Chereads / The Prince of Curse / Chapter 11 - Lembaran Baru

Chapter 11 - Lembaran Baru

7 Tahun Kemudian....

{2027}

Suasana aman, damai dan tentram dalam pemerintahan Raja Goa Ritjen dan aku sebagai putranya, Pangeran Joe Ritjen. Tidak, aku tidak suka nama itu, aku lebih suka nama asliku Buth Stefan, ada marga ayahku di nama itu, nama yang sangat indah.

"Tancapan yang bagus putraku! Latihan terus, aku sudah tua dan cepat lelah. Aku sudah tidak sanggup lagi berperang bila terjadi medan pertempuran, karena itu aku ingin kau cepat besar dan menjadi raja yang hebat. Kau akan menjadi raja yang sangat hebat, aku percaya padamu!" begitulah tatapan Raja Goa padaku. Bagaimana mungkin aku mengkhianati kepercayaannya.

"Terima kasih atas kepercayaanmu, Ya Mulia Raja!" Aku menunduk hormat.

"Hahaha, sudah ku katakan jangan terlalu baku padaku, mau bagaimanapun aku ini tetap Ayahmu," ucap Raja mengelus kepalaku. "Baiklah, Tamsa tolong ajari Putraku! Oh iya, dan jangan lupa besok di atas bukit adalah hari pertamamu dengan Silmov Dan!" perintah Raja, lalu pergi. Jangan hiraukan Silmov Dan, aku jadi gugup mendengar nama itu.

Tamsa adalah pengawal yang setia padaku, sejak aku berada di istana dialah yang membantuku belajar lebih banyak tentang tugas seorang Pangeran dalam mengurusi kerajaan. Dan sejak aku berada di istana, aku selalu ingin menjadi seperti ibuku, seorang pemanah. Jadi, daripada melawan menggunakan otot dan tenaga, aku lebih mengandalkan panah sebagai senjataku. Dan senangnya, Raja juga hobi dalam memanah, sehingga sering kalinya dia mengajakku berlomba dengannya, selalu saja aku yang menang.

"Sudah ah, aku mau istirahat, besok kita lanjut latihan di atas bukit." Aku memberi panahku pada pengawal.

"Baiklah Pangeran!" Hormat Tamsa.

Sebenarnya aku bukan ingin istirahat, hanya sedang merindukan seseorang. Saat ini aku memantaunya dari semak-semak, dia sedang berbicara dengan peliharaannya, aku ingat sekali pertama kalinya dia menjumpai hewan itu, di semak-semak hutan. Hewan itu bertengkar dengan seekor kucing hitam dan terluka, lalu gadis itu menyelamatkannya dan mengobatinya. Aku juga ingat saat itu aku jadi salah tingkah, aku pikir gadis itu bertanya padaku, ternyata pada hewan itu, haha itu lucu sekali. Dan terlebih lucu gadis itu memberi nama hewan itu, Rey. Dan kau tahu gadis itu? Dialah segalanya bagiku, Moin-Moin. Haha, Moin-Moin dan kelincinya Rey. Dan ada hal yang lebih lucu dari nama Rey, saat itu Moin-Moin juga memberiku nama Nuwa, hahaha nama yang sangat aneh.

"Moin-Moin!" Aku memanggilnya dengan pelan. Tampaknya Moin-Moin melirik kesana-kemari dengan wajah ketakutan, dia memeluk kelincinya. Dan... dia berbicara pada kelincinya. Itulah kehebatanya dapat berbicara dengan binatang, tapi apa yang dikatakan kelinci itu. Tunggu, apa? Moin-Moin melirikku dan tersenyum, bagaimana dia tahu aku ada di sini?

"Keluarlah bocah kecil! Jangan mengira aku tak tahu kau mengintipku dari semak-semak!" tegas Moin-Moin.

Aku berdiri dan menghampirinya. "Bagaimana kau tahu aku mengintipmu dari semak-semak?" tanyaku heran.

"Kau tahu punya hewan peliharaan itu sebuah keberuntungan, Rey yang memberi tahuku, walau dia terus mengataimu itu pacarku." Moin-Moin memayurkan bibirnya.

"Benarkah itu, Rey?" Aku mengelus kepala Rey. "Tapi aku suka kau bilang aku ini pacarnya, hehe!" Aku memuji ucapan Rey, karena itu memang benar bahwa aku menyukai Moin-Moin, bahkan seterusnya dan aku juga yakin Moin-Moin menyukaiku.

"Pacar apanya?" tanya Moin-Moin dengan wajah tersipu.

"Eum... apa aku terlalu tampan?" tanyaku merayunya. Dan pipi Moin-Moin mulai memerah malu hingga bibirnya tak kuat menahan bahagia. "Haha, Pangeran jelek sepertiku hanya cocok untuk orang sepertimu!" ucapku sambil merangkul Moin-Moin dan kembali ke istana.

"Apa maksudmu? Aku ini jelek, ya?" tanya Moin-Moin panik.

"Kau sangat jelek, hatiku jadi berdebar," ucapku. Lalu, menatap Moin-Moin dengan penuh cinta, begitu pula Moin-Moin. Tatapan dari dua insan yang menyatukan cinta dan nafsu menyatukan kita. Moment hari ini, aku tidak akan melupakannya.

***

"Tunggu! Satu pertanyaan untukmu, apa kau ingin menjadi seorang Raja?" Anak penyihir itu berbicara dalam penjara. Penyihir yang lenyap saat aku kehilangan ibuku. Dan anaknya adalah ibu tiri Pangeran Joe, yang telah memberiku jasadnya. Ibu tirinya di hukum atas kejahatannya pada semua rakyat dan di penjara bawah tanah seumur hidup. Tapi, pada siapa dia berbicara?

Seseorang menoleh, tapi aku tidak tahu siapa orang itu, kenapa yang kulihat hanya kakinya yang bergerak menghampiri anak penyihir itu. "Apa maksudmu tahanan licik?" tanyanya.

Wanita itu tersenyum mereng. "Sudah ku duga kau ingin menjadi Raja." Aku tidak mengerti dari katanya.

"Menjadi Raja itu hanya ada dalam mimpi, lebih baik kau diam dan meratapi nasibmu yang malang!" tegas orang itu. Sepertinya dia orang baik dan berpihak pada Raja.

"Kau tahukan aku selamanya di penjara ini? Tapi aku bisa meramal, bahwa kau akan menjadi Raja setelah Raja Goa tiada," ucap Wanita itu meyakinkannya.

"Apa maksudmu? Kenapa kau mengatakan hal itu, itu tidak mungkin? Pangeran Joe adalah penerus kerajaan, dialah yang akan menjadi Raja setelah Raja Goa tiada!" Orang itu panik dengan ucapan wanita itu.

"Tapi begitulah ramalanku, jika kau tidak percaya, kenapa kau tidak mencoba mewujudkannya!" ucap Wanita itu tersenyum lebar. Sungguh dia wanita yang licik. Namun, kenapa orang itu tidak menentangnya? Dia terdiam dan pergi begitu saja. Apa orang itu telah di rasuki kebohongan wanita itu? Tidak akan ku biarkan, akan ku cari siapa orang yang berkhianat itu?

"..... Bangun!"

Aku membuka mataku, ternyata yang tadi itu hanya mimpi.

"Kenapa lama sekali kau tidur? Mandilah, setelah itu temui Raja!" perintah Moin-Moin.

"Raja ingin menemuiku? Ada hal apa?" tanyaku heran.

"Raja mengundangmu makan bersama para mentri, ayo cepat!" perintahMoin-Moin.

"Baiklah." Aku langsung menuju tempat pemandian pribadi.

Huh, aku terus berbikir tentang mimpi itu, entah kenapa rasanya seperti nyata. Sungguh, pikiranku tidak bisa tenang. Jika memang mimpi itu nyata, memangnya siapa orang yang bertindak ingin mengkhianati Raja? Tapi, itu belum pasti jelas, awalnya dia menentang perkataan wanita itu, tapi setelahnya... aaaahhh, itu tidak mungkin.

Setelah mandi, aku bersiap menghampiri Raja.

"Semuanya, perkenalan ini Putraku, Pangeran Joe!" Raja memperkenalkanku pada para mentri. Aku menunduk hormat.

"Hormat, Sang Pangeran." Para mentri tunduk padaku.

"Baiklah, langsung saja kita mulai acara makannya, silahkan!" perintah Raja.

"Wah... hidangannya sangat mewah dan kelihatan lezat, hahaha." Puji Mentri Kuangan.

"Kalau begitu makanlah yang puas, agar kau tidak menyesal di rumah! Haha," balas Raja.

"Hahahaha!" Mereka semua menikmati makanan sambil bersendawa.

"Pangeran, dari tadi aku memperhatikan kau tidak selera makan? Makanlah yang banyak, suatu hari nanti aku yakin kau akan menjadi Raja yang hebat seperti Ayahmu! Hahaha," ucap Penasihat.

Aku mulai curiga dari kata-katanya itu, dia berbicara seolah-olah dia bisa menusuk dari belakang. Mungkinkah dia yang berbicara dengan anak penyihir itu dalam mimpiku? Mungkin saja benar. Ini juga meragukanku, padahal dia hanya seorang penasihat, lantas kenapa dia ikut serta makan bersama para mentri? Aku harus berhati-hati dengan orang ini. Jangan mengira karena dia terlalu dekat dengan Raja dan di beri kepercayaan lebih oleh Raja, tetapi sebenarnya dia hanyalah seorang pengkhianat, ingin merebut tahta kerajaan.

"Kau benar sahabatku, aku sangat percaya pada ucapanm itu, Putraku pasti akan menjadi Raja yang hebat bahkan melampauiku, hahaha... kalian tahu kekuatan terbesarnya? Itu..." aku memotong.

"Tidak Ayah! jangan katakan!" tegasku. Mereka semua berhenti dari makannya dan menatapku heran.

"Kenapa?" tanya Raja.

"Tidak, hanya saja kekuatan dan keahlian seseorang tidak perlu di ketahui, karena untuk berjaga-jaga. Maksudnya, mungkin saja saat ini ada roh jahat yang menguping pembicaraan kita, jadi kita harus lebih waspada! Ampun Ya Mulia!" ucapku jelas.

"Wah... kau benar Ya Mulia, Putramu sangat hebat, bahkan hal terkecil seperti ini pun dia sempat berpikir untuk keselamatan kerajaan, aku sangat tersanjung," ucap Mentri Pembangunan.

"Benar, apa yang di katakan Putramu itu benar!" usik mereka.

Mereka semua mulai bersendawa dan memujiku. Aku hanya tidak ingin penasihat mngetahui apapun tentangku. Tapi, mungkin saja dia sudah tahu karena Raja suka membicarakan tentang kehebatanku. Sepertinya ini sedikit sulit.

***