Aku baru kali ini melihat Hamzah yang benar-benar marah hingga tak bisa mengatakan banyak kepada Dini. Wajahnya merah padam hingga aku sendiri tak menyangka bahwa pria yang tadi membentak Dini adalah Hamzah.
Dia adalah pria yang terkenal dengan lembut kata yang tutur dan sopan terhadap siapapun. Apalagi terhadap wanita, dia begitu menghormati dan menjunjung tinggi tanpa pernah berniat untuk menyakitinya sedikitpun.
Aku segera menarik Hamzah untuk pergi dari tempat ini kemudian mengunci pintu ruangan.
Aku tak mau dia terlalu larut dalam emosi hingga takutnya tak bisa mengendalikan diri.
"Kenapa kamu bisa berkata dengan lancang kepada Dini? Dia wanita dan-"