Aku dan Hamzah diantar oleh seorang wanita cantik menuju ruangan bernomor 32.
Di sini, kami tak mengucapkan kalimat apa pun dan lebih memilih diam tak berkutik.
Ada rasa kesal dalam diri.
Tapi apa daya, semuanya telah direncanakan oleh kedua orang tua Ayssa.
Aku tak bisa berbuat apa-apa lagi selain menyetujui apa kata mereka.
"Ini kamarnya bu, pak." ujar wanita itu dengan ramah, "semoga bapak dan ibu merasa nyaman ya dengan pelayanan kami. Tapi kalau merasa ada yang kurang, jangan sungkan beritahu kami pula."
Aku tersenyum simpul padanya, "terima kasih."
"Sama-sama." balasnya dengan tersenyum kemudian berlalu.
Tangan kami hampir beradu ketika akan membawa koper.
Aku seketika meliriknya.
"Biar aku saja." ujarnya.
Aku memilih tak menjawab dan membuka pintunya.
Jujur, aku tertegun ketika melihat dekorasi kamar ini yang bagiku....
Terlihat sangat menyebalkan.
Banyak sekali bunga mawar dan lilin kuning yang menghiasi ruangannya.