"Aku ingin pergi dari sini, Bi. Aku sudah tak kuat lagi jika harus memendam semua ini. Bawa aku pergi kemanapun minimal asal jangan kembali ke rumah ini lagi."
"Pikirkan baik-baik semuanya, tuan." Bi Nia mengambil nasi yang tadi ia simpan di atas meja sambil mengusap air matanya. "Tuan harus makan dulu. Bibi tak mau melihat tuan lemas seperti ini."
"Aku tak mau makan, Bi. Dari;pada makanannya mubazir, lebih baik berikan saja pada kucing." suara Rizki terdengar begitu lemas sekali. Tatapan matanya sayu seperti benar-benar sudah tidak ada semangat lagi.
"Tuan tidak boleh seperti itu. Tuan harus kuat dan bisa menghadapi semua masalah ini seperti yang bibi kenal sejak dulu. Meskipun tuan tidak makan demi bibi atau demi orang tua tuan, tapi setidaknya tuan harus makan demi orang yang sangat tuan cintai saat ini."