Hari berganti bulan, bulan berganti tahun. Tak terasa Timmy kecil kini sudah berumur 11 tahun, dia tumbuh besar di bawah asuhan dan tanggung jawab bibi Merry.
Ia tumbuh menjadi anak tidak begitu ceria dan sukar untuk bergaul, ia lebih suka menghabiskan waktu sendirian, sibuk melakukan kegiatan yang dia sukai sedari kecil yaitu menggambar.
Setelah kepergian mendiang ayahnya Josh (*baca bab sebelumnya) ada sesuatu yang sedikit mengganjal bagi bibi Merry. Hal itu adalah Timmy sukar untuk berinteraksi dengan sesamanya dan berubah dari anak yang ceria menjadi lebih pendiam dan dingin. Mungkin itu semua pengaruh dari semua kejadian yang ia alami sebelumnya. Bagaimana tidak, seorang anak yang sudah tidak memiliki ibu sedari ia umur 2 tahun, kemudia dia harus kehilangan ayahnya pula di usia nya masih terbilang usia yang sangat muda yaitu 5 tahun.
Walaupun dia memiliki bibi Merry, mungkin rasanya jauh berbeda dengan memiliki orang tua.
Ucapan orang-orang di sekitarnya pun lah yang membuat dia semakin lama menjadi berubah, berubah menjadi sosok yang pendiam.
Tetapi di balik itu semua bibi Mery menyadari satu hal, dia mengetahui bahwa Timmy berbeda dari yang lain. Anak itu memiliki keistimewaan yang tidak di miliki anak-anak lain, yaitu dia bisa melihat makhluk yang tak kasat mata.
Seperti yang baru saja terjadi, ketika bibi Merry mempergoki dia tengah berbicara pada seseorang di ruang keluarga, dan bibi Merry mencoba menguping percakapan apa yang di bahas Timmy.
Dia mendengar Timmy berkata "hahaha...apakah benar itu? Aku tidak menyangka bibi Merry memiliki sifat konyol seperti itu"
Bibi Merry yang terkejut, secara spontan bertanya pada Timmy.
"Tim sayang...kamu sedang berbicara dengan siapa? Apakah kau sedang menelpon?"
"Oh...tidak bi, aku tidak sedang menelpon, aku sedang berbincang dengan temanku." Ucapnya yang tidak berusaha menjelaskan lebih jauh lagi siapa temannya itu.
Bibi Merry yang semakin tua dan renta itu merasa jika dia tidak berhak mencampuri urusan Timmy, karena ketika itu ekspresi Timmy memperlihatkan bahwa dia tidak ingin di cerca banyak pertanyaan. Tetapi seperti biasa, Cepat atau lambat Timmy akan menceritakannya ketika dia merasa waktunya sudah tepat. Mungkin dia tidak ingin menakuti seorang yang sangat berharga untuk dia.
•••
Tiba saatnya mereka untuk makan malam dan Timmy mulai membuka percakapan, awalnya hanya percakapan biasa. Dia bercerita bagaimana dan apa saja yang dia lakukan di sekolah, membahas tugas nya dan akhirnya terlontarlah pernyataan yang membuat hati bibi Merry bergetar dan ketakutan di saat yang bersamaan.
"Bibi...aku tau dulu kamu tidak selembut sekarang, dulu kau selalu mengomel pada hal sekecil apapun, bahkan ketika makan malam jika ada sup yang menetes di meja kau akan segera mengomel seperti bebek tua...hahahaha setidaknya itu yang dikatakan Henry padaku."
Sesaat jantung bibi Merry serasa berhenti, mendengar nama yang di sebut oleh Timmy.
"Tim...apakah kau tahu, siapa henry itu?" Tanya bibi Merry kepada Timmy.
"Yupp...dia seseorang yang berbicara denganku tadi siang di ruang tengah. Dia sangat lucu, dia menceritakan mu seolah-olah dia mengenalmu sejak lama." Jawab Timmy.
"Timmy.. dengarkan bibi baik-baik..." bibi Merry menarik nafas panjang untuk membuang rasa takutnya.
"Henry itu...adalah pamanmu, tetapi dia sudah meninggal, saat kau berumur 3 tahun. Dia adalah mendiang suami bibi, mulai nanti berhentilah berbicara dengannya. Kamu dan dia berbeda dunia, kau harus mulai membatasi dan mengontrol kemampuanmu itu nak. Berjanjilah pada bibi jika kau tidak akan berbicara pada makhluk seperti itu atau makhluk lainnya." Ucap bibi Merry kepada Timmy seraya menegaskannya untuk tidak bermain dengan roh atau makhluk gaib lainnya.
"Baiklah bi.. Maafkan aku, aku hanya ingin menyampaikan bahwa henry sangat mencintaimu. Hingga saat ini dia tak pernah sedikit pun meninggalkan bibi walaupun sudah berbeda alam. Dia masih selalu menjaga dan mengawasimu, bahkan ketika kau tidur.." ucap Timmy sambil menyelesaikan makan malam nya, lalu membereskan mangkuk dan piring yang ada di meja. Dia berlalu begitu saja dan berjalan menuju kamarnya.
Mendengar penjelasan Timmy, ada rasa haru dan takut bercampur disana. Bagaimana bisa hal seperti itu terjadi padanya, dia berfikir bagaimana bisa tenang untuk kedepannya setelah mengetahui bahwa dia selalu di awasi oleh roh halus mendiang suaminya, bahkan ketika dia tidur.
•••
Suasana rumah menjadi berbeda setelah mengetahui semua fakta yang di tuturkan oleh Timmy. Bibi Merry jadi selalu merasa jika dia sedang di perhatikan oleh sesuatu yang berada di ujung ruangan. Bahkan ketika dia mencoba untuk tidur, dia merasa sesuatu sedang meperhatikannya dari dekat, bahkan seperti di pelototi.
"He...henry... Jika memang benar kau di sana. Aku mohon, jangan menggangguku atau memperlihatkan wujudmu. Buka aku tidak rindu, tetapi dunia kita sudah berbeda" ucap bibi Merry yang sedang berbaring sambil menatap langit-langit kamar. Sambil bergetar, dia menarik selimut sampai menutupi dadanya, dan hanya tersisa kepalanya saja yang tidak tertutup. Tiba-tiba dia merasakan angin yang bertiup di dekatnya lalu mendengar bisikan yang sangat halus.
"Maaf..."
Bibi Merry yang terperanjat kaget, dia bangun dari ranjangnya dan bergegas menuju kamar Timmy.
"Tim... biarkan bibi tidur dikamarmu ya, untuk hari ini." ucap bibi Merry seraya mengetuk pintu lalu membuka pintu kamar Timmy.
"Baiklah bi, kebetulan aku juga tidak bisa tidur." Jawab Timmy.
Lalu bibi Merry mengeluarkan kasur lipat yang dia simpan di lemari baju Timmy dan membentangkan nya di lantai, karena kasur Timmy terlalu kecil untuk mereka berdua gunakan.
Bibi Merry pun tertidur tanpa menyadari bahwa sedari tadi ada yang memperhatikan nya dari dalam lemari yang pintunya sedikit terbuka. Makhluk berkuku tajam, bermata merah dan memiliki rambut yang panjang dan kusut. Mencoba keluar dari lemari, merangkak menuju bibi Merry yang mulai tertidur pulas.
"Ssttt...jangan berisik, jangan ganggu dia. Dia sangat kelelahan. Esok akan aku kembalikan rumahmu. Jangan khawatir."
Setelah mendengar ucapan Timmy. Makhluk itu kembali merangkak masuk kembali kedalam lemari, tanpa menyentuh bibi Merry sedikitpun. Timmy yang lega melihat itu, dia mencoba untuk tidur dan berdoa.
"Selamat malam bi, mimpi indah." Dan Timmy pun memejamkan matanya.
•••
( BERSAMBUNG )
•••
AUTHOR NOTE :
Cerita ini lanjutan dari bab sebelumnya yaa..yang judulnya "Anak laki-lakiku" di sarankan baca bab sebelumnya, agar alur dan ceritanya bisa di pahamj dan di mengerti.
Untuk sementara tidak update kisah horro nyata yaa.
Karna author sedang ingin menyelesaikan Seri
"Anak laki-lakiku" agar lebih berkesan dan pembaca tidak penasaran dengan apa yang terjadi pada Timmy kecil.
Ikuti terus ceritanya ya.. Update 1 minggu 3x.
Trimss.. 😊