Pada akhirnya, kita harus kembali dan menempuh jalan masing-masing.
Semua yang terjadi saat ini, telah membuatku menjadi sosok yang tegar apalagi saat menatap Hamzah, hatiku begitu tenang untuk tetap mempertahankan kehidupan.
Baru saja aku akan pergi, dia tiba-tiba menghentikan langkahku.
"Andai saja orang yang ada di hadapanku ini adalah Reine. Mungkin aku bahagia sekali atas pertemuan yang tak terduga itu. Kehadiranmu tadi seketika mengingatkanku pada sosok Reine yang selalu berusaha menenangkan hati orang lain. Terima kasih. Mungkin dalam kegelapanku tadi, Allah telah mengirimkan kamu agar bisa membuatku tak bersedih lagi. Sekali lagi..., terima kasih banyak."
Aku mengangguk diiringi bibir yang bergetar dengan hebat hingga membuatku tak mampu menjawab ucapannya.
Tak terasa air mata mengalir membasahi pipi.
"Tapi mata kalau mengganggu. Apa..., kamu bisa membawaku pulang ke hotel? Saya baru sadar dari tadi berjalan, tapi saya sendiri tak tahu jalan pulang."
