Chereads / He Is My Man / Chapter 15 - A Warning To Hans Purnomo Wijaya

Chapter 15 - A Warning To Hans Purnomo Wijaya

Felicia merasa gelisah dengan kata-kata The Godfather. Dia merasa tidak benar, karena diancam oleh besan sendiri. Putri sulung telah diambil oleh Keith, masa sekarang dia berdiam diri melihat Maria diincar oleh pewaris tunggal The Black Dragon yang notabene-nya adalah musuh sendiri?

Aku harus menyelamatkan Maria, dia adalah keponakanku. Matthew saja sudah kuwanti-wanti untuk menjauhi musuh, apalagi Maria yang jelas-jelas diincar oleh X! Bisa sangat berbahaya! pikir Felicia.

Dia melihat Hans sedang mengobrol dengan sang istri di meja yang disediakan untuk mereka. Dia langsung melangkahkan kaki ke sana dan menghampiri pasangan suami istri yang merupakan adik iparnya itu.

"Queen Red Dragon," ucap Hans dan sang istri, Cynthia berbarengan.

Aura kewibawaan terpancar di diri Felicia. Siapapun yang melihat akan mengakui bahwa wanita berusia empat puluh delapan tahun ini masih terlihat cantik, segar dan secara fisik seperti gadis berumur dua puluh tahun.

"Ya. Cynthia, ngai mau bicara empat mata dengan suamimu dulu. Urgent." Felicia menatap ke Cynthia.

"Silakan, Queen Red Dragon." Cynthia mengizinkan.

"Kamsia (terima kasih)." Felicia mengangguk.

Wanita itu lalu menoleh ke arah Hans yang bertanya-tanya dalam hati.

"Hans, aku perlu bicara denganmu, penting!" Felicia berkata kepada Hans, adik iparnya.

"Baiklah, Kakak ipar." Hans menyahut dengan patuh.

Mereka berdua kini pindah ke meja khusus Felicia dan Lukas. Sang suami tengah mengobrol dengan anak dan menantu tercinta. Wanita itu hanya mendengkus saat menatap wajah Keith. Hans masih bingung mengapa dia diajak bicara berdua saja, pria itu berpikir pasti ada yang tidak beres.

Hans dan Felicia berbicara empat mata di meja khusus mereka. Pria itu tampak gelisah, karena menduga-duga apa yang akan disampaikan oleh Queen Red Dragon.

"Apakah kau tahu sesuatu? Anak perempuanmu diincar oleh klan musuh?" Felicia berbicara tanpa basa-basi.

"Meai (apa)?!" Hans terperanjat.

Pria itu jelas terkejut dan seperti mendapatkan hukuman mati. Baginya, bila salah satu dari anak-anak disukai oleh musuh, pasti akan dia bunuh tanpa ampun.

"Siapa pria itu?" Hans bertanya lebih lanjut.

"Pria itu adalah Xander O'Neil, anak kandung dari besan Ngai." Felicia menjawab dengan nada malas.

Hans seketika menjadi pusing. Tak pernah terbayangkan bila pemimpin The Black Dragon malah jatuh cinta dengan anaknya.

"Siapa yang dia sukai?" Hans sudah menyiapkan hati supaya tidak terkejut dengan jawaban yang akan diperoleh.

"Maria Clara Wijaya alias Ai-Ling." Felicia menjawab datar.

Jawaban Felicia semakin membuat hati pria itu sengsara. Bagaimana mungkin anak kesayangannya diincar oleh klan musuh yang sama? Keluarga besar Wijaya dan Darmadi yang termasuk di dalam klan Red Dragon, begitu marah ketika tahu Shena dipinang oleh Keith, tapi mereka tak bisa apa-apa karena Lukas mengizinkan. Kini, Maria akan bernasib sama dengan adik sepupunya.

"Bagaimana Queen Red Dragon bisa mengetahuinya?" Hans memberanikan diri bertanya tentang itu.

Felicia menatap tajam ke arah Hans, lalu dia mengembuskan nafas berat. Dia sungguh tak tega, tapi tetap harus mengatakan hal itu sebelum semuanya tak bisa dicegah.

"The Godfather, Pemimpin Utama dari The Black Dragon yang mengatakan secara langsung pada Ngai. Dia memperingatkan, supaya ngai tidak ikut campur atau dia akan turun tangan langsung. Karena nyi adalah papanya, maka nyi berhak atas Maria. Selamatkan dia sebelum terlambat!" Felicia menjawab dengan sejujurnya.

Hans tak bisa berkata apa-apa. Dia memiliki tiga anak: dua perempuan dan satu laki-laki. Maria si anak sulung, Theresia anak kedua dan Ray anak bungsu. Mereka bertiga adalah jiwa dalam keluarganya.

"Bagaimana cara memisahkan mereka, Queen Red Dragon? Mohon berikan saran untuk ngai." Hans memohon dengan nada rendah.

Felicia sedang menimbang-nimbang. Sejenak dia memejamkan kedua mata, lalu membukanya.

"Ada beberapa opsi: pertama, nyi bisa kuliahkan Maria jauh dari Amsterdam, karena bisnis mereka berpusat di sana. Kedua, ganti identitas dia sebelum terlambat dan ketiga, nikahkan Ai-Ling dengan pria pilihan nyi segera." Felicia memberikan pendapatnya.

Hans memikirkan masak-masak ketiga pilihan yang dijabarkan oleh Felicia. Dia jelas tak mau anak gadisnya diincar oleh Xander, karena ulah mereka lah daerah kekuasaan Red Dragon yang ada sudah tak seluas yang dulu.

"Pikirkan baik-baik. Ngai hanya bisa memberitahukan itu pada nyi. Sebagai kepala keluarga, lindungilah seluruh anggota keluargamu dari musuh-musuh yang ada. Ngai tak bisa berbuat banyak, karena posisi ngai di keluarga adalah seorang istri. Istri harus ikut ketentuan dari Lao kong." Felicia mengakhiri perkataannya.

"Queen Red Dragon, kalau Ai-Ling ngai jodohkan, sebaiknya dengan siapa?"

"Siapa saja yang nyi rasa cocok, setara dan sama-sama memiliki daerah kekuasaan. Leader Red Dragon sudah berkeluarga dan memiliki anak. Sebaiknya pilih laki-laki yang usianya lebih tua dari Ai Ling supaya lebih mengayomi."

Hans kembali terdiam, dia memikirkan siapa yang dimaksud oleh kakak iparnya itu. Di benaknya terlintas satu nama laki-laki muda.

"Daniel Darmadi apakah kandidat yang tepat?" Hans bertanya kepada Felicia.

Felicia menatap Hans. Dia hampir lupa bila ada pria muda dengan nama Daniel di keluarganya.

"Daniel? Dia sudah dua tahun ini tidak memiliki seorang kekasih. Dia pria berkualitas yang akan menggantikan posisi ayahnya. Secara usia pun lebih dewasa dari anakmu. Kenalkan saja Ai-Ling dengannya, dan kita lihat reaksi mereka berdua." Felicia menyarankan dengan serius.

"Apakah pria yang ingin dikenalkan adalah gay?" Hans bertanya karena ingin menyelidiki lebih dalam.

"Tidak. Dia bukan gay. Ngai sudah menyelidiki semuanya. Dia normal, hanya mantan terakhir membuatnya patah hati begitu dalam. Ngai baru ingat, wajah gadis yang mematahkan hatinya mirip dengan Ai Ling." Felicia menjawab dengan serius.

"Benarkah itu?" Hans heran bahwa hal semacam ini bisa terjadi.

"Benar. Kalau tidak percaya, atur saja kapan mereka berdua bertemu. Orang tuanya berada di pesta ini juga." Felicia meyakinkan Hans.

"Mereka sekarang berada di mana?" Hans bertanya lebih lanjut.

"Mereka berada di sana!" Felicia menjawab seraya menunjuk ke arah meja yang tak jauh dari meja mereka.

Mata Hans memerhatikan ke arah yang dikatakan oleh Queen Red Dragon, Di sana ada sepasang suami istri, didampingi oleh seorang pria muda bertubuh tinggi tegap yang memiliki wajah rupawan. Dia langsung merasa bahwa lelaki itulah yang bernama Daniel Darmadi.

Tak disangka, Daniel melihat ke arah meja Felicia. Wanita itu tersenyum seraya melambaikan tangan agar pria itu mendekat ke arahnya. Dia mengangguk, lalu berbisik di telinga sang ayah yang berdiri di sebelah kanannya.

Mereka bertiga mendatangi meja di mana Felicia duduk. Wanita itu hanya memerhatikan dari kejauhan dan tersenyum samar.

"Queen Red Dragon, apa kabarmu? Lama tidak berjumpa." Tedy Darmadi menyapa adiknya.

Meskipun Tony lebih tua secara usia, biar bagaimana pun, Felicia adalah Pemimpin Besar dari The Red Dragon, jadi dia wajib menghormati sang adik.

"Aku baik-baik saja. Ko Tedy, Apa kabar?" Felicia menyapa balik kakak lelakinya yang hanya berbeda beberapa tahun.

"Kabarku baik, Queen Red Dragon," jawab Teddy seraya tersenyum.

Felicia kini menatap perempuan yang berada di sebelah sang kakak lelaki, yaitu Cindy.

"Cindy, apa kabarmu juga?" Felicia ganti menyapa kakak iparnya.

Cindy tersenyum mendengar adik iparnya tidak melupakannya. "Aku sangat baik, Felicia," jawabnya ramah.

"Silakan duduk." Felicia mempersilakan ketiga anggota keluarga besarnya untuk duduk.

"Terima kasih." Mereka menyahut secara berbarengan.

Tedy, Cindy dan Daniel duduk di sekitar Felicia. Mata Hans mengamati satu per satu keluarga dari kakak iparnya. Dia melihat bahwa Daniel sudah mengeluarkan aura kewibawaan yang jarang ada pada diri pria muda sebayanya.

Aku suka dengan gaya Daniel, dia cocok untuk Ai-Ling, si anak sulung. Sayang sekali anak gadisku sudah pulang lebih dulu ke rumah Koko Lukas, kalau tidak sudah pasti akan kuperkenalkan mereka berdua, pikir Hans.

"Halo, Bibi Ketiga. Apa kabar?" sapa Daniel kepada Felicia.

"Aku sehat-sehat, Daniel. Apa kabarmu?" Felicia membalas sapaan keponakannya.

"Ngai juga sehat, Bibi. Terima kasih," jawabnya sopan.

"Daniel, nyi sudah lulus S2?" tanya Felicia kepada Daniel.

"Sudah, Samku. Bulan lalu baru wisuda," jawab Daniel dengan nada bangga.

"Bagus. Kau memang pria berkualitas. Ko, nyi sungguh beruntung punya anak sudah menjadi pria muda seperti Daniel. Tinggal cari calon saja," goda Felicia.

Tedy dan Cindy tersenyum, mereka merasa senang karena dipuji oleh Queen Red Dragon. Felicia terkenal irit bicara dan jarang melontarkan sanjungan kepada siapapun.

"Kami hanya menunggu Daniel saja. Ngai tidak mau membuat anak jadi tertekan bila dijodohkan. Anak sekarang beda dengan kita dulu, jadi tinggal diarahkan saja." Tony berkata dengan lugas.

"Ngai hampir lupa. Ko, kenalkan, ini Hans. Hans, ini Ngai koko, Tedy namanya." Felicia melihat kepada Hans lalu ke Tony.

Hans mengulurkan tangan dan disambut oleh Tedy. Meskipun dalam organisasi yang sama, namun mereka berdua belum berkenalan secara resmi.

"Hans," ucapnya kepada Tony.

"Tedy," balas Tony kepada Hans.

Mereka berdua melepaskan jabatan tangan itu lalu memerhatikan Felicia. Wanita itu tersenyum puas melihatnya.

"Hans adalah adik iparku, dia adik Lukas. Sekarang dia tengah mencari calon suami untuk anak gadisnya, Ai-Ling. Siapa tahu kalian berdua bisa menjadi besan?" seloroh Felicia penuh arti kepada keduanya.

Hans, Tedy dan Cindy tertawa, tapi tidak dengan Daniel. Dia merasa tidak enak, tapi apadaya tak bisa berbuat banyak. Di dalam hati, pria muda itu tidak ingin berlama-lama di sana.

Pria muda itu tak sadar bila tengah diperhatikan oleh Queen Red Dragon. Wanita itu tersenyum samar, dan muncullah sebuah ide di kepalanya.

"Hans, perlihatkan foto Ai-Ling, supaya Tedy, Cindy dan Daniel bisa melihatnya," ucap Felicia.

"Ah, iya. Ten haloi," sahut Hans yang segera mengeluarkan ponsel dari balik jasnya.

Hans membuka kunci dari layar, lalu memilih galeri. Di sana, dia mencari foto anak gadisnya yang terbaru, supaya bisa diperlihatkan kepada mereka bertiga.

"Ini, namanya Maria, panggilannya Ai-Ling." Hans menunjukkan layar ponsel kepada Tedy.

Tedy mengambilnya, lalu dia memperhatikan foto Maria. "Wa, anciang oo (cantik sekali)!" seru Tedy yang membuat Cindy dan Daniel penasaran.

"Mana? Ngai oi khon, Lao Kong (aku mau lihat, Suami)." Cindy meminta kepada Tedy, sang suami.

Tedy menyerahkan ponsel itu, supaya istri dan anaknya bisa melihat. Daniel terbelalak ketika melihat wajah Maria di dalam foto. Dia tak menyangka, bisa menemukan gadis yang mirip mantan kekasihnya, tapi Ai-Ling lebih cantik.

Felicia tersenyum puas ketika melihat ekspresi Daniel. Wanita itu sudah menduga kalau keponakannya akan terkejut saat menatap gambar diri Ai-Ling di situ.

Semoga saja mereka berdua bisa segera dipertemukan untuk berkenalan. Tak sudi hati ini membayangkan bila Ai-Ling diambil oleh X! tekad Felicia di dalam hati.

"Susu', siapa nama anaknya?" tanya Daniel kepada Hans.

Semua mata di meja itu kini memerhatikan sang pria muda, yang tiba-tiba melontarkan pertanyaan tak terduga. Hans senang dengan respons yang didapat, karena dia ingin segera menyelamatkan sang putri dari musuh.

"Nama anak Susu' adalah ...."

***

Arti bahasa asing

1. Ngai = Saya

2. Nyi = Kamu

3. Samku = Bibi ketiga

4. Susu' = Paman. Cara bacanya seolah ada huruf K di belakang U terakhir, tapi K tidak terlalu terdengar jelas, penekanannya samar.

5. Ten haloi = Tunggu