Sunyi... dunia yang begitu sunyi, untuk seorang gelandangan. Kemana aku akan pergi, aku tidak tahu. Sudah hentikan, aku lelah terus berjalan tanpa arah. Hari juga hampir gelap, matahari ditutupi bangunan besar, kacau, aku tidak bisa memandangi senja. Melihat ke arah kiri terdapat jembatan yang begitu besar dan tinggi. Ya, aku pasti bisa melihat senja dari jembatan itu.
Indah (berkaca-kaca), sungguh indah... hiks.... Luka yang begitu dalam masih belum kuterima, kenyataan yang begitu pahit. Itulah alasan mengapa aku lari dari mereka, jangan terlalu jauh aku merindu, sulit bagiku untuk menerima kenyataan. Hiks... hiks... indah... senja itu sangat indah... hatiku jadi sakit... hiks....
"Benar, sunset itu sangat indah dan kuharap aku bisa menggapainya!" ucap seorang wanita berambut pendek sambil menulurkan tangannnya ke arah senja. Sunset?
"Eh.."
"Hai! Perkenalkan aku Jojo!" sapa wanita itu tersenyum padaku.
"Oh, aku Zayn," jawabku singkat.
"Zayn? Huaahh.. nama yang keren... dan viral, hahaha." Tertawa.
"Viral?" tanyaku heran.
"Iya, jika namamu Zayn itu berarti kau orang termiskin di dunia itu kan? Siapa yang tak mngenalmu? Haha" tawanya lagi.
"Oh.. jadi viral itu terkenal yah! Hmm," balasku.
"Eh... jangan bilang kau tidak tahu apa itu viral, tapi gak heran sih, karena kau juga tak berpendidikan, sayang sekali ya pa.." kuputuskan ocehannya.
"Pergilah! Aku tak suka peganggu!" usirku.
Siapa peduli viral dan pendidikan, bahkan asalku bukan dari dunia ini. Entah kenapa rasanya isi kepalaku semakin menyusut, apa yang terlupakan? Auh... kepalaku sakit, seperti tertusuk jarum dengan pelan.
"Hei, kau kenapa? Hei... hei... tolong!!!" teriak wanita itu.
Kenapa? PITAM...
***
Di mana aku? Ke.. kenapa! (melotot ke langit-langit). Sunset hayalan, hasil seni dari tangan manusia, namun tampak begitu nyata. Eh, memangnya di mana ini, kenapa rasanya aku tertidur di atas kasur yang empuk (lirik ke kanan), eh... apa? Ke.. kenapa wanita itu tidur di sampingku, ke.. kenapa?
Deg.. deg...
Auh, kepalaku masih nyeri, tapi aku harus pergi dari sini.
"Eh, kau mau kemana?" Wanita itu terbangun saat aku hendak pergi.
"Bukan urusanmu!" jawabku tak acuh.
"Berhenti! Jangan pergi!" cegah wanita itu.
Apa-apaan dia, kenapa memaksaku tinggal. Tidak ada guna, dia bukan siapa-siapa.
"Hei, kau tidak dengar? Aku bilang tetaplah tinggal!" dia masih memaksa.
Aku tidak peduli. Aku melangkah lebih cepat.
"Kau tidak punya tempat tinggalkan?"
Seketika kakiku berhenti merenungkan kata itu. jangan pedulikan Stefan, dia hanya penghalang bagimu.
"Ya. Jadi, kau ingin menawarkanku tinggal di rumahmu karena begitu malangnya nasibku, lalu kau bisa mengumumkan kepahlawananmu pada semua orang agar menjadi lebih terkenal dan mempermalukan harga diriku, bukankah begitu?" lantakku jelas.
"Bukan, itu tidak benar, aku sama sekali tidak bermaksud demikian, hanya saja..." putus.
"Tapi begitulah caraku memandangimu, karena itu... jangan lakukan!" perintahku tegas.
"Tapi.."
Tak peduli ucapannya, aku pergi dengan cepat dan menghilang darinya. Tak ada yang harus di pedulikan, aku berharap menghilang dari dunia ini, aku harap aku menghilang...
Auh... kepalaku kembali kesakitan, sakit sekali auh.. terus berjalan, ayo! Auh.. aku tidak sanggup lagi, tubuhku sudah tak kuat lagi, apa aku akan mati disini?
"Tanpa arah, ulurkan tanganmu!"
Ha? Tangan itu...
***
Sunset!
"Kau sudah sadar? Kepalamu masih dalam perawatan, dokter bilang kau akan segera sembuh. Tapi kau tak boleh memaksakan diri seperti tadi, sangat berbahaya. Ku mohon dengarkan aku sekali saja, tetaplah tinggal di sini!" harap wanita itu dengan mata berkaca-kaca.
"Kenapa? Kenapa kau ingin aku tinggal di sini?" tanyaku heran. Sepertinya benar wanita ini tidak berniat berbuat jahat, namun pasti ada maksud lain.
Wanita itu terdiam menunduk sedih. "Sejak kecil orang tuaku tak pernah memperdulikanku. Sibuk, pekerjaan menumpuk, tak punya waktu, jangan bicara! Hanya itu ucapan mereka setiap kali aku mencoba mengobrol. Padahal, aku hanya ingin menanyakan kabar mereka, hanya itu. Apakah mereka baik-baik saja atau sakit, dan bila aku sakit... (meneteskan air mata) mereka tak pernah menjengukku, mereka tak akan datang, tak akan pernah, bahkan bila aku mati tak ada yang peduli hal itu.
Karena itu, aku melihat sunset seperti memanggil diriku, mengajakku untuk berbahagia bersamanya. Tapi aku takut, aku terus berharap berkumpul bersama keluargaku dan yakin hal itu pasti akan datang. Aku yakin! tapi... hiks... lihatlah diriku, aku kesepian dan tak punya teman. Bukan mereka tak ingin berteman denganku, hanya saja aku tak bisa berteman dengan mereka yang selalu membicarakan kehangatan yang mereka dapatkan dari orang tua mereka."
Jadi begitu, tidak semua orang kaya bersikap sombong seperti yang Apha ceritakan, ada juga orang kaya baik namun kesepian sepertinya. Niatnya hanya ingin memiliki seseorang yang berada di sampingnya, itulah mengapa dia memilihku, karena dia melihatku sama kesepian sepertinya.
"Jadi kau ingin aku tinggal bersamamu hanya untuk menghilangkan rasa kesepianmu dan bermain bersamamu?" tanyaku.
"Iya!"
"Kau salah memilih orang, aku bukan orang yang bisa membuat siapaun bahagia, dan aku tak punya teman karena aku tak suka berteman," jelasku.
Wanita itu menunduk lagi. "Kalau begitu setidaknya kau mau, aku tak akan memaksamu berteman denganku atau berbicara padaku, hanya kuharap... kemanapun aku pergi seseorang selalu ada di sampingku, lagi pula kurasa kau tak punya tempat untuk pulang."
Kata-kata itu... mengingatkanku akan kenangan masa lalu, bersama...
"Kau tidak mau yah?" sedih wanita itu melihatku menunduk karena memikirkan masa lalu yang berujung pahit.
"Baiklah, jika itu yang kau mau, asal jangan terlalu jauh meminta!" balasku pasrah.
"Kau serius? Wah.. akhirnya aku tak sendirian lagi, aku tak sendirian lagi!" teriak wanita itu bahagia.
Wanita itu begitu senang dan tersenyum lebar, lucunya aku terus memandangi gaya rambutnya yang aneh. Pendek dan menggemaskan. Syukurlah dia mendapatkan apa yang dia inginkan, walau sedikit.
"Oh ya, aku lupa namamu, siapa?" tanyaku.
"Aku Jojo!" serunya.
"Jojo, bisakah aku beristirahat sebentar!"
"Ya tentu, aku akan kembali ke kamarku tepat di sabelah kamarmu, jika kau butuh sesuatu pencet saja tombol di sampingmu dan katakan apa yang kau butuhkan!" ucap Jojo jelas.
"Baiklah," balasku.
"Tidur yang nyenyak dan sampai jumpa besok!" ucapnya sambil pergi dengan riang.
Aneh, dia melakukan hal ini padaku, itu sama seperti dia telah membantuku secara tidak sengaja, tapi aku malah bersikap buruk sejak awal. Ya.. padahal tadinya aku sempat berpikir mungkin aka akan tidur di bawah jembatan atau di atap bangunan yang dingin. Malam ini aku bisa tidur dengan nyenyak di kasur yang besar dan nyaman, senyumku di malam hari, tidurkan aku dengan nyenyak!
***