Rasanya pedih dan sakit sekali tatkala Dini memperlakukanku dengan caranya yang seperti itu.
Aku sama sekali tak menyangka kalau hati dia masih tetap membeku dan belum memahami semuanya.
Dan kali ini, justru aku yang menjadi cercaan penyebab Anisa terbaring di rumah sakit.
Padahal aku salah apa padanya? Sekali lagi aku ingin bertanya apakah mempertahankan Hamzah adalah sebuah kesalahan? Apa aku benar-benar sudah dalam posisi yang salah karena tak bisa menyetujui apa yang Anisa inginkan?
Setelah kembali masuk pada ruangan tadi, aku menangis sejadi-jadinya di depan Hamzah.
Rasa kesal, marah dan keheranan yang luar biasa seketika tercampuk aduk hingga aku sendiri tak tahu bagaimana caranya untuk menetralisir rasa itu.
Hamzah dengan segera memberiku segelas air putih. Dia juga tak lupa mengusap pucuk kepalaku seakan Hamzah sendiri merasakan kesakitan apa yang tengah aku rasakan.