Setelah sekian lama menatap bulan, akhirnya aku memutuskan untuk kembali masuk ke kamar untuk beristirahat.
Sudah cukup lelah aku bersua dengan dirinya dan kali ini aku sudah merasa puas seakan Hamzah benar-benar sedang berada di depanku kemudian kami bercengkrama satu sama lain.
Tak ada bisa aku harapkan lagi saya menanti waktu.
Waktu membuatku semakin belajar untuk tetap kuat dan bertahan meskipun banyak halangan yang melintang. dia juga memberi kesempatan dan ingin melihat sebagaimana keluarnya aku dalam menanti sebuah penantian yang panjang.
Aku merebahkan diri di atas kasur sambil menatap langit-langit kamar kemudian membayangkan senyuman Hamzah ketika dia menatapku dengan tatapan yang lembut dan tulus.
Senyumnya begitu menenangkan hingga aku, tiba-tiba lupa dengan masalah yang sedang menimpa walaupun hanya sesaat.
Sebenarnya ada niat sekali aku ingin membuka data ponsel untuk melihat apakah Hamzah mengabariku atau tidak.