Ia membawa seorang gadis mengenakan pakaian sekolah lainnya. Rambut lurus sedikit bergelombang di bawahnya dan berwarna hitam gelap, pupil mata coklat bening yang indah, juga proporsi badan yang bagus. Gadis itu masuk bersamaan dengan Laki-laki berkaca mata.
"Pagi" Ucap laki-laki berkaca mata itu, aura berwibawanya terpancar di tengah ruangan kelas.
Seisi kelas pun membalas salam itu, lalu kembali duduk.
"Saya wali kelas baru dan disamping saya, murid dari kota sebelah. Sekolah ikut berpartisipasi, dalam rangka Student Exchange." Perjelas Laki-laki itu, sesekali melirik ke arah gadis di sampingnya.
Gadis itu tanpa disuruh, langsung memperkenalkan dirinya di depan ruang kelas dengan sangat percaya diri.
"Halo teman! Perkenalkan, Aku Audyba Rossalyne, panggil aja Biba." Ucapnya, sedikit gugup.
"Mohon bantuannya." Ucapnya sekali lagi, sedikit menundukkan badan dan kepalanya.
Auberon menatap serius gadis itu, seperti tak asing dengan suaranya.
"Maaf, ruang pertemuan dimana ya?"
Sekejap Auberon memiringkan kepalanya ke arah kiri dan sedikit menyipitkan kedua matanya.
"Oh, gadis gak sopan itu ya?"
Felix dan Tajio yang berada tepat di bangku depannya ikut kaget, dengan kalimat yang diucapkan Auberon barusan.
Sial, ternyata gadis tidak sopan itu mengarah ke bangku tempat Auberon duduk, pasalnya memang hanya Auberon saja yang duduk sendiri tanpa pasangan teman sebangku.
"Aku duduk disini ya? salam kenal, Auberon?" Ucap gadis itu berdiri disamping bangku Auberon.
"Auberon,"
"Ck, lagi-lagi suara itu. Ya! Silahkan." Jawab Auberon terpaksa.
"Kenapa?" Tanya gadis itu memperhatikan Auberon.
"Sial, salah bicara kan." batin Auberon sedikit melirik gadis itu.
"Ngomong-ngomong, tau dari mana namaku?" Tanya Auberon menghadapkan badannya ke arah gadis berambut hitam gelap.
"Name tag mu, kenalin aku Biba." Ucap gadis itu, matanya melirik ke arah name tag Auberon dan sedikit tertawa kecil.
Auberon hanya ber-oh kecil.
"Maaf, untuk teman mu yang tadi pagi. Aku terburu-buru." Ucap Biba sedikit berbisik. Seraya duduk di samping Auberon.
Auberon tidak merespon, ia mulai sibuk berpacaran dengan buku dan kedua alat tulis diatas mejanya itu.
***
Tak kunjung di balas, audyba kembali fokus ke arah papan tulis hitam.
Suasana kecanggungan mereka di satu bangku sangat terasa. Sesekali saling melirik, tetapi masih terlihat percikan gengsi di dalam perasaan mereka.
Tidak lama setelah itu.
"Ini bukannya penghapusku? kenapa disini tertulis atas namamu?!" Teriak Biba kesal.
"Ini penghapusku!" Jawab Auberon tak terima.
"Yang ini penghapusmu!" Ucap Biba, seraya mengambil penghapus yang sekilas mirip dengan penghapus miliknya.
Auberon terdiam sebentar. Kembali melirik wajah kesal gadis disampingnya, sambil memegang penghapus yang dibawanya.
"Ya, maaf." Ucap singkat Auberon, yang baru sadar, lalu mengembalikan penghapus itu kepada gadis disampingnya.
Kemudian Audyba dengan santainya juga menuliskan namanya pada penghapus milik Auberon.
"Apa yang kamu lakukan?!" Tanya Auberon, keningnya mengkerut.
"Maksud kamu biar impas?" Ucap Auberon lagi dengan pasrah.
"Biar kamu ingat namaku, Auberon." Balas Audyba, yang sedang asik menuliskan namanya.
.
.
Terima kasih, sudah membaca–!