari langkah kakinya sendiri di trotoar. Saat Hiro berjalan di gang yang sepi, dia mendengar suara gemerisik yang aneh.
Tiba-tiba seorang pria keluar dari bayang-bayang. Wajahnya cacat dan cacat.
"Hei, Nak! Disini!" Dia memanggil dengan suara rendah.
Pria itu mengulurkan tangan kanannya. Dia memegang pisau tipis dan panjang. Pisau setajam silet itu berkilau dalam cahaya redup. Hiro berhenti di tengah jalan.
"Pisau yang bagus dan tajam." Pria itu berkata begitu datar.
"Jangan panik." Hiro berkata pada dirinya sendiri. Dia gemetar di sepatu botnya.
Pria itu mengambil beberapa langkah ke arahnya dan tersenyum, memperlihatkan sederet gigi busuk.
"Jangan lari. Tetap tenang. " Hiro berkata pada dirinya sendiri.
"Pisau tajam yang bagus. " Pria itu mengulangi.
"Berikan saja apa yang dia inginkan. Lalu dia akan membiarkanmu pergi. " Pikir Hiro.
Pria itu mendekat. Dia mengangkat pisaunya.
"Potongannya bagus dan mudah." Dia berkata perlahan.
Hiro mencoba menahan diri untuk tidak berteriak keras-keras.
Pria itu menatap wajahnya.
"Hei, Nak, kamu ingin membeli pisau? Hanya tiga dolar. Dua atau lima. Ini akan menjadi hadiah yang bagus untuk ibumu."
"Tidak, terima kasih. Dia sudah mendapatkannya. " Kata Hiro. Dan dia lari secepat kakinya bisa menggendongnya.
***
Suatu malam, seorang anak laki-laki terbaring sekarat di tempat tidurnya yang sakit. Ibunya meninggalkannya dengan sepupunya, yang tak lain adalah Hiro. Ia pun pergi ke kamar sebelah untuk beristirahat. Dia duduk di kegelapan, menatap ke luar jendela ke dalam malam. Tiba-tiba Hiro melihat lampu depan yang terang benderang melaju kencang di jalan masuk rumah mereka. Tak lama kemudian, ibu dari anak laki-laki itu kembali ke rumah, tapi Hiro masih terpatung dengan lampu mobil itu.
"Oh tidak!" Dia pikir.
"Aku tidak ingin pengunjung sekarang, tidak sekarang."
Tapi itu bukanlah mobil yang membawa pengunjung. Itu adalah mobil jenazah tua dengan mungkin setengah lusin pria kecil yang aneh tergantung di samping. Setidaknya, seperti itulah rupanya.
Mobil jenazah itu menderu-deru berhenti. Orang-orang itu melompat dan mulai menatapnya, mata mereka bersinar dengan cahaya kuning lembut, seperti mata kucing. Dia menyaksikan dengan ngeri saat mereka menghilang ke dalam rumah.
Sesaat kemudian mereka kembali, mengangkat sesuatu ke dalam mobil jenazah. Kemudian, mereka melaju dengan kecepatan tinggi, roda-roda berdecit, membuat kerikil di jalan masuk beterbangan ke segala arah.
Saat itu juga, Hiro masuk ke kamar. Wajahnya pucat dan dia meletakkan tangannya dengan lembut di bahu ibunya itu dan memberitahunya bahwa suaminya baru saja meninggal.