Terima kasih Tuhan, akhirnya diriku bisa lepas dari laki-laki itu! Seharusnya aku bisa senang-senang, tapi karena dia terus saja memonopoli, sedari melihat wajahku sehingga sulit bergerak. Aku putuskan untuk lari dari sana secepatnya, begitu ponsel pria pemaksa itu berbunyi!
"Nyiku, ngai oi con, ya." Aku meminta izin kepada Nyiku Felicia yang masih berbaur dengan tamu undangan.
"Nyi oi con? Comai?" tanya Nyiku sambil mengangkat satu alisnya.
"Tidak apa-apa. Boleh, ya?" Aku mengelak menjawab karena nanti panjang urusannya.
"Boleh. Nyi sit pao ma?" Nyiku bertanya dengan tatapan aneh.
"Ngai sit pao lo, Nyiku." Aku menjawab cepat.
Tatapan Nyiku sangat sulit diartikan. Aku tak mau dia curiga apabila masih stuck di pertanyaan yang sama. Mendadak muncul sebuah ide di kepala.
"Papa di mana? Ngai mo khon." Aku mengalihkan pembicaraan.
"Papa dan mama Nyi lagi ngobrol dengan Shena dan suaminya. Ya sudah, hati-hati di jalan. Jangan sampai tertangkap!" bisik Nyiku dengan sandi misterius.
Aku sempat merasa aneh dan mencerna sejenak. Setelah memahami, aku langsung mengangguk. "Ya, Nyiku. Kamsia." Aku balas berbisik lalu segera bergegas ke luar dari gedung.
Aku menyetop taksi yang lewat dan bergegas naik ke dalamnya, supaya lebih cepat sampai di mansion Nyiku. Setelah memberitahukan alamat kepada driver, yellow cab ini segera melaju.
Hati menjadi lega, karena bisa segera ke luar dari gedung itu. Bisa gila diri ini, bila lebih lama berada di dalam sana! Saat di taksi, aku sebenarnya melihat ada yang aneh, banyak sekali bodyguard milik X dan juga Nyiku.
Apakah ada hal urgent sampai begitu banyak pasukan yang diturunkan? Aku tak munafik, kalau kami adalah mafia. Keluarga kami memang meneruskan bisnis keluarga yang sudah dijalankan dari lima generasi sebelumnya.
Kalau di keluarga Chinese lainnya pemimpin adalah laki-laki, nah di keluarga kami berbeda. Kepala klan dipilih oleh pemimpin sebelumnya dengan kualifikasi yang sudah ditetapkan: ahli beladiri, cerdas, pandai dalam membuat taktik dan ahli dalam penyamaran.
Nyiku dipilih karena memenuhi kriteria, buktinya selama dua puluh tahun lebih menikah, suaminya tak sadar telah menikah dengan Ratu Mafia yang dijuluki "Queen Red Dragon".
Ketika sedang merenung, ponsel berbunyi. Ku cari benda penting itu di tas lalu meraihnya. Saat melihat layar, tak ada nama si penelepon, yang ada hanya sederet nomor asing.
Siapa yang menelepon, ya? Apa harus kuangkat atau tolak saja? Firasat ini bilang jangan dijawab panggilannya. Ponsel ini terus bergetar. Si penelepon tampaknya tak menyerah.
Apa yang harus kulakukan? Papa pernah bilang agar tidak mengangkat panggilan masuk dari nomor tak dikenal, karena bisa jadi itu jebakan dan berbahaya bagi keselamatan nyawa. Beginilah mafia, harus serba tertutup, tak bisa memiliki banyak teman dan wajib menyembunyikan identitas asli sebaik mungkin.
Bila kupikir-pikir, nomor ini adalah telepon dari luar negara. Siapa ya, kira-kira? Aku tak mengenal sederetan angka asing yang tertera di layar ponsel, tapi bila tak diangkat penasaran juga, pikirku ragu-ragu.
Di antara ragu dan penasaran, kuputuskan untuk menuruti nasihat papa untuk tidak mengangkat panggilan masuk. Aku takut bila itu adalah nomor musuh dan dia mengetahui keberadaanku saat ini. Segera kumatikan nada dering sehingga tidak mengganggu keheningan yang ada di taksi.
Tadinya sempat lega karena nomor tak dikenal itu berhenti untuk menghubungi, tapi ternyata aku salah. Layar ponsel kembali berkelap-kelip karena ada panggilan dari nomor asing itu. Kenapa rasanya semakin menakutkan, ya?
Selama dua puluh menit perjalanan, layar ponsel terus saja menyala. Nomor yang sama terus menelepon tanpa henti. Seolah dia mencoba memberitahukanku bahwa dia adalah orang yang penting.
Di saat pikiran buruk sudah menggelayuti pikiran tentang identitas si penelepon, tiba-tiba terdengar suatu suara yang mengagetkanku.
"Nona, kita sudah sampai." Driver memberitahukanku.
Thank God! Lega sekali bisa sampai di mansion dengan selamat! The Yellow cab sudah berhenti di depan gerbang mansion rumah Nyiku. Aku bersyukur bisa segera sampai di sini, walaupun seorang diri.
"Baik, berapa biayanya?" tanyaku yang tengah membuka tas untuk mengambil uang.
"Semuanya $50, Nona," jawab si driver.
"Baik, sebentar, ya." Aku segera mengambil beberapa uang $10 sebanyak lima lembar untuk driver itu.
"Ini. Terima kasih." Aku menyerahkan beberapa lembar uang itu kepadanya.
"Sama-sama." Dia menerima uang yang kuberikan.
Aku membenarkan dompet dan menutup isi tas. Ponsel juga sudah masuk ke dalamnya sehingga tak takut jatuh atau tertinggal. Sebelum turun, mata ini memeriksa tempat yang sedang diduduki dan tanganku mengecek ulang di tas.
Setelah semua aman, aku turun dari taksi dan menutup pintu. Kedua kaki ini melangkah dan security di sana telah mengenalku, sehingga tanpa ragu dia membukakan pintu gerbang.
"Terima kasih." Aku mengucapkan rasa terima kasih kepada security tersebut.
"Sama-sama, Nona Ai-Ling." Security tersebut menyapa nama panggilanku.
Aku bergegas masuk ke dalam mansion. Di dalam sudah ada maid yang berjaga dan mereka tampaknya sudah mengetahui kalau aku akan datang lebih cepat dari yang seharusnya.
"Selamat datang, Nona Ai-ling," sapa mereka.
"Terima kasih," sahutku seraya tersenyum tipis.
Tubuh, jiwa dan batin sudah lelah. Kuputuskan untuk segera naik ke lantai dua, ke kamar tamu yang ditempati olehku. Ingin rasanya segera tidur agar bisa beristirahat dan menenangkan pikiran yang tak menentu ini. Ketika ingin masuk ke lift, tiba-tiba seorang maid mencegahku. Tentu saja aku heran karenanya. Tak biasanya salah satu dari mereka melakukan hal itu kepadaku.
"Maaf, Nona." Salah satu maid berkata padaku dengan takut-takut.
"Ada apa? Katakan cepat, saya mau tidur!" Aku menyahut dengan nada sedikit kesal.
"Tadi ada telepon untuk Nona. Dia bilang kalau Nona sedari tadi tidak mengangkat telepon darinya." Maid itu menjelaskan kepadaku.
Alisku terangkat satu. Telepon?? Si penelepon tahu nomor rumah ini?? Jangan-jangan yang menelepon adalah salah satu dari anggota klan, jadi dia menitipkan pesan ke salah satu maid yang ada!
"Dari siapa?" tanyaku penasaran.
Bisa gawat urusannya kalau yang menelepon salah satu pemimpin cabang distrik seperti papa! Panggilan masuk dari mereka berarti ada hal yang sangat penting dan tak boleh dilewatkan!
"Namanya Tuan Xander, Nona," jawabnya yang membuatku sontak memucat.
"Siapa? Tuan siapa?" tanyaku mengulangi perkataannya yang bagaikan petir di siang bolong bagiku.
"Tuan Xander, Nona. Dia juga berpesan agar Nona mengangkat telepon dan pesan yang dia kirimkan melalui ponsel," jawabnya lagi.
Wajahku mendadak pias. Damn! Bagaimana dia tahu nomor ponsel ini? Papa membelikan nomor khusus yang tak beredar di pasaran dan pria itu mengetahuinya?!
Seharusnya aku tak kaget, tapi berita tadi sungguh mengejutkan jantung ini!
"Terima kasih atas infonya," ucapku dengan suara pelan.
Aku jadi tak bisa tidur sekarang! Rasa kantuk yang ada jadi hilang, karena dia benar-benar mencari tahu tentang siapa diri ini. Sesama mafia, mencari informasi itu teramat mudah, apalagi berkaitan dengan musuh klan!
Aku bergegas masuk ke lift dan menekan tombol. Setelah lift tiba, diriku masuk ke dalamnya dan memencet angka dua dan pintu pun tertutup. Tubuh ini kusandarkan di dinding.
Lift pun sampai di lantai dua, kemudian pintu terbuka, sehingga diriku ke luar dari sana. Perasaan yang ada campur aduk: kesal, marah, kecewa bercampur jadi satu. Kedua kaki ini melangkah ke kamar.
Aku menekan beberapa angka kombinasi sebagai password, tak lama terdengar bunyi pintu berderit dan terbuka lebar di hadapanku. Tanpa menyia-nyiakan waktu, langsung saja masuk ke dalam dan menutupnya.
"Kenapa dia bisa tahu nomor ponselku? Okelah dia pasti memata-matai, tapi why must me? Apa istimewanya diriku? Sudah pernikahan adik sepupu menjadi headline di keluarga, sekarang aku yang diincar oleh klan The Black Dragon!" gumamku pelan seraya melepas high heel yang sedari tadi dikenakan, lalu meletakkannya di rak sepatu yang ada di situ.
Sejujurnya, diri ini bingung: dia mengaku tak bisa melupakan pertemuan pertama di Bandara Schiphol. Bagian mana yang membuatnya terkesan? Aneh juga pria itu! Aku menolongnya karena murni membantu, malahan dia jatuh cinta padaku!
Teringat pesan yang dikatakan oleh maid tadi. Pria aneh itu meninggalkan pesan agar aku mengangkat telepon dan mengecek pesan yang dia tinggalkan di ponsel. Saat di pesta, dia terus saja menempel di dekatku, sehingga membuat risih, siapapun yang melihat pasti menyangka bahwa kami berdua memiliki hubungan khusus. Sekarang malah melakukan panggilan masuk ke nomor pribadi!
"Apa maunya dia, sih? Mengganggu hidup orang lain saja! Bisakah kulaporkan dia ke polisi atas dasar menguntit? Tindakan dia itu sangat menyeramkan, mirip psikopat!" gerutuku yang tak habis pikir dengan ulah X.
Aku harus minta pertolongan Nyiku dan papa! Tak sudi rasanya bila diri ini membayangkan kalau menjadi kekasih, sekaligus istri seperti yang X katakan. Biar bagaimanapun, sekali musuh tetap musuh ! Papa akan membunuhku, karena dia sangat tak menyukai pria yang berseberangan dengan klan kami.
Diriku segera membuka koper dan mengambil baju ganti. Kuputuskan untuk berganti pakaian di bathroom saja. Tas diletakkan di atas meja nakas supaya mudah bila nanti menge-charge ponsel.
Aku segera masuk ke bathroom lalu membersihkan diri dan berganti pakaian. Tubuh terasa lengket padahal dress yang sekarang dikenakan adalah seragam untuk Bride's maid.
Setelah selesai, aku segera ke luar dan duduk di ranjang. Ku kuatkan hati untuk mengambil ponsel dan mengeceknya. Mataka terbelalak ketika melihat ada lima puluh missed call dari nomor asing yang sama dengan di taksi.
Ada dua puluh notifikasi pesan WhatsApp dan begitu kubuka, itu semua dari X! Salah satu pesan yang membuat takut berbunyi, 'Halo, Sayang. Kau menghindariku, ya? Aku tahu kau sedang berada di Yellow cab dengan nomor xxxxx, Am I right? Off course I am! Jangan coba-coba kabur dari pemimpin The Black Dragon, Kekasih. I always know what you do!'
Mata ini hampir saja basah karena air mata, tapi ku tahan. Tak sudi rasanya bila air mata mengalir hanya karena ancaman pria aneh itu! Kumatikan ponsel lalu mengambil charger dari dalam tas dan segera menge-charge baterainya yang tinggal lima puluh persen.
Kurebahkan tubuh ini di ranjang lalu memejamkan mata dan segera masuk ke dalam alam mimpi.
***
Arti bahasa asing
1. Nyi = Kamu
2. Nyi sit pao ma? = Kamu sudah makan nasi
3. Ngai sit pao lo = Aku sudah makan nasi
4. Ngai mo khon = Aku tidak lihat
5. Nyiku = Bibi kedua
6. Kamsia = Terima kasih
7. Yellow cab = Taksi kuning. Ini istilah yang dipakai untuk menyebut taksi yang ada di sana.
8. Maid = Pelayan
9. Security = Keamanan
10. Bride's maid = Pengiring pengantin