Happy Reading–!
KrinNGG!!!
Bunyi bel pulang sekolah.
"Diingatkan kembali, untuk besok harus sudah ada daftar yang mengikuti lomba!" Perintah Laki-laki berkaca mata, seraya keluar dari ruangan kelas.
.
.
Seisi ruangan kelas kembali meributkan topik yang diucapkan guru tadi. Murid-murid berkumpul. Perempuan ber-identitas sebagai ketua kelas, mengambil secarik kertas putih dan satu buah bolpoin hitam. Satu persatu mengajukan namanya. Besok, Sekolah mengadakan acara untuk perpisahan student exchange. Termasuk hari terakhir Audyba. Di ujung bangku terlihat gadis yang akrab dipanggil Biba. Parasnya seketika murung.
"Makasi teman-teman, untuk 5 harinya." Ucap Biba malu-malu, kepada 2 temannya di bangku depan dan Auberon yang berada di sampingnya.
"Hey! Kok cemberut? kapan-kapan kita main bareng deh!" Jawab Felix, badannya mengarah ke belakang bangku.
"Haha, perasaan baru kemarin nabrak aku." Sahut Tajio melirik ke arah Audyba.
Audyba menghela nafasnya, sesekali melirik laki-laki disampingnya.
"Ron," Bisik kecil Audyba, tangannya seraya mengetuk bahu Auberon ragu-ragu.
Audyba kembali menarik nafasnya pelan. Lalu, mengehembuskannya keras seperti mengodekan sesuatu. Audyba kembali memperhatikan laki-laki berhati dingin di sampingnya yang dari tadi sangat fokus pada sebuah buku berwarna coklat yang dipegangnya.
"Kamu mau aku ikut lomba apa?" Tanya Auberon tiba-tiba. Ia menutup bukunya. Lalu, kedua mata mereka saling bertemu.
Audyba tercekat dengan omongan yang dilontarkan Auberon kepadanya.
"Kamu, senang ya?" Tanya Audyba memalingkan kedua matanya.
"Tidak juga, kenapa? kamu tidak rindu dengan temanmu?" Jawab Auberon.
Balas Audyba dengan tersenyum.
"Auberon, untuk hari terakhir, boleh? aku minta satu permintaan?" Tanya Audyba melirik temannya kembali.
"Tidak."
"Yah, yasudahlah." Balas Audyba, mimik mukanya kembali murung.
"Suka Basket atau Sepak Bola?" Sahut Tajio tiba-tiba.
"Lebih suka baske— "
"Oke! sudah aku pastikan, kali ini akan memenangkan lomba basket untukmu." Ucap Tajio menyipitkan mata sebelah kanannya sambil memegang pundak sebelah kanan Auberon.
Audyba kembali terdiam sebentar. Badannya terpaku. Gadis itu memegang erat tali tasnya. Sesekali menoleh ke arah Tajio juga Auberon.
"Capek, menang lagi." Ucap Auberon, sedikit menyombongkan dirinya.
"Masa si? tunjukin." Balas Audyba, mimik mukanya kembali senang.
"Tapi kenyataan, biba." Sahut Felix, berada di depan bangku.
Kedua ujung bibir Audyba kembali naik.
"Ini janji?" Tanya Audyba.
"Menurut kamu?" Ucap Auberon seraya meninggalkan Audyba. Laki-laki bertubuh tinggi menuju ke arah gadis ber-identitas ketua kelas itu. Lalu, mendaftarkan namanya.
-–—0o0—–-
Keesokan Paginya di sekolah.
Terik matahari yang menyinari seluruh lapangan ber-cat hijau dan merah bata nan luas di tengah gedung sekolah bertingkat. Ramai sorakan penonton terdengar dari pinggir lapangan. Tiba saatnya perlombaan Basket di mulai. Terpampang deretan laki-laki mengenakan kaos basket berwarna hitam dan berwarna hijau, yang memasuki lapangan perlombaan, tubuhnya yang tinggi dan wajah yang menawan. Diantara salah satunya yang paling menonjol, tentu saja si pemeran utama, Auberon.
Sorakan-sorakan dari pinggir lapangan, dominan terdengar nama Auberon. Selang beberapa menit, wasit melemparkan bola keatas, penonton sedikit tegang dan mulai hening. Bola pertama jatuh direbut,
Sebelum lomba dimulai. Flashback on
Belakang Lapangan,
"Auberon," Panggil gadis berkaca mata. Lalu, menekan beberapa kali punggung belakang Auberon pelan.
Auberon membalikkan badannya. Sedikit bingung.
"Semangat!" Ucap gadis itu malu-malu, kedua tangannya bersembunyi dibelakang tubuhnya.
Auberon masih diam tak merespon. Gadis itu, cepat-cepat memalingkan wajahnya dan seraya meninggalkan Auberon.
"Siapa?" Tanya Auberon, menarik pergelangan tangan si gadis, membuat gadis itu berhenti melangkah.
Gadis berkaca mata dan lugu itu dengan otomatis membalikkan badannya, sesekali memalingkan wajahnya.
"Audyba?" Tanya Auberon sedikit ragu.
"Bukan, ma—" Jawab gadis itu terputus.
Mulutnya terbungkam, kedua mata gadis itu melebar tak percaya. Jari telunjuk Auberon mengenai bibir kecilnya. Auberon mendekatkan wajahnya ke arah gadis itu.
Auberon smirk kecil.
"Benarkan?" Ucap Auberon, kembali menjauhkan wajahnya dari gadis itu.
Gadis itu masih kaget. Kedua tangan gadis itu menutupi wajahnya penuh.
"Maaf, aku kelewat ganteng ya?" Ucap Auberon santai.
"Dih gak!" Jawab gadis itu meninggalkan Auberon.
"Makasih, Audyba!" Teriak Auberon dari kejauhan.
.
.
Flashback Off
Audyba POV
Sejak kapan sih, laki-laki bernama Auberon itu menjadi dekat denganku seperti ini? Laki-laki berhati dingin seperti dia bisa meluluhkan, mencairkan ice cream manis sepertiku. Haha. tidak.
Tadi, sebelum acara lomba basket di mulai, tidak tahu mengapa aku mencarinya dan mengatakan hal menjijikan seperti itu? "Semangat!" Sungguh, jawaban dari dia pun diluar eskpetasiku. Aku masih tercekat dengan semua omongannya tadi. Se-tahuku dia itu dingin, irit ngomong. Sudah pergi dari tempatnya pun, aku masih memikirkannya. Sudah gila. Ahgggggg, pikiranku kemana-mana.
Aku menuju ke arah lapangan basket, membawa banner kecil bertuliskan namanya, berkumpul di salah satu banyaknya gerumunan penonton. Lebih tepatnya, sekarang aku sedang berdiri dipinggir lapangan menunggu lombanya dimulai.
Audyba POV end
Wasit melemparkan bola keatas, penonton sedikit tegang dan mulai hening. Bola pertama jatuh direbut, oleh Auberon tentunya. Perlombaan pun berlangsung. Terlihat ekspresi penonton yang berbeda-beda. Beberapa sorakan-sorakan yang saling bersautan dari penonton yang tak kalah seru. Di setiap pinggir lapangan terdapat banner bertulisakan nama kelas.
Tidak lama, grup basket Auberon mencetak skor pertama. Semua penonton berseru, berteriak senang dan heboh. Di samping itu, beberapa penonton kecewa.
.
.
.
Sudah babak terkahir. Tentu saja, jika dilihat tinggal 1 poin lagi untuk kemenangan grup Auberon.
Laki-laki betubuh tinggi, si pemeran utama bercucuran keringat dan semangat yang membara, Ia membawa jauh bola, memasukan bola ke dalam ring berkali-kali. Kedua matanya menjadi ganas.
Auberon mengibaskan rambutnya.
Ramai gadis-gadis ter-melongo melihat laki-laki itu.
"Ganteng," Ucap Audyba.
"Heh! ngomong apa." Ucap Audyba lagi, menyadarkan dirinya. Tangan kanannya memukul bibirnya.
***
Selang beberapa menit, para penonton menjadi sangat tegang, laki-laki pemeran utama itu berlari menuju ring lawan, me-mantulkan bola dan akhirnya berhasil memasukan bola ke dalam ring. Permainan pun selesai dan di menangkan oleh grup Auberon.
Semua penonton bersorak kencang. Laki-laki bertubuh tinggi itu berdiri di tengah lapangan, kedua matanya terus saja memandangi keseluruh pinggir lapangan. Memperhatikan orang-orang dengan serius.
"Itu Audyba." Ucap Tajio menunjuk ke arah sudut kanan lapangan.
Auberon diam-diam tersenyum saat melihat gadis berkaca mata di sudut kanan lapangan, sedikit berjinjit sambil memegangi banner bertuliskan namanya.
"Apaan sih." Jawab Auberon seraya meninggalkan lapangan.
"Aku beritahu, gausah gengsi." Ucap Tajio, melirik Auberon.
Auberon melirik balik Tajio, laki-laki itu mengisyaratkan untuk kabur darinya. Jika tidak, sudah habis ditangannya. Tajio yang mengerti kode dari Auberon dan langsung saja kabur dari tengah lapangan menuju ke pinggir lapangan, mimik wajah tajio seketika berubah panik.
***
"Aku gak bakalan bosen kalau Auberon menang pertandingan basket." Ucap penonton tepat di sebelah barisan Audyba.
"Tapi, liat gak? tadi Auberon kayak nyari orang gitu?" Sahut temannya.
"Hah, iya sepertinya." Balas orang itu.
Audyba yang mendengarnya, tersenyum lebar. Jantungnya tiba-tiba meledak tak karuan, mengingat adegan tadi, sebelum lomba dimulai.
Kedua telinga Audyba memerah. Tidak lama ia juga merasakan wajahnya menjadi sangat panas, ia pun memutuskan untuk keluar dari barisan lapangan.
Audyba melangkahkan kakinya menuju gedung sekolahnya, terlihat banner yang masih tergenggam pada tangan kirinya.
"Aku menang," Ucap Laki-laki bertubuh tinggi, menarik pergelangan tangan Audyba yang sembari memasuki gedung sekolah.
Audyba otomatis membalikkan badannya.
"Tauuu.." Jawab Audyba menatap penuh laki-laki di hadapannya sekarang.
"Mau aku traktir apa?" Tanya Audyba seraya melepaskan tangan laki-laki itu dari pergelangannya.
"Gak usah."
"Makasih, semangatnya." Ucap laki-laki itu memandangi netra coklat milik Audyba.
Kedua telinga Audyba memerah lagi. Diam-diam gadis itu memalingkan wajahnya.
"Sama-sama, Auberon."
"Besok, sudah tidak ketemu." Ucap Auberon tiba-tiba.
"Iya, begitulah.." Jawab Audyba mimik mukanya kembali lemas.
"Yasudah, jaga diri baik-baik." Ucap Auberon tersenyum ke arah gadis didepannya itu.
Audyba hanya terdiam.