{Air}
Sekarang aku berubah lagi. Namaku Amoi 10 tahun, gadis cantik bemata mata biru, kelemahanku adalah tidur di siang hari. Padahal aku selalu merasa nyaman dengan tubuhku yang sebelumnya, entahlah tubuh baru ini bisa membuatku nyaman atau tidak. Aku seorang wanita sebaya Moin-Moin, mungkin menjadi sahabatnya lebih dari cukup.
Dulu, saat aku berada di hati Moin-Moin, setiap hari aku membaca pikirannya dan menelaahnya menjadi banyak makna, yang di pikirkan manusia semestinya. Terkadang, aku berharap lebih konyol. Jika aku terlahir sebagai manusia, bisakah aku menjadi lelaki saja. Aku ingin mendapingi Moin-Moin, bagiku Moin-Moin adalah duniaku.
Baiklah, aku rasa tidak ada yang perlu dipahami dari kehidpanku, karna bagaimanapun kau mendangkal, kehidupanku bukanlah kehidupanmu.
Lebih baik aku pergi menemui Moin-Moin. Seperti biasa, setelah menghilang aku selalu terdampar sangat jauh dari sebelumnya. Perjalanan yang tidak melelahkan jika kupertaruhkan untuk Moin-Moin.
Dalam perjalanan jauh dengan kakiku yang kecil, sangat melelahkan jika memaksakan diri. Lebih baik aku beristirahat sebentar. Beristirahat di bawah pohon sambil menikmati syair lagu dari pohon-pohon besar dan pohon kecil, mereka seperti sedang berlatih untuk pentas seni musik di panggung besar.
***
"Sayang, kau tahu aku pernah bermimpi memberi nama anak kita 'Buth Stefan', bagaimana menurut mu?"
Se.. seorang wanita mengandung dan pangeran, istana, prajurit bahkan pelayan, aku berada dalam kamar istana. Tapi, mengapa mereka tidak melihatku, aku harus keluar dari kamar ini (berbalik).
"Hahahaha .... kau pikir kau mau kemana hah! Hidupku hancur karna dirimu dan sekarang kau pantas menerima hukuman! Haaakkk...." Tidak ... seorang penyihir mengarahkan sihiran itu padaku, aaaa ....!
A... apa, sihirannya tembus? Sihiran itu tertuju pada kandungan wanita berambut panjang, wanita itu menjerit kesakitan, bahkan urat lehernya berdiri tegang dan wanita itu menghilang secara perlahan tepat dihadapanku. Tunggu, sepertinya aku mengenal wanita itu, hah .... bukankah dia wanita yang ku jumpai minggu lalu? Saat senja di jembatan kayu dan tangisannya.
Aku ingat perkataannya saat itu, "Aku sendirian dalam waktu yang lama, aku ingin menyusul samiku, namun aku belum sempat melihat putraku. Heks... heks... putraku yang malang, seharusnya aku melindunginya tapi aku tidak bisa melahirkannya, aku menitipkannya pada orang lain, aku... heks... heks..." begitulah ucapannya saat itu.
Aduh kakiku tidak bisa bergerak. "Tolong! Keluarkan aku dari sini, tolong...! Apa kalian tidak mendengarkanku? Aku minta tolong ..."
Aaaa ....! hh... hh... apa, hanya mimpi. Rasanya seperti benar-benar terjadi, tidak mungkin benar, ini hanyalah mimpi yang mengerikan. Awh, kakiku benar-benar sakit, sudah berapa lama aku istirahat di sini. Awannya mendung, lebih baik aku mencari tempat berteduh.
Hujannya deras sekali, semoga Moin-Moin baik-baik saja. sudah gelap, aku merasa bulu keningku merinding. Perubahan tubuh yang baru juga mempengaruhi kebiasaan tubuh itu sendiri. Dengan tubuh ini aku jadi mudah takut, sesuatu yang terbayangkan adalah makhluk buas yang datang menerkamku di malam hari. Rasa takutku menjadi-jadi, sekarang aku harus bagaimana?
Gua dan cahaya biru bersinar dari bawah bukit, aku tidak tahu cahaya apa itu, lebih baik aku bermalaman di sana. Saat memasuki gua tersebut aku hanya fokus pada asal-usul cahaya biru itu. Aneh sekali, dari jauh cahaya itu terlihat besar dan begitu terang, tapi saat aku masuk ke gua rasanya tidak ada apapun yang bercahaya.
Aku menemukan titik cahaya tersebut, ternyata cahaya itu berasal dari pantulan mata air. Air yang tergenang dalam panci tua memberikan cahaya biru pada langit-langit gua. Pantas saja cahayanya aneh. Tunggu, aku rasa cahaya itu tidak berasal dari mata air, tapi dari langit-langit gua itu, sepertinya ada sesuatu di atas gua.
Aku mencoba melompat dan menoleh tangganku ke sela-sela yang memancarkan cahaya tersebut. Aku mendapatkannya, sebuah kalung mutiara biru. Waw ... sangat indah, cahayanya berkedip-kedip seperti lampu yang ingin padam. Menurutku ini mutiara asli, berat dan berkilat. Aku yang mendapatkannya mungkin sudah takdirku memilikinya. Aku pakai saja, sekarang kalungku ada dua, kalung identitas Amoi dan kalung mutiara biru.
Sudah gelap sekali, lebih baik aku beristirahat di sini dan mentup mataku, sebelum roh manusia bergentayangan dimana-mana.
***
Di mana aku? Hutan, laut, tandus, semuanya bergantian. Istana? Tidak, aku pasti bermimpi lagi.
"Tuan Putri, hari ini kita akan ke Istana Konai, bukankah kita sudah membicarakannya kemarin? Apa Tuan Putri sulit untuk memilih gaun? Hahaha, baiklah biar Bibi bantu, ya!" seorang pelayang istana berbicara padaku.
"Apa? Bibi bisa melihatku? Apa maksudnya Tuan Putri dan istana?" aku heran dan penuh pertanyaan.
"Jadi Tuan Putri masih marah ya pada Raja, karena tidak diperbolehkan bermain dengan Pangeran Cristal?"
"Pangeran Cristal?" Bukankah Cristal itu tubuh manusiaku yang kedua, jadi tubuhku saat itu adalah seorang pangeran! Tidak dapat dipercaya, sekarang aku mengerti, semua ada kaitannya dengan masa lalu.
"Maaf Tuan Putri, sudah saatnya kita berangkat," ucap seorang Pengawal istana.
Sepanjang jalan aku hanya terdiam. Sampai di Istana Konai, persis seperti mimpiku saat itu, ternyata mereka adalah Pangeran Buth dan Putri Katrinei, ini adalah pesta perayaan hari dimana Putri Katrinei mengandung. Pesta yang meriah dan megah hingga penjuru dunia ikut serta berbahagia.
Waw, makanan istana benar-benar lezat, sayangnya tubuhku sekarang sangat kecil dan tak mungkin aku dapat memakan semuanya.
"Hei... Hei... Amoi! Peks...!" Sepertinya seseorang memanggilku dari bawah meja makan.
"Aaaa...." Aku sangat terkejut ketika melihat seorang anak yang memanggilku dari bawah meja.
"Uuusss... jangan teriak nanti ketahuan, ayo kemari!" ajaknya. Benar apa yang dikatakan bibi pelayan, dia adalah temanku, Pangeran Cristal.
"Hai!" aku menyapanya ramah.
"Ayolah Amoi... kau tidak perlu takut pada ayahmu, sekarang kita di bawah meja, kau ingat apa yang kita bicarakan tentang pesta kemarin, 'Jangan makan sepuasnya, tapi makan semuanya'. Hahaha ... sekarang tidak ada yang akan menghentikan kita, ayo makan semuanya!" ucap Pangeran Cristal. Jadi seperti inikah wujud aslinya, sangat tampan.
"Bolehkah aku meminjam tubuhmu?" Tunggu, aku bicara apa.
"Apa?"
"Oh tidak!" Jangan sampai dia curiga padaku.
"Apa kau kenyang?" tanyanya.
"Ia benar, aku kekenyangan. Perutku tidak sanggup lagi memakannya, aku rasa aku harus ke toilet," kataku memberi sebuah alasan.
"Apa itu toilet?" tanyannya lagi.
"Tempat kau membuang kotoran dari perutmu."
"Oh maksudmu gogo."
"Gogo?"
"Tentu saja, bukankah kita berdua yang memberinya nama gogo! Aku rasa kau sedikit berbeda Amoi, haruskah ak..." putusnya.
"Oh ia, sekarang aku ingat gogo. Benar, sekarang aku harus ke gogo, sampai nanti!" ucapku tergesa-gesa. Huh, dasar anak kecil, penuh dengan pertanyaan.
Setelah melarikan diri dari pangeran Cristal aku harus mencari pangeran Buth dan putri Katrinei, aku harus menceritakan pada mereka sesuatu yang akan terjadi nantinya dan mereka harus mengubah sejarah, bagaimanapun aku harus menghentikan sihiran putri Buroe.
Istana ini sangat besar. Aku harus mencari di seluruh sudut istana. Aku melihat sebuah pintu menuju bawah tanah, aku jadi ingin tahu pintu itu buat apa. Aku membuka pintu perlahan tanpa membunyikan suara, sesuatu yang ku lihat dari pintu itu hanyalah tangga yang dalam menuju kegelapan tanpa cahaya, tidak mungkin aku memasukinya, bisa saja di dalam sana penuh jebakan, lebih baik aku keluar saja.
Bruussss ....
Bunyi apa itu? Bunyinya berasal dari pintu kecil di belakang tangga, mungkin aku bisa mengintipnya sedikit.
Dari lubang pintu kayu yang kecil aku melihat seseorang berpakaian hitam sedang memasak sesuatu yang berbau aneh, warna yang berubah-rubah menghembuskan bunyi letupan gelembung dan asap. Aku mendengarkan mantra yang di ucapnya, akhir dari mantranya itu tidak salah lagi 'sebuah kutukan untuk penerus kerajaan Konai'. Jadi, dia adalah Putri Buroe. Sekarang aku mengerti kejadian menurut buku yang telah kubaca, saat pesta kehamilan putri Katrinei, putri Buroe tidak merayakannya karena dia sedang mencoba membuat mantra sihir pada kandungannya. Tapi ... mengapa dia menyihirnya empat bulan kemudian?
Sreeettt ....
"Siapa di sana?"
Oh tidak, lenganku tidak sengaja menyentuh pintu hingga terbuka lebar. Aku sangat takut, tubuhku gemetaran, apa yang harus kulakukan?
"Siapa di sana? Owh ... berani sekali kau mengganggu mantraku. Hemm, aku jadi punya ide, mungkin sihirannya akan lebih dahsyat jika aku memasukkan bangkaimu dalam ramuanku, hahahahaha.... " tertawa Putri Buroe seperti penyihir jahat. Putri Buroe mengangkat tongkat sihirnya dan mengarahkan padaku, sambil mengucap mantranya.
"Ti... ti.. tidak..." aku menjerit.
Aku sempat menoleh kesamping pintu, pangeran Cristal bergetaran melihat kejadian itu. Tidak pernah terduga, pangeran Cristal berlari dan memelukku dengan senyuman air mata dia berkata, "Amoiku".
***