Bagai angin yang tiba-tiba menghembus menusuk jantung.
Kenyataan tak berhenti sampai sana. Cahaya mentari seketika mendung seakan tahu apa saja yang terjadi di hari ini.
Sembilu di hati belum berlalu. Namun berita itu, membuat luka di hati akan sebuah kesalahan semakin menganga lebar.
Bertahan perihal keadaan, bagaimana mungkin bisa?
Membiarkan orang lain terluka hanya untuk kebahagiaan diri sendiri, sama sekali aku belum pernah melakukannya.
Lirihan syahdu dalam benak semakin menggema. Untaian bertajuk keterlukaan menggugah hati untuk semakin larut dalam kesedihan.
Aku dan Hamzah berlari mengikuti wanita itu pergi.
Dia mengajakku untuk ke rumah sakit yang terlalu jauh di hotel ini.
Tak ada kata-kata yang bisa kugambarkan selain kekalutan yang teramat sangat pada diri.
Meskipun Hamzah berusaha membuatku tegar, tapi tetap. Yang aku takutkan adalah Anisa.
Aku takut Anisa terjadi apa-apa karena ulahku tadi.